🐧 Part 1 🐧

646 85 109
                                    

Bandung, 16 Juli 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 16 Juli 2019.

Hari ini, seorang gadis dari keluarga yang sangat berkecukupan mulai memasuki masa perkenalan lingkungan sekolah. Sebenarnya ia tidak ingin masuk di SMAN 1 Bandung karena jauh dari teman-temannya. Seluruh teman-temannya itu lebih memilih sekolah yang tidak terlalu mengekang dan tidak terlalu disiplin.

Sekolah yang banyak diminati oleh teman-temannya itu adalah SMAN Purna Bangsa. Salah satu sekolah dengan begitu banyak masalah.

Hal itulah yang membuat kedua orang tua gadis itu berpikir berulang kali untuk menuruti kemauan sang anak, tapi untung saja gadis ini mau menuruti kemauan kedua orang tuanya. Walaupun atas dasar keterpaksaan.

Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.10 AM. Gadis itu tahu bahwa ia pasti akan datang terlambat. Ketika ia sudah sampai di SMAN 1 Bandung, gadis itu melihat bahwa pintu gerbang sudah tertutup rapat.

"Pa, gimana ini?" tanya gadis itu dengan raut wajah yang mulai panik.

"Ya, itu kesalahan kamu sendiri. Sudah tahu sekolah ini disiplin, bukannya bangun lebih awal."

Dengan rasa kesal, malas, dan sedikit rasa takut. Gadis itu memberanikan diri untuk bertanya dengan seorang siswa yang sedang menjaga keamanan. Sebelum gadis ini mengeluarkan suara, seorang pria membukakan pintu gerbang agar gadis itu dapat masuk.

Tanpa pikir panjang gadis itu pun langsung masuk. Tetapi, saat ia masuk, ia harus ditahan terlebih dahulu. Tangan gadis itu mulai terasa dingin karena rasa gugup yang menyelimutinya. Ia tertunduk sambil memainkan tali tasnya yang agak panjang.

"Harus tegak, Dek. Jangan nunduk," tegas salah satu anggota PKS itu.

Sontak gadis itu langsung bersikap tegak. Dari kejauhan ia melihat ada seorang pria yang sedang berdiri sembari memasukkan satu tangannya di kantong celana. Jika dilihat secara sekilas, ekspresi wajahnya sangat serius.

Awalnya gadis itu tak berani menatapnya, tapi lama-lama ia sadar kalau pria itu sedang menahan tawa. Dengan kekesalannya ia berani menegur pria tersebut.

"Kak, kok ketawa, sih?"

"Enggak apa-apa."

Pria itu datang mendekat, mengelilinginya sembari meneliti apakah perlengkapan yang ia pakai sudah lengkap atau belum. Pria itu menyeringai  karena ia sudah berhasil membuat gadis itu kesal.

"Nama kamu siapa?"

"Joice Adelia Putri."

"Oh, aku panggil kamu Adel. Kamu kenapa terlambat?"

"A-aku tadi di jalan macet, Kak, makanya jadi terlambat."

"Kenapa berangkatnya gak agak pagi? Supaya kamu gak macet di jalan."

Apaan, sih nanyanya gitu banget, batin Adel. Sebenarnya Adel ingin melarikan diri untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu. Tetapi, kakinya tidak bisa diajak berkompromi.

"Maaf, Kak. Gak akan diulang lagi kok. Janji."

"Kalau sampai kamu ulang lagi, kamu harus lari mutarin lapangan sebanyak sepuluh kali."

"Iya, Kak. Hm, aku udah boleh ke aula?"

"Iya silakan. Jangan terlambat lagi."

Adel mengangguk, lalu pergi meninggalkan pria itu dan yang lainnya. Sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu, ia tak lupa mengucapkan terima kasih. Kemudian ia pun masuk ke aula dan duduk dipaling belakang.

TBC ...
Jangan lupa vote ya❤

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang