29. Musuhan?

18.6K 907 33
                                    

Sejauh apapun pergi, jika rasa itu masih tertinggal, putar balik dan kembali adalah keputusan yang tepat.

~♡~

"Hah? Seriously?"

Dira mengangguk sebagai jawaban atas keterkejutan Jully atas pembicaraannya.

Saat ini, mereka berdua tengah berada di kantin karena jam istirahat telah berbunyi dari 10 menit yang lalu. Mereka duduk berhadapan.

Dira memberitahukan sahabatnya itu bahwa dirinya memberi kesempatan pada Dirga untuk membuktikan bahwa Dirga tidak seperti yang Dira kira.

"Belum juga gue deketin, udah minta kesempatan aja." Lanjut Jully masih tidak percaya.

Dira mendorong lengan Jully pelan merasa malu karena Jully berbicara seperti tadi.

"Jadi lo balikan sama dia?" tanya Jully dengan meminum es cokelatnya. Yang dirinya pesan tadi.

Dira menggeleng.

"Lah terus?"

"Gue cuma kasih dia kesempatan buat buktiin dirinya ngga seperti apa yang gue pikirin, udah itu aja. Kalau buat balikan kayaknya gue harus mikir berulang kali. Ya, intinya gue sama dia itu baikan bukan balikan."

Jully mengangguk setuju dengan pemikiran Dira "Bener juga sih. Setidaknya lo udah baikan sama dia. Karena kata mak gue musuhan lewat dari 3 hari aja udah dosa. Gue suka cara Dirga. Gentle tuh anak." Ujar Jully seraya tersenyum senang.

Dira sedikit terganggu dengan kata dan ekspresi wajah Jully.

"Gentle? Kalau dia gentle, dia ngga bakal ninggalin gue gitu aja dulu Jull."

Jully menghembuskan napas "Ya, setidaknya dia lebih berani dari yang kemarin Ra."

Dira mengernyitkan dahinya. Mengapa Jully terus membela Dirga?

"Gue mau tanya sama lo Jull, jawab yang jujur. Lo suka sama Dirga?"

Jully mengernyitkan dahinya "Kok lo nanya gitu?"

"Karena di awal lo berpihak sama gue tapi sekarang kenapa seakan-akan lo berpihak sama Dirga?"

Jully menatap Dira, gadis itu tidak percaya dengan pertanyaan Dira barusan.

"Bentar-bentar, maksud lo? Gue berpihak sama Dirga karena gue suka sama dia? OMG HELLO. Kayak ngga ada cowok lain aja yang bisa gue pacarin, lagian gue suka cowok-cowok bule kayak Gilang. Lagian gue juga ngga ngedukung siapa-siapa. Kenapa bisa lo tanya kayak gitu?"

Dira mengedikkan bahunya "Gue cuma pengen tahu aja. Ya, kali aja kan lo suka sama Dirga. Kalau lo ngga suka, lo tinggal bilang ngga kan. Secara lo dengan tiba-tibanya berusaha deketin gue sama dia lagi, padahal lo dulu dukung gue buat ngelupain Dirga."

Jully menghela napas. Mengapa pembahasan menjadi melenceng dan jauh sekali. Jully kembali meminum es cokelatnya. Kemudian bersiap berbicara kembali.

"Gini ya Ra, gue jelasin. Pertama, lo sahabat gue dan gue mau lo bahagia. Gue tahu bahagia lo adalah Dirga. Kedua, Dirga ngga pernah jelasin apa alasan dia putusin lo. Ketiga, kenapa gue sekarang jadi semangat menyatukan lo dan Dirga lagi. Karena gue cuma tahu sepengal kisah lo dan dia itu dari lo. Gue ngga pernah tahu apa kisah yang terjadi dengan Dirga. Semua orang punya keputusan, semua orang punya salah, tapi semua orang bisa memperbaikinya Ra. Sama kayak Dirga dan gue. Dirga pernah salah sama lo dan gue pernah salah berpikir bahwa yang jahat itu cuma Dirga tanpa berpikir ada pihak lain yang berpotensi sama."

Dira mengernyitkan dahinya binggung dengan perkataan Jully terakhir.

"Maksud lo? Bukan hanya Dirga yang salah? Bukan cuma Dirga yang jahat? Yang berpotensi sama? Gue? Lo ngomongin gue? Maksud lo apa sih Jull?"

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang