07. Hanya Berpapasan

26.5K 1.4K 126
                                    

"Karena satu orang yang salah semua ikut salah."

~♥~

Kelas XII. IPA 4 saat ini sedang berada dilapangan outdoor sekolah, karena jam pelajaran olahraga tengah berlangsung. Pak norman selaku guru olahraga menyuruh mereka pemanasan terlebih dahulu karena dirinya akan mengambil bola dan buku absen, jadilah yoga sebagai ketua kelas yang memimpin.

Aji yang memang jahil dari awal berdiri didepan juga mendampingi yoga, yang yoga sendiri tidak mengajaknya.

"WOI SEMANGAT SEMANGAT," teriak Aji yang menyemangati mereka. Mereka semua menggeleng heran, ada juga yang tertawa.

"Ji, jawaban matematika lo kemarin bener semua ngga?" tanya Dina cewek yang sedang mengikuti pemanasan.

Aji yang berada di depan memasang wajah tenang "Santai aja bener semua kok."

"Dapet dari mana lo jawabannya?" sekarang giliran Candra yang bertanya.

Aji yang sedang mengangkat kakinya sebelah menjawab pertanyaan Candra "Udah tenang aja."

Dira yang berada disebelah Jully mengajaknya berbicara "Gue ngga percaya sama Aji."

Jully menoleh kearah Dira "Kenapa?" tanya Jully yang masih mengikuti pemanasan dan menoleh kearah Dira.

"Yaaa, lo tau kan Aji gimana. Perasaan gue ngga enak," jawab Dira to the point.

Jully menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Dira "Iya juga sih."

Pak norman berjalan mendekati mereka dengan membawa bola basket dan buku absen di tangannya.

"Hari ini memasukkan bola basket kedalam ring dalam jangka waktu dua menit, memasukkan bolanya sebanyak yang kalian bisa," ucap pak norman ketika berada di depan mereka semua.

Mereka semua mengeluh terutama para cewek yang kebanyakan tidak bisa bermain bola basket.

Aji mengangkat tangannya "Gimana sih pak, masa waktunya cuma dua menit," ucap Aji yang tidak setuju dengan peraturan pak Norman.

Dirga menoleh ke arah Aji lalu menoyor kepalanya "Ngga bisa maen ngomong aja to the point."

Aji menoleh ke arah Dirga "Iya tau yang jago."

Pak Norman tidak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan murid-muridnya lalu berjalan ketengah lapangan dan duduk di kursi yang telah disediakan untuknya.

Pak Norman mulai memanggil dari urutan absen pertama.

Dengan pasrah mereka mengikuti pak Norman dan duduk di lantai lapangan.

"Gue deg-deg an," ucap Dira yang berbicara seraya memegang dadanya dan menoleh kearah Jully disebelahnya.

"Sama gue juga," balas Jully yang sudah keringat dingin.

Aji yang telah selesai mengambil nilai menambah kegugupan yang Dira rasa.

"Andira." Panggil Pak Norman. Akhirnya nama Dira dipanggil juga.

Dira berdiri gugup "Aduh mati guee, kalau ngga sekelas sama Dirga sih biasa aja. Tapi ini, bismillah deh," ucap Dira meyakinkan dalam hatinya.

Dira memegang bola berwarna orange tersebut dengan keringat dingin ditangannya. Sesekali dia mengelap keringat sebelum pak Norman meniupkan peluitnya.

Dirga melihat Dira yang sepertinya gugup. Dirga memperhatikan gadis itu dengan seksama, tidak ada yang berubah dari sosok Dira hanya saja Dira bukan Dira yang dia kenal akrab dulu. Dirga hanya dapat tersenyum miris.

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang