45. Dandelion

8.1K 666 100
                                    

Jangan pernah anggap dandelion itu rapuh, karena sejatinya dandelion itu sangat kuat dan indah.

~♡~

Hari ini Dira dan Gilang tidak terlambat masuk sekolah begitupun Dirga. Saat ini mereka tengah melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Semua orang sedang fokus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi.

Sebentar lagi ujian akhir semester satu berlangsung, semua murid kelas 12 harus bersiap menghadapi ujian. Libur akhir tahun sebentar lagi tiba, setelah itu mereka akan melangsungkan kegiatan belajar mengajar tidak sampai dua bulan lalu akan disambut dengan ujian-ujian serta tes perguruan tinggi.

Mimpi dan harapan mereka harus terus berjalan meskipun tembok penghalang itu belum juga hancur.

Dira harus fokus, impiannya kuliah mengambil jurusan kedokteran harus tercapai. Masalah hidupnya akan Dira letakkan di bagian belakang. Seberat apapun rintangannya Dira akan berusaha untuk melaluinya seperti kata Dirga.

Dira sudah lelah jika dirinya harus terus menangis dan hanya memikirkan apa yang harus di lakukannya. Gadis itu juga punya impian dan harapan yang tidak boleh dilupakannya. Hidup memang berat, masalah tak akan pernah hilang kecuali kita telah tiada. Jika raga dan jiwa masih bersatu maka seberat apapun masalah pasti bisa di lewati.

Dira mencatat apapun yang di katakan guru biologinya itu. Pusat perhatiannya hanya pada sang guru. Untuk saat ini Dira benar-benar melupakan masalahnya.

"Oke, selesai. Untuk hari ini hanya itu pembahasan yang bisa saya jelaskan. Saya ada kepentingan mendesak jadi untuk pertanyaan silahkan kalian siapkan untuk minggu depan dan tanyakan pada saya. Saya permisi." Ucap bapak itu kemudian meninggalkan kelas.

Semua orang dapat bernapas lega. Saat ini mereka semua sibuk belajar tanpa menghiraukan hal lain. Bahkan ketakutan Dira sirna saat teman-temannya tidak ada satupun yang membahas bahkan membully dirinya tentang kejadian hari itu.

Dira benar-benar bersyukur. Walaupun begitu, Dira jadi canggung untuk menyapa mereka terlebih dahulu.

Bel istirahat berbunyi 5 menit lagi, Dira gadis itu berniat keperpustakaan dan membuat tugasnya disana.

Dira membereskan bukunya, kemudian mengambil buku tulis, buku cetak dan alat tulisnya. Meletakan handphonenya di atas buku lalu gadis itu berdiri hendak keperpustakaan.

Teman-temannya banyak yang keluar entah kemana.

"Mau kemana?" tanya Dirga pada saat Dira hendak bangkit dari kursinya.

"Perpus." Jawab Dira.

"Gue boleh ikut?"

Dira mengangguk, "Bolehlah, perpustakaan untuk semua murid masa lo ngga boleh."

"Oh iya ya bener juga, tapi gue nyusul ya soalnya gue ada perlu bentar."

"Oh yaudah. Gue duluan ya."

"Iya."

Dira berjalan sendirian keluar kelas, tugasnya bertumpuk karena dua hari kemarin Dira banyak membolos. Gadis itu hendak menyelesaikannya satu persatu di perpustakaan agar lebih tenang.

Dira melewati toilet laki-laki kemudian berbelok hendak menuju perpustakaan, saat berbelok gadis itu berhadapan dengan perempuan yang bahkan melihatnya pun Dira malas. Siapa lagi kalau bukan Mawar.

Dira melihat orang dihadapannya ini, rasanya gadis itu benar-benar muak melihat wajah Mawar apalagi karena kejadian hari itu.

Dira menghela napas kemudian hendak melanjutkan jalannya lagi.

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang