28. All of You, Haruto

1.5K 184 5
                                    

Watanabe Haruto.

Sosok yang aku kenal sejak kecil. Ia begitu penyayang dan sabar selama berhadapan denganku. Itu yang membuat aku selalu nyaman berada di dekatnya.

Watanabe Haruto.

Tak terasa belasan tahun yang terhitung kami tumbuh walau tak selalu bersama saat kami menginjak usia remaja. Pada saat kecelakaan itu terjadi, semuanya hilang.

Watanabe Haruto.

Aku mulai asing dengan nama itu. Aku mulai ingin mengenalnya. Siapakah orang dengan nama itu? Mengapa aku merasa ganjal setelah menyebut nama itu?

Watanabe Haruto.

Sempat membaca nama itu pada kartu identitas yang aku temukan di bandara. Ternyata, Watanabe Haruto adalah seorang idol saat itu yang ku ketahui. Tak banyak hal lagi selain itu.

Watanabe Haruto.

Aku berusaha untuk mengembalikan kartu identitas itu hingga akhirnya aku juga mengembalikan ingatanku dengan perlahan disela-sela aku ingin bertemu dengannya.

Watanabe Haruto.

Percaya atau tidak, nama itu, idol itu, adalah sahabatku sejak aku kecil. Dia adalah Watanabe Haruto. Orang yang selalu ada disampingku saat aku masih merengek minta dibelikan permen loli. Yang selalu aku ajak jika aku ingin berpergian kesana kemari. Yang selalu menemani hari-hariku.

Dan kini, hari ini, aku menginjakkan kakiku di tanah Seoul, dan akhirnya sepasang mataku tertuju fokus pada sepasang mata yang indah di depanku. Dia adalah Watanabe Haruto.

Bertahun-tahun aku menahan. Bertahun-tahun tak berjumpa. Bertahun-tahun tak melihat sosok ini. Dirinya kini tumbuh menjadi pria yang tangguh, tampan, dan sangat manis.

Aku lihat wajahnya mengukirkan senyum indah, senyum yang sangat-sangat aku rindukan.

Di depan gedung Waiji ini lah, saksi bisuku dengan Haruto. Untuk pertama kalinya setelah perpisahan itu. Dan untuk kesekian kalinya setelah kita berada di umur yang sudah dewasa. Dari bayi hingga sekarang. Semua amat berbeda.

Bisakah aku memeluknya sekarang?

Aku mulai melangkahkan kakiku. Begitu juga dirinya. Kami mulai mendekat dan akhirnya, kami berpelukan. Meluapkan segala kerinduan yang menumpuk bagaikan bukit. Lalu kami berpelukan seakan memusnahkan tumpukan kerinduan itu.

Aku sangat rindu berada dipelukannya. Aku merindukan aroma tubuhnya. Aku merindukan nafasnya yang berhembus ditengkukku.

Aku merindukanmu, Watanabe Haruto.

WATANABE HARUTO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang