Tidak selamanya kesedihan itu ada, dan tidak selamanya bahagia itu ada. Karena sejatinya, hidup perlu banyak rasa.
~♡~
Dira berada di kamarnya, gadis itu tengah berbaring di atas kasurnya. Saat ini sudah pukul 12 malam. Gadis itu berbaring ke arah kanan dengan memeluk erat bantal dan memegang handphonenya. Gadis itu melihat foto dirinya dan Jully saat bersama.
Rindu yang paling berat memang merindukan seseorang yang telah tiada. Tapi merindukan seseorang yang dulu dekat sekali dengan kita tiba-tiba menjauh juga menyakitkan.
Dira adalah tipe manusia yang ketika di tinggalkan galaunya bisa berhari-hari lebih.
Gadis itu akan memilih diam dengan memikirkan kesalahan yang dilakukannya.
Dira berniat menelpon Jully namun keberaniannya tidak sebesar keinginannya.
Gadis itu melepaskan handphoennye kemudian berbaring menghadap ke arah langit-langit kamarnya.
Dira melihat telapak tangannya kemudian tersenyum. Pasalnya gadis itu mengingat saat Dirga memberikannya kekuatan di lapangan indoor siang tadi.
Setidaknya masih ada manusia yang percaya padanya dan masih ada manusia yang memberinya semangat.
Tok tok tok
Pintu kamar Dira diketuk membuat gadis itu bangkit dari kasurnya.
"Siapa?" tanya Dira seraya berjalan menuju pintu.
Gadis itu membuka pintu kamar yang memang sengaja di kunci olehnya. Saat di buka ada seorang wanita paruh baya yang berdiri dan tersenyum ke arahnya.
"Mama?" tanyanya tak percaya.
Mama Dira tersenyum kepada gadis itu kemudian mengajak Dira masuk ke kamarnya sendiri.
"Kenapa Ma? Kok mama ada di rumah? Mama ngga kerja? Papa mana?" Pertanyaan bertubi-tubi yang di berikan oleh Dira hanya membuat mama nya tersenyum.
Mama Dira mengajak gadis itu duduk di pinggir kasur.
"Mau cerita?" ucap mama Dira tiba-tiba.
"Hah?" ucap Dira tak percaya bahwa mamanya akan bertanya seperti itu. Biasanya kalau pulang kerumah mamanya akan selalu langsung masuk kamar, tidur atau mengerjakan tugasnya tanpa masuk ke kamar Dira.
Jadi tidak heran mengapa Dira kebinggungan.
"Mama tanya apa tadi?" tanya Dira.
"Kamu ada masalah? Mau cerita ke mama?" tanya wanita paruh baya itu sekali lagi.
Mata Dira berkaca-kaca mendengar pertanyaan mamanya apalagi baju yang di pakai mamanya masih seragam rapih pulang dari kerja.
Dira langsung saja memeluk mamanya, menumpahkan segala air mata yang di tahannya sejak tadi.
Mama Dira membalas pelukan gadis itu. Seraya mengusap belakang tubuh Dira mamanya berbicara.
"Maafin mama ya kurang perhatian sama kamu, seharusnya anak-anak seperti kamu banyak beban masalah entah itu belajar atau asmara. Maafin mama ngga pernah tanya masalah kamu, kamu jadi ngga bisa cerita masalah kamu. Maafin mama ya nak."
Dira makin meneteskan air matanya dan memeluk mamanya erat.
Pelukan yang jarang sekali Dira rasakan, pelukan yang hampir tak pernah gadis itu rasakan, pelukan seorang ibu yang menghangatkan.
Selama ini Dira hidup dengan ada orang tua namun seperti tak ada. Pekerjaan merebut orang tuanya.
Dira melepaskan pelukannya kemudian menatap sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga & Dira
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Hargai orang yang berusaha buat cerita ya dengan vote dan komen 💛🙏 ~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~ Ini cuma cerita anak SMA biasa yang kembali dipertemukan oleh semesta. Dirga dan Dira adalah mantan sepasang kekasih...