"Masa lalu ya masa lalu, masa sekarang ya masa sekarang. Jangan hidup di masa lalu tapi hiduplah di masa sekarang. Inget boleh, baper jangan."
~♥~
Dira menarik nafas pelan, dalam kesunyian malam. Dira tidak tahu harus melakukan apa.
Jam sudah menunjukkan pukul 01 lewat namun matanya tidak dapat berkompromi dengan tubuhnya. Mata Dira tidak bisa dipaksa untuk tidur namun tubuhnya memaksa untuk segera beristirahat.
Akhirnya, Dira memilih duduk di meja belajar miliknya. Pr sudah dikerjakan dan buku yang diperlukan sudah dimasukkan kedalam tas.
Sudah satu minggu masuk sekolah dan berada dalam kelas yang sama dengan Dirga membuat Dira tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya campur aduk.
Dira tidak pernah melihat wajah Dirga sedekat waktu dikantin seminggu yang lalu. Walau jarak yang cukup jauh namun bagi Dira hal tersebut dekat. Pasalnya selama Dira berusaha menjauh dari Dirga, Dirga juga menjauh dari dirinya.
Dira kembali menarik nafas pelan. Satu tahun untuk move on dari seseorang yang kita anggap spesial tidak semudah yang dibayangkan. Saat sudah baik-baik saja malah disatukan dalam satu kelas yang sama. Membuat move on selama ini sia-sia.
Dira mengambil pelan foto yang berada di meja belajarnya. Dilihatnya foto tersebut lalu Dira tersenyum sendu. Foto itu adalah foto yang diambil ketika kelulusan smp, disana Dirga tersenyum membawa bunga ditangan kanannya dan di tangan kirinya ada tangan Dira yang melingkar manis di tangannya. Dira tersenyum melihat kearah kamera senyuman terbaik yang Dira punya.
Dirga tampak tampan dengan memakai jas hitam yang dikenakannya apalagi tubuh tingginya yang membuat jas yang dikenakan tampak pas. Dira juga tampak cantik nan elegan menggunakan kebaya biru langit dan make up tipis yang mengiringinya. Mereka berdua nampak seperti pasangan yang sempurna.
Namun sayang sekarang senyuman itu tidak berarti apa-apa lagi. Semua yang Dirga perbuat membuat Dira sakit.
Sebulir air mata jatuh tanpa permisi di pipi halus Dira, dengan cepat gadis itu mengusap air matanya.
Dira menutup bingkai foto tersebut dengan cepat tidak ingin terbawa suasana terlalu dalam.
Setelah memastikan dirinya baik-baik saja, Dira mengambil handphonenya lalu berdiri, merasa kerongkongannya terasa kering, Dira perlu air. Lalu, dirinya berjalan menuju pintu kamarnya, membuka pelan pintu tersebut agar tidak ada yang mendengar. Dira tidak ingin membangunkan kakaknya dan orangtuanya.
Setelah berhasil, Dira berjalan menuju lantai bawah. Menuruni anak tangga dengan pelan lalu ke dapur.
Tepat di depan kulkas Dira mengambil air putih dingin dan susu cokelat kesukaannya. Dira berjalan ke meja makan dan duduk disana.
Dira mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalam gelas dan mulai meneguknya.
"Ngapain lo disini?" tanya seseorang di belakang Dira. Suaranya ngebass seperti suara laki-laki.
Dira batuk ketika mendengar ada orang yang bertanya, itu bukan suara kakak juga bukan suara papanya.
Dira menoleh ke arah belakang lalu melihat seseorang laki-laki badannya tinggi dan memakai jaket hitam serta kepalanya ditutupi dengan tudung jaket yang digunakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga & Dira
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Hargai orang yang berusaha buat cerita ya dengan vote dan komen 💛🙏 ~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~ Ini cuma cerita anak SMA biasa yang kembali dipertemukan oleh semesta. Dirga dan Dira adalah mantan sepasang kekasih...