Waktu terus berputar layaknya roda, akhirnya Wonyoung lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Tidak sia-sia selama ini dia berusaha keras untuk belajar, juga untuk melupakan seseorang yang amat dia rindukan. Untuk saat ini, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Jepang. Entah tak tau mengapa, niatnya ingin sekali belajar di negara sakura itu. Dan juga hal ini tanpa dipaksa oleh kedua orang tuanya.
Karena mendengar hasil belajar Wonyoung yang sangat memuaskan, orang tua Wonyoung berjanji akan menuruti apa kemauannya. Dan itu saja, dia ingin pergi ke Jepang dan sudah pasti orang tuanya menyetujuinya.
Sudah sangat lama Wonyoung tidak mendengar kabar dari Haruto, lalu sibuk dengan belajar dan juga mengurus sekolah dan juga data-data perpindahannya, sedikit demi sedikit ia mungkin sudah mulai melupakan orang itu.
Hanya inilah satu-satunya cara, agar rasa rindu itu tidak terus tumbuh menjadi perasaan yang sangat amat serius. Jika hal itu terjadi, maka akan sulit. Dirinya jarang berinteraksi dan hanya sekali untuk berjumpa. Setelah itu, tidak ada tanda jejak yang ditinggalkan olehnya. Nomor ponsel Haruto sudah dihapus oleh ayahnya dan ayahnya juga yang menggantikan nomor ponsel Wonyoung dengan yang baru. Sudah pasti Haruto akan kesulitan menghubunginya kembali.
Walaupun begitu, Wonyoung tidak mudah sedih. Dia yakin, bahwa di Jepang sana dia akan menemukan sosok yang juga bisa membuat dirinya nyaman berada di dekat orang itu.
Tunggu.
Jika Wonyoung sudah merasa nyaman saat dia bertemu dengan Haruto, apakah dia sudah meletakkan sebuah perasaan yang serius padanya?
Mengapa tidak, saat bertemu Haruto, dia merasakan ada hal-hal aneh yang menggerogoti tubuhnya. Entah apalah itu, rasanya terdapat kupu-kupu yang sedang terbang bebas diperutnya. Detak jantungnya kian rusuh saat dirinya melihat senyum manis Haruto terukir di wajahnya.
Dia pernah merasakan hal yang seperti ini, tapi kapan?
Mengapa dia merasakan hal aneh ini saat dia bertemu dengan orang asing?
Dia hanya berniat baik untuk mengembalikan kartu identitas itu. Namun mengapa dia merasakan getaran dan gejolak aneh ini?
Itulah yang dirasakannya saat pertama kali melihat Haruto.
Benar-benar aneh.
Aku merasa seperti pernah melihatnya, tapi entah dimana dan kapan.
Apakah aku sebelumnya pernah bertemu dengannya juga?
Jika iya, kapan dan dimana?
Aku sangat tidak asing dengan senyuman dan suara ini.
Tapi entah mengapa, memori otakku tidak dapat berputar dengan baik.
Kepalaku semakin sakit jika ingin mengingatnya kembali.
"Atas nama, Jang Wonyoung" lamunannya buyar ketika seseorang menyebutkan namanya.
"Iya saya"
Hari ini adalah hari pertama untuk pengenalan di salah satu universitas Jepang dan sedang berlangsung kegiatan pengabsenan. Baru hari pertama saja pikirannya sudah lari kesana kemari.
Tentu saja, aku belum bisa melupakannya.
Tiga hari yang lalu, Wonyoung sampai di Jepang seorang diri. Saat melihat bandara, otaknya berputar lagi saat ia menemukan kartu identitas Haruto.
Mengapa melupakan seseorang itu sangatlah sulit?
Wonyoung banyak melamun, sampai kakak tingkat menegurnya untuk tidak terus melamun. Karena banyak hal yang sangat penting yang harus ia dengar mengenai kampus ini.
Kini statusnya sudah menjadi mahasiswi, tidak ada lagi waktu untuk bermain. Ini adalah jenjang dimana dia memulai hidupnya yang baru.
Wonyoung mencoba untuk fokus mengikuti kegiatan ini. Masih terdapat dua hari lagi yang tersisa, maka kegiatan pengenalan ini akan segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATANABE HARUTO [END]
Hayran KurguWonyoung melihat sebuah kartu yang jatuh tepat dihadapannya. Wonyoung beranjak dari duduknya, lalu memungut kartu itu dan melihat... "Watanabe Haruto?" Saat bertemu dengan Haruto, Wonyoung menemukan banyak sekali keganjalan-keganjalan dan pertanyaan...