🐧 Part 24 🐧

84 15 29
                                    

Tet!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tet!

Tet!

Tet!

Kini bel istirahat pun berbunyi. Menandakan bahwa seluruh siswa-siswi SMAN 1 Bandung diperbolehkan ke kantin atau melakukan aktivitas lainnya di luar jam pelajaran. Seperti biasa, Jessica selalu mengajak Rio dan Vino ke kantin bersama.

"Lang, aku mau nanya boleh gak?"

"Apa?"

"Hm, Adel yang kamu bilang itu kelas berapa?"

"X MIPA 4."

"Oh."

"Kenapa?" Jessica menggeleng.

"Kalau dipikir-pikir, lucu juga anaknya," sela Vino.

Mendengar kedua pria di sebelahnya memuji Adel, Jessica merasa dirinya memiliki saingan. Setelah pelajaran berakhir, Jessica berencana akan menemui Adel. Ia sangat penasaran seperti apa sosok wanita yang bernama Adel itu. Sampai-sampai sepupunya pun kagum dengan Adel.

🌱🌱

"Del, ke kantin, yuk!"

"Jauh."

"Temanin aku makan. Kamu gak lapar?"

"Enggak. Kamu sama Dhea aja sana."

"Lihat, dia aja lagi tidur gitu."

"Ck, ya udah iya-iya aku temanin."

"Gitu dong."

"Sebenernya males, Lin. Coba aja ada yang jualan di samping kelas, kan enak." Carline terkekeh mendengar ucapan Adel.

Mau tidak mau Adel harus menemani Carline ke kantin. Ia tidak bisa menolak ajakan temannya itu. Dari jaman SMP, ia memang jarang ke kantin karena ia lebih memilih menyimpan uang tersebut. Selain itu makanan yang disediakan di kantin belum tentu bersih dan sehat.

Meskipun ia seorang gadis yang lahir dikalangan keluarga berkecukupan tapi, kedua orang tuanya selalu mengajarkannya untuk berhemat. Apalagi membeli barang-barang yang tidak berguna. Sudah dipastikan Ema akan ngomel padanya.

Saat Adel dan Carline ke kantin, mereka melihat Rio, Vino, dan Jessica sedang berbincang sembari menunggu makanan yang mareka pesan datang. Adel melihat bahwa Carline berjalan ke arah kantin itu namun tangan Carline ia tahan.

"Kenapa, Del?"

"Ke kantin sebelah aja, katanya ada makanan baru."

"Oh ya? Ya udah kita ke sana." Adel mengangguk.

Setelah mengantarkan Carline ke kantin untuk makan, mereka pun kembali ke kelas. Pelajaran selanjutnya adalah pelajaran Matematika peminatan. Guru yang mengajar mata pelajaran itu dapat dikatakan sebagai sosok guru yang cukup tegas.

"Selamat siang. Hari ini kita ada materi, minggu depan kita akan ulangan harian," kata Bu Sindy.

"Ulangan? Gak salah, nih?" ucap teman sebangku Adel.

Tidak mau membuang-buang waktu, Bu Sindy pun langsung mengeluarkan buku paket dan langsung menjelaskan materi mengenai fungsi komposisi dan fungsi invers.

Oh materi yang kemaren, batin Adel.

"Kemaren kita sudah membahas mengenai fungsi komposisi dan fungsi invers. Ada yang sudah paham?"

Seluruh murid di kelas hanya terdiam karena sebagian besar mereka takut. Entah kenapa pelajaran Matematika paling banyak ditakuti para siswa di sekolah. Apakah itu menakutkan?

"Tidak ada yang menjawab, saya anggap kalian sudah bisa semua. Saya akan menyuruh kalian untuk mencoba mengerjakan soal satu orang satu maju ke depan."

Ya, di saat Bu Sindy berkata seperti itu, sebagian murid berdoa agar namanya tidak dipanggil ketika Bu Sindy membuka buku absennya. Ada juga yang pura-pura membaca buku, mengerjakan soal, dan mencoret-coret buku.

"Joice Adelia Putri yang mana orangnya?" Mendengar namanya dipanggil, Adel langsung mengangkat tangan kanannya.

"Kerjakan soal yang sudah saya tulis di papan tulis."

"Baik, Bu." Adel pun langsung mengerjakan soal tersebut.

🌱🌱

Saat jam pelajaran, Jessica melempar secarik kertas untuk Rio. Namun, sayangnya kertas itu tidak mendarat tepat di atas meja Rio tapi, di depan meja guru.

Sial. Kenapa jauh banget, sih? gerutu Jessica dalam hati.

Seiring berjalannya waktu, tidak terasa jika sebentar lagi jam pelajaran pun berakhir. Jessica tetap menjalankan rencananya. Ketika guru keluar kelas, Jessica langsung keluar tanpa mengajak Rio dan Vino.

Vino yang melihat Jessica keluar lebih dulu, ia pun bertanya pada Rio. "Lang, itu Jessica mau ke mana? Tumben gak ngajak."

"Mungkin ada urusan lain. Kamu, kan sepupunya. Masa gak tau?" Vino hanya menaikkan pundaknya.

Di sisi lain, Jessica sudah berada di depan kelas X MIPA 4. Ia bertanya pada salah satu murid yang keluar dari kelas tersebut. Lalu murid itu pun menunjuk ke arah wanita yang tengah memasukkan buku-bukunya.

Saat Adel keluar kelas bersama kedua temannya, Jessica langsung menatapnya sinis dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hingga Adel pun tersadar dengan tatapan tidak suka padanya. Adel pun sempat berpikir, siapa wanita tersebut? Apakah ia mengenalnya?

"Kamu yang namanya Adel?"

"Iya, Kak. Kenapa?"

"Jauhin Gilang."

"Gilang? Kak Rio maksudnya?"

"Ya iyalah. Siapa lagi? Aku mau kamu jauhin Gilang karena semenjak ada kamu, aku jadi susah buat ngedekatinnya."

"Bukan urusan aku, Kak. Aku gak tau masalah ini. Lagian, kan gimana pun juga keputusan ada di tangan Kak Rio. Terserah dia mau pilih siapa."

"Hahaha. Ya jelas pilih aku, lah. Jangan berharap kalau kamu bisa dapatin dia. Aku mau kamu jauhin Gilang. Lagian apa, sih yang buat Gilang tertarik sama kamu? Cantikan aku. Lebih populer aku. Kamu?" Matanya menatap Adel remeh.

Adel yang merasa diremehkan, ia langsung pergi dari situ. Ia tidak mau membuat masalah dengan orang. Saat ini rasa kesal, sedih dan bingung bercampur menjadi satu dalam dirinya.

TBC ....
Jangan lupa vote ya❤

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang