Author POV
Angin semilir berderu lembut diluar sana. Hawa sejuk yang mulai terasa, diiringi suara burung-burung yang memecah keheningan. Gesekan antara dedaunan memberikan nada tersendiri. Angin seolah mencoba menyapa seluruh dunia dengan dinginnya. Berlalu begitu saja dibawah langit senja yang seolah bagai lukisan itu. Awan lembut bak cotton candy itu menghiasi langit ungu-jingga yang menciptakan semburat pink serta langit biru yang masih tersisa. Matahari jingga di-ufuk barat siap tenggelam secara perlahan, mengucapkan sampai jumpa lewat cahaya lembutnya yang menawan. Menembus awan-awan indah itu, menyimpang dilangit senja.
Alysha ada disana, tengah berjalan perlahan menaiki satu persatu anak tangga. Membiarkan angin sesekali mengibaskan rambut Mouve champagne miliknya perlahan. Pikirannya kosong, dia memang sering seperti ini. Melamun, bergulat dengan pikirannya sendiri. Terkadang bahkan sampai emosi atau berbicara seolah dirinya ada dua, berdialog pada dirinya sendiri.
Tap..
Kedua mata indahnya terpejam saat angin berhembus tepat saat ia menginjak anak tangga terakhir. Mata ungunya berbinar senang, puas dengan pemandangan disana. Kaki indahnya melangkah pelan kearah pembatas. Ah-
-jangan berpikir yang aneh-aneh.
Alysha disini untuk menenangkan pikirannya. Pikirannya yang kacau sejak beberapa hari lalu. Ditambah latihan trainee dan sekolahnya, semua ini membuat Alysha merasa lelah. Lebih lelah batin jika dia bisa jujur.
Tik..tik..tik..
Rintik-rintik hujan mulai turun dengan perlahan. Lambat turunnya itu seakan ingin memberitahu semua orang untuk cepat berteduh sebelum tetesan air itu menjadi lebih deras. Alysha tak menggubrisnya, ia malah merasa senang- karena merasa hujan menemaninya. Ikut menangis atas semua yang pernah terjadi padanya.
"Apa senja ini begitu sempurna sampai kau tak menggubris datangnya hujan?"
Alysha menoleh kebelakang, mendapati Chen tengah berdiri tak jauh dari dirinya. Senyum tipis terulas, sebelum kembali mengalihkan pandangannya. "Senja tak selalu sempurna. Jadi aku ingin menikmati kesempurnaannya hari ini, secara lekat." Balas Alysha tanpa menatap Chen. Lelaki itu menghela nafasnya perlahan. Berjalan mendekat dan memakaikan jaketnya pada pundak gadis itu. Alysha sempat menolak, namun kedua tangannya dengan cepat kembali memakaikan jaketnya tadi.
"Kau bisa sakit," Bisiknya. "Rasa sakitnya tidak akan sesakit yang pernah aku rasakan. Hahaha, kau terlalu hiperbolis, Alysha. Jangan hiraukan aku."Chen menyerngit pelan, merasa tidak mengerti dengan gadis didepannya itu. Ia memilih untuk menatap punggung sempit itu, punggung yang terlihat.. kesepian, dan sakit. Rasa pekanya yang terlalu memuncak, mendorongnya untuk memeluk gadis itu dari belakang. Tak berapa lama, ia merasakan punggung itu bergetar. Dan kemudian tetesan air jatuh pada tangannya. Apa ini hujan? Pikirnya sebelum nenyadari jika Alysha menangis. Jarang sekali ia melihat, atau mendapat kabar dari sahabat gadis itu kalau ia menangis.
"Naneun honja issneun geotman gathayo.. Aku harusnya bahagia untuk sahabatku kan? Tapi kenapa.. rasanya sakit,"
Chen mengerti arah pembicaraan ini. Alysha, sedang membicarakan pasangan baru itu, Kimberly dan Baekhyun. Chen harus akui kalau ia tau jika Alysha menyukai Baekhyun. Dia tau, dan selama itu dia selalu berjuang dibelakang. Berharap Alysha akan menoleh kearahnya, dan semua ini.. bukankah ini terjawab? Apa dia seperti orang jahat jika memanfaatkan momen ini untuk mengatakan perasannya? Dia sudah berjuang, dia ber-hak mendapatkan hasilnya.
"Nyatanya aku tanpa sadar malah menyakiti orang lain," Lirih gadis itu kembali. Dengan nada sakit, tersirat kekecewaan."Dengar," Chen membalik tubuh gadis itu. Menatap kedua iris cantik milik sang gadis. Memberikan tatapan lembutnya, membuat Alysha akan meleleh jika ia tidak menahan dirinya sendiri. "Aku disini, aku selalu disini. Aku adalah awan yang selalu menatapmu dibelakang. Mempelajari hujan yang tengah mencoba mengejar matahari. Disaat matahari telah bersama sinarnya, hujan nampaknya tak mau menyerah? Tidak masalah, awan memang takdirnya untuk terus bersama hujan. Awan juga dituntut untuk bersama keadaan lainnya apapun itu. Jadi, aku selalu disini. Berhentilah bersikap seolah aku hanyalah kakakmu, disaat kamu tau aku menganggapmu lebih dari itu.."
Deg!
Iris ungu itu berbinar sebelum kembali menetaskan airmata dengan lebih deras. Tangan mungilnya mencoba meraih punggung lebar itu untuk dipeluknya. Menumpah ruahkan semua airmata yang belum pernah ia tunjukkan pada siapapun.
"Maaf.. Maafkan hujan yang terlalu berambisi meraih matahari. Melupakan fakta bahwa awan selalu bersamanya."
"Awan akan selalu bersama hujan. Aku bersamamu."
Beberapa menit berlalu, keduanya tak kunjung melepaskan pelukan itu. Dibawah senja yang semakin menghilang, ditengah gerimis pelan, beradu dengan angin semilir yang dingin. Mereka berdiri dan saling menghangatkan. Sesekali tangan kekar Chen mengelus lembut surai sang gadis. Atau mengecup pucuk kepala itu dengan sayang. "Ayo sedikit menjauh dari sini, nanti kau bisa sakit." Ujar Chen sebelum menggandeng tangan Alysha dengan erat dan membawanya menjauh dari sana. Duduk didalam sebuah gazebo disana yang ternyata sudah tersedia beberapa bantal, karpet halus, serta selimut disana. Apa ini bagian dari gedung SM? Pikir Alysha saat itu.
"Kapan terakhir kali kau menangis?" Tanya Chen setelah posisi mereka terasa nyaman. Duduk bersampingan dengan Alysha yang bersandar dan memeluk lengannya.
"Saat ini, untuk sebelumnya.. aku tidak ingat. Aku mencoba menekan semua rasa sedihku agar tidak terlihat. Fake smile bisa dibilang? Aku hanya akan menangis saat sendirian."
"Kau hanya terlalu lembut. Tidak masalah jika ingin menangis, karena kau selalu membutuhkannya untuk hati lembutmu itu. Mulai saat ini, kau bisa berbagi tangismu padaku. Berbagi kesulitanmu, aku akan menjadi pendengarmu. Aku akan menjagamu."
Alysha tersenyum, senyum itu memancing bibir runcing Chen untuk itu melengkung. Memberanikan diri menangkup penuh wajah sang gadis. Memangkas habis jarak diantara mereka secara perlahan. Dan kemudian menyatukan kedua belah bibir mereka. Hanya menempel sejenak, dan sesaat kemudian ia mencoba menggerakkannya. Sang gadis mencoba mengimbangi permainan Si Pasangan, ikut memejamkan matanya. Dan tepat saat Chen melabuhkan ciuman tadi, matahari telah tak nampak. Tergantikan dengan langit petang yang mulai dihiasi bulan. Juga hujan yang semakin turun -namun dengan santai- seolah senang melihat sang gadis bahagia. Hujan dan Awan memang selalu ditakdirkan bersama.
___________________________
TBC..CHEESY BANGET GILA :)
Note:
•Naneun honja issneun geotman gathayo: Aku merasa seperti aku sedang sendirianHope you guys like♡
Enjoy and vote please☆
Thankies~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hawthorn (EXO Fanfiction)
RandomSetiap orang pasti memiliki harapan. Hawthorn adalah lambang harapan. Berharap atas keinginan yang paling diidamkan. Mengharapkan sesuatu yang besar juga tidak salah kan. Bagaimana jika harapan itu terkabul? Hanya orang-orang bodoh yang akan menepi...