17. Peredam Amarah Dirga

22.3K 1.1K 64
                                    

Mancing boleh, mancing keributan jangan.

~♥~

Sudah lama Dirga tidak bertemu lagi dengan teman-temannya yang biasa pergi ke club malam bersama. Akhir-akhir ini Dirga sudah merasa bosan pergi ke sana. Tidak ada sesuatu yang benar-benar menganggu pikirannya akhir-akhir ini.

Rasanya yang selalu Dirga inginkan adalah pergi ke sekolah setiap saat dan bertemu dengan gadis manis yang selalu memikat hatinya itu.

Dirga jadi ingat beberapa hari yang lalu saat dirinya memasangkan topi ke kepala Dira. Saat itu Dirga mendengarkan pembicaraan Dira dan Gilang saat mereka hendak menuju kelas.

Awalnya Dirga tidak perduli. Toh mereka juga tidak memiliki hubungan apa-apa lagi selain teman sekelas. Paling juga Gilang akan meminjamkan topinya untuk Dira, karena memang mereka dekat. Bahkan pergi sekolah bersama. Mengingat mereka pergi sekolah bersama membuat Dirga kesal dengan sendirinya.

Saat itu ketika mereka hendak keluar menuju lapangan. Aji dan Gilang pergi bersama terlebih dahulu. Saat melihat Dira dan Jully keluar, Dirga mengikuti. Dirga melihat bagaimana gadis itu merasa takut akan hukuman yang menantinya karena tidak memakai topi sekolah.

Ternyata dugaan Dirga salah, Gilang tidak meminjamkan topinya sama sekali. Karena dengan jelas Dirga masih melihat raut khawatir pada gadis itu.

Dirga berdiri tepat di belakang gadis itu. Bahkan Dirga mendengar saat mereka membicarakannya. Dirga terkekeh dalam hatinya mendengar ucapan gadis itu tentang Jully yang bertanya mengapa tidak meminjam topi dengan Dirga mantannya, yang kemudian di balas Dira dengan ucapan "ngga mau ah gengsi."

Mengingat itu Dirga tersenyum kembali. Kemudian, karena Dirga juga tidak ingin mengikuti upacara laki-laki itu memasangkan topi dengan tangan kanan yang memegang ujung topi dan memasangkannya kepada gadis yang sejak tadi khawatir akan hal itu.

Setelah memasangkan topi tersebut Dirga berjalan dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan kemudian berbelok ke arah kanan untuk kabur tidak mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari senin tersebut.

Beberapa hari belakangan ini Dirga banyak melakukan kesalahan yang berujung menjadi bahan candaan Aji. Seperti kemarin dirinya membuat puisi dengan nama Dira di bawahnya. Aji, laki-laki itu tidak habis-habisnya menggolok-olok dirinya dengan kutipan puisi terakhir yang dibuatnya. Teman-teman kelasnya juga banyak yang menggoda dirinya karena hal itu. Padahal Dirga benar-benar tidak sengaja menulis itu. Dirinya hanya mengekspresikan apa yang dilihat dan dipikirkannya.

Pada saat Dira membacakan puisi miliknya dalam hati Dirga dirinya benar-benar bahagia. Puisi yang ditujukan untuk Dira eh dibacakan oleh Dira sendiri. Itu lucu, seperti wajah Dira.

Memikirkan Dira saat ini membuat Dirga benar-benar melupakan sejenak masalah yang ada dihidupnya. Dira gadis yang selalu menarik perhatiannya. Gadis yang selalu ingin dilindunginya. Gadis yang selalu ada dihatinya. Dan gadis yang untuk saat ini adalah sesosok masalalu yang kembali menarik hatinya.

Dering handphone disebelahnya membuat Dirga menoleh ke arah meja tersebut. Dirga mengangkat telpon itu.

"Ga lo dimana?" tanya orang di seberang sana.

"Rumah," jawab Dirga singkat.

"Gila lo! Sombong amat sekarang udah jarang kumpul sama kita lagi. Anak-anak rame nih di basecamp nyariin lo. Ayolah dateng sekali-sekali. Walaupun lo bukan lagi ketua di sini, lo masih diterima kok santuy."

Dirga menghembuskan napasnya, memang dirinya sudah jarang bersama dengan teman-temannya yang sering ditemuinya sekedar berbicara atau berkumpul lagi dengan mereka.

Dirga & Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang