Adel menunduk melihat rok pendeknya yang hanya selutut. Cowok itu mengerti maksud Adel lalu berkata, "Tenang. Aku gak laju kok," ucap pria itu sambil tersenyum.
"Hm, ya udah," kata Adel langsung menaiki motor Repsol itu dengan posisi mengangkang.
"Pegangan aja. Gak apa-apa," kata pria itu lalu menjalankan motornya.
Di pikiran Adel, ia disuruh memegang pinggangnya maka dari itu Adel meletakan tangannya di pundak pria itu. Tak lama kemudian, ada satu hal yang terlintas di pikiran Adel. Siapa nama pria itu? gumannya penasaran.
"Kak," panggil Adel.
"Kenapa?" jawab pria itu dengan santai.
"Nama Kakak siapa?" tanya Adel ragu.
"Hah?" Pria itu tidak mendengar apa yang dikatakan Adel.
"Nama Kakak siapa?" kata Adel dengan suara lebih keras dari sebelumnya.
Garis bibir pria itu melengkung sempurna ketika Adel mulai menanyakan nama. Entah apa yang sedang ia pikirkan, pokoknya pria itu merasa senang karena Adel penasaran. Padahal jika orang lain yang menanyakan namanya, ia biasa saja.
"Rio."
"Rio? Oh, oke Kak Rio," kata Adel mengacungkan jari jempolnya.
"Rumah kamu di jalan apa?" tanya Rio.
"Em ... di jalan Cempaka gang dua no.16," jawab Adel.
"Oh, sip."
Jarak dari sekolah menuju rumah Adel tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Dalam kurun waktu lima belas menit mereka berdua sampai di rumah Adel yang terlihat sangat sepi. Tidak ada satu pun kendaraan terparkir di garasinya.
"Kak, makasih udah mau ngantarin aku pulang," ucap Adel.
"Iya sama-sama." Rio memutar balikan motor, lalu pulang. Kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dengan rumah Adel.
Setelah itu, Adel pun masuk ke rumah. Awalnya ia pikir kedua orang tuanya pergi ke luar kota, tapi ternyata ada mamanya yang sedang menonton berita di televisi sambil berselonjor.
"Mama ...," teriak Adel memeluk mamanya.
"Hari ini gimana MPLS-nya? Seru?" tanya Ema penasaran.
"Seru kok, tapi tadi aku terlambat. Terus waktu di aula, aku duduk di paling belakang, Ma," jelas Adel.
"Makanya lain kali bangun agak cepat supaya gak terlambat. Oh iya, tadi pulang diantarin siapa? Bang Ray?" tanya Ema.
"Huh. Boro-boro Bang Ray," jawab Adel.
"Terus tadi siapa yang antar kamu pulang?" tanya Ema penasaran.
Adel tersenyum dan berkata, "Hm, dia kakak senior aku. Oh iya, tahu gak, Ma? Dia itu ngeselin banget. Aku duduk di luar karena panas aja dimarahin sama dia," jawab Adel panjang lebar.
Ema tersenyum mendengarkan sang anak menceritakan hari pertamanya MPLS. "Cowok atau cewek?"
"Cowok, Ma," jawab Adel.
"Oh, cowok. Hati-hati nanti suka loh." Ema bergurau.
Saat Ema berkata seperti itu, justru Adel bertingkah seolah-olah tidak ingin membahas tentang senior yang baru saja ia kenal. Ia bingung bagaimana menyembunyikan rasa malu itu, makanya ia langsung lari ke kamar. Perlakuan anak bungsunya membuat ia menggelengkan kepala.
Ketika Adel sudah masuk ke kamar, Adel langsung membanting dirinya tepat di atas ranjang miliknya yang empuk, luas, dan tentunya nyaman untuk tidur.
"Ooo, jadi namanya Kak Rio. Ah iya, pasti dia populer banget di kalangan sekolahnya dan banyak yang tahu tentang Kak Rio. Nasib orang ganteng gitu banget, sih," kata Adel.
Adel tidak menyadari dengan apa yang ia ucapkan barusan. Beberapa menit setelah ia ngomong, ia baru sadar kalau ia mengatakan bahwa Rio 'ganteng.'
"Eh ... ganteng? No, no, no. Dia gak ganteng pokoknya," gerutu Adel.
TBC ...
Jangan lupa vote ya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyimpan Rasa [ On Going ]
Novela Juvenil[Open feedback setiap hari jum'at] Di sekolah ini tidak hanya aku saja yang menyukainya. Hampir seluruh anak SMAN 1 Bandung tahu tentang seorang siswa yang bernama Rio. Mungkin aku akan memiliki rasa dengannya, tapi aku akan menyimpannya. Kenapa har...