40. Es Krim

13.7K 830 160
                                    

Seperti es krim yang beku, jika di letakkan di tempat hangat pasti akan mencair.

~♡~

Dira masuk ke dalam rumah, saat hendak menutup pintu dilihatnya Gilang yang baru saja keluar dari kamar.

"Mau kemana?" tanyanya melihat Gilang yang sudah rapih dengan setelan rambut khasnya beserta jeans dan hodie hitam yang membuatnya nampak sempurna.

Ganteng banget emang produk luar.

"Keluar." Jawab Gilang seadanya.

"Keluar kemana?"

"Bukan urusan anda."

Dira mendengus kesal, "Ih cuma nanya juga."

Gilang menghela napas, "Mau apa sih?"

Dira tersenyum akhirnya Gilang mengerti apa yang di maksud gadis itu.

"Mau nitip beliin es krim cokelat di kedai es krim depan ya. Gue lagi pengen makan es."

Gilang mengernyitkan dahinya.

"Ada maunya aja lo baik sama gue. Sticky notes depan kulkas aja belum lo cabut." Kesal Gilang.

"Walaupun belum di cabut juga masih ambil-ambil aja kan lo, habis juga es gue lo makan."

Gilang sudah tidak bisa berkata-kata. Walaupun stiky notes yang berada di pintu kulkas belum di cabut, Gilang tetap saja mengambil semaunya.

Menghembuskan napas pelan, Gilang menjawab pasrah.

"Iya deh gue beliin."

Dira menjentikkan jarinya "Nah gitu dong. Makasih ya sepupu tersayangg."

Dira hendak memeluk Gilang namun dengan cepat laki-laki itu mendorong pelan dahi Dira untuk menjauh.

"Udah mandi sana lo, bau juga mau peluk-peluk gue. Najis."

Dira memberengut, "Ye, dibaikan juga."

"Terserah anda ibu kost. Gue pergi."

"Gue bukan ibu kost ya enak aja."

Gilang terkekeh kemudian berjalan keluar.

Setelah Gilang keluar, Dira langsung menuju ke kamarnya.

Gadis itu masuk ke kamarnya, menghela napas lelah.

Coba saja Andra ada di rumah, Dira ingin bercerita panjang dengan kakaknya itu.

Dira melepaskan tasnya, meletakannya di atas meja belajar. Gadis itu duduk di bangku kemudian menghela napasnya.

Melihat bingkai foto di depannya membuat gadis itu terus merasa sedih.

Dulu, yang Dira lihat adalah fotonya dan foto Dirga tapi sekarang yang Dira lihat adalah fotonya dan foto Jully.

Kalau benar ini kesalahpahaman, sampai kapan ini terjadi. Dira juga tidak ingin seperti ini terus.

Dira mengacak pelan rambutnya. Mengambil handphone kemudian menelpon seseorang.

Telpon tersambung.

"Halo." Ucap orang di seberang sana.

"Bangg." Dira memanggil pelan orang diseberang sana yang tak lain adalah kakaknya.

Suaranya pelan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Oh iya Ra kenapa?" tanya Andra yang seperti tergesa-gesa.

Dira diam, sepertinya saat ini Andra sedang sibuk.

"Rara kangen abang, kapan pulang?" tanyanya dengan air mata yang mulai mengalir.

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang