11. Perduli

23.3K 1.3K 68
                                    

"Kita adalah dua kutub yang berbeda. Saling menarik diri untuk tidak berjalan searah. Namun kita lupa, bahwa gravitasi selalu membawa kita searah."

~♥~

"Lo?" ucap Dira yang tidak percaya bahwa yang dihadapannya adalah Dirga. Mantan pacarnya.

"Ngapain lo disini?"

"Gue? Sekolah." Ucap Dirga santai.

Sumpah demi apapun, Dira rindu sekali dengan manusia didepannya ini. Ingin sekali berbicara panjang lebar kembali. Ingin sekali makan dikantin lagi. Ingin sekali pergi dan pulang sekolah bareng. Ingin sekali semuanya baik-baik saja. Tapi apalah daya, tak ada sesuatu yang selalu baik-baik saja.

"Lepasin, Gue mau ke kelas." Ucap Dira yang menarik pergelangan tangannya. Namun sayang, pegangan bukan pegangan tapi lebih ke cengkraman Dirga membuatnya sulit melepaskan.

Dirga tidak menghiraukan gadis itu. Marah Dira masih sama seperti dulu. Manis sekali. Tapi dulu, Dira marah bukan karena tidak ingin bertemu dengannya seperti ini. Dulu, Dira marah lebih ke arah ngambek bukan kesal seperti saat ini.

"Lepasin atau Gue teriak?"

"Lo kenapa?" bukannya menjawab, Dirga malah balik bertanya. Bagaimana Dirga tidak bertanya. Mata Dira sedikit memerah, Dira seperti menahan tangisnya.

Dira memang menahan tangisnya, berusaha terlihat baik-baik saja. Matanya melihat kearah berbeda. Dirinya mengikhlaskan tangannya tetap berada di cengkraman Dirga, setidaknya itu bisa mengobati rindunya.

"Banyak hal di dunia ini yang ngga harus lo tahu, salah satunya adalah Gue." Ucap Dira tanpa melihat Dirga sedikitpun.

Setelah mengucapkan kata itu, Dira berusaha menarik tangannya kembali saat Dirga mulai mengendurkan cengkramannya. Canggung sekali rasanya, berdiri berhadapan dengan keadaan yang berbeda. Saat Dira mulai berhasil menarik. Dira cepat-cepat berbalik arah lalu berjalan meninggalkan Dirga sampai suara tegas milik Dirga menghentikan langkahnya.

"Ada banyak hal di dunia yang harus Gue tahu, salah satunya adalah lo."

Dira merasa air yang sejak tadi berada dimatanya ingin tumpah ketika mendengar kata-kata dari Dirga. Dira tidak memperduliakan Dirga lalu berlari dan meninggalkan Dirga yang masih diam menatap tembok kosong dihadapannya.

Untung saja tidak banyak orang disana. Karena memang tempat itu jarang didatangi kecuali mereka yang senang dengan damai dan sendiri.

~♥~

"Ada banyak hal di dunia yang harus Gue tahu, salah satunya adalah lo."

Perkataan Dirga disekolah tadi benar-benar membuat Dira berpikir keras untuk mencernanya.

Apa yang salah pada dirinya? Mungkinkah masih ada harapan untuk Dira mengulang bahagia bersama Dirga? Tapi, itu tidak akan semudah yang Dira bayangkan. Mengulang berarti mengizinkan untuk disakiti untuk kedua kalinya?

Untuk pemikiran terakhir rasanya Dira tidak ingin. Siapa sih yang mau diberi luka untuk kedua kalinya? Kalau bisa untuk pertama dan seterusnya hanya ada bahagia yang harus diberikan. Bukan hanya sekedar luka.

Saat ini Dira berada didalam kamarnya, duduk menyender di kepala kasur dengan boneka beruang besar pemberian Dirga yang masih setia menemaninya. Pukul 11 malam tepatnya. Dira sering sekali tidur malam, entah pikirannya sedang kacau atau tengah memikirkan bahagianya yang tak kunjung datang.

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang