Meskipun sulit, memaafkan adalah jalan yang paling benar.
~♥~
"Kasih gue kesempatan."
Dira menoleh ke arah Dirga. Barusan apa yang di ucapkan Dirga itu nyata kan? Dira tidak salah dengar kan?
"Ma-maksud lo?" tanya Dira masih tidak percaya bahwa Dirga akan meminta kesempatan kedua darinya.
"Kasih gue kesempatan Ra. Buat lindungin lo, buat buktiin gue bukan pengecut yang cuma bisa lari dari masalah."
Rasanya jantung Dira berhenti berdetak mendengar ucapan Dirga. Senang bercampur takut menjadi rasa yang sulit di gambarkannya saat ini. Berapa menit kemudian, gadis itu berpikir tentang ucapannya tadi yang berbicara mengenai ketakutan yang dialaminya selama ini.
"Lo cuma kasihan sama gue kan? Kalau itu alasan lo buat gue kasih kesempatan lagi. Maaf, gue ngga bisa. Gue ngga perlu di kasihani."
"Gue ngga pernah berpikir buat ngasihanin lo Ra. Gue minta kesempatan itu bukan untuk ngasihanin diri lo, tapi untuk membuktikan ke lo bahwa gue..."
Dirga mengantungkan kalimatnya sedangkan Dira diam menunggu lanjutan pembicaraan Dirga.
"...Gue masih sayang sama lo." Lanjut Dirga dengan mengucapkan itu secepat yang dirinya bisa. "Kasih gue kesempatan kedua dan gue buat lo bahagia." Lanjutnya lagi.
Deg
Rasanya Dira tidak menyangka apa yang baru saja Dirga ucapkan. Jujur, Dira juga tidak tahu perasaan apa yang sedang di rasakannya. Satu sisi, rasa itu mendorong Dira untuk terbang tinggi dengan membawa harapan setinggi yang ia bisa. Namun, di sisi lain. Rasa itu menarik Dira, melepaskan harapan yang digengamnya, menjatuhkannya dengan tiba-tiba dan memberinya luka tanpa obat penyembuhnya. Dira dilema. Dua rasa itu saling menarik membuatnya menjadi terambang dalam ketidakpastian. Mengambil keputusan yang tepat mungkin akan memberinya arah kemana dirinya memilih, bahagia atau kembali terluka.
Dira juga tidak bisa terlalu cepat memberikan kesempatan itu. Walaupun Dirga memutuskan hubungan dengannya, yang bahkan Dira sendiri tidak tahu apa penyebabnya itu membuat kepercayaan akan Dirga hancur begitu saja. Dulunya, Dirga berjanji akan membuatnya bahagia namun janji itu sirna hilang begitu saja, sehingga kepercayaan yang Dira berikanpun juga ikut hancur begitu saja.
Dira diam tidak menanggapi ucapan Dirga tadi, rasanya bibirnya masih kaku sulit untuk berbicara setelah dua rasa itu saling menarik dalam hatinya membuat perdebatan panjang dalam pikirannya.
Berapa menit merasa gundah dengan keputusan apa yang harus diambilnya, Dira mulai berbicara.
"Lo tahu, kepercayaan seseorang itu ibarat kaca yang kalau sudah jatuh dan hancur ngga akan pernah balik sempurna seperti semula." Ujar Dira seraya menatap ke arah danau.
Dirga menyenderkan tubuhnya pada kursi yang sedang didudukinya.
"Dan lo tahu Ra, hidup ngga akan pernah sempurna. Sesuatu yang hancur memang ngga pernah balik lagi seperti semula. Namun itu dapat di perbaiki. Stidaknya, bentuknya masih bisa terlihat walaupun tak sesempurna apa yang kita harap."
Dira tertegun mendengar ucapan Dirga. Walaupun begitu, gadis itu masih belum bisa rasanya memberikan keparcayaan pada seseorang yang telah merusaknya.
Ada dua tipe manusia. Pertama, manusia yang menerima kenyataan yang terjadi dan selalu berpikir positif untuk hidupnya. Kedua, ada juga manusia yang tidak mau menerima kenyataan dalam hidupnya. Bertindak sesuka hati, menyalahkan semesta karena hidupnya tidak pernah sejalan seperti apa yang dirinya harapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga & Dira
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Hargai orang yang berusaha buat cerita ya dengan vote dan komen 💛🙏 ~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~ Ini cuma cerita anak SMA biasa yang kembali dipertemukan oleh semesta. Dirga dan Dira adalah mantan sepasang kekasih...