Wonyoung duduk disebuah kursi panjang, sudah berjam2 dia menantikan sosok orang itu tapi tidak hadir juga.
"Mana sih lama bener?"
Tak sesekali dia menoleh jam tangannya yang melingkar sempurna di pergelangan tangan kirinya.
"Gak ada minuman apa ya? Haus" Wonyoung beranjak dari duduknya lalu pergi untuk mencari seteguk air mineral disekitaran bandara ini.
Wonyoung menaikkan sebelah alisnya setelah melihat harga air mineral itu di dalam kulkas. "Anjirlah mahal banget" lalu ia berjalan menjauhi kios tersebut dan kembali duduk di tempat semula.
Sudah pukul 23 lebih 5 menit, tapi batang hidung saudaranya belum juga kelihatan.
Bandara tampak lebih ramai. Sudah larut malam begini malah semakin ramai. Padahal saat ia sampai di bandara tadi, tidak seramai ini. Banyak orang yang sampai selonjoran dibawah, apa menunggu temannya juga?
Ketika sebuah bus putih bercorak kuning berhenti, semua orang menatap bus itu.
"Itu dia busnya!" Teriak seseorang. Setelah itu mereka berhamburan memasuki bandara. Desak2an hingga dorong2an.
Wonyoung menatap mereka heran "Ada apa sih?". Orang2 itu teriak histeris, sambil menyebutkan nama orang yang Wonyoung tidak kenal sama sekali. Semakin banyak yang mengerumbuni ke dalam. Wonyoung semakin muak melihatnya.
Wonyoung beranjak dari duduknya, lalu mendekati pulau manusia itu. "Emang ada apaan sih woy?!" Teriaknya dan satupun tidak ada yang peduli.
Saat seseorang melewatinya, ia menarik tangan orang itu dan bertanya "Ada apaan sih?" Tanya Wonyoung sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Orang itu menoleh dan menunjuk bus itu "Ini kita kedatangan tamu spektakuler!!!" Jawabnya antusias.
Wonyoung masih gak mengerti, hingga dia bertanya sekali lagi.
"Yaampun, mba! Masa gak tau sih? Artis besar dateng kesini" lalu orang itu berlari ke arah gerombolan manusia itu dan meninggalkan Wonyoung yang masih sibuk dengan pikirannya.
'Artis besar?' batinnya dalam hati.
Semua orang tampak mengerumbuni ke dalam, kecuali Wonyoung. Dia tidak habis pikir, mengapa orang2 ini sangat antusias saat seorang artis datang mengunjungi negara ini, uh? Wonyoung berjalan kembali menuju kursi yang tadi ia duduki sambil menonton beribu manusia yang seperti sedang rebutan sembako.
Bandara tampak ricuh, saat yang dikatakan 'artis' mulai keluar dari dalam bandara. Sebelumnya, mereka sempat terdiam lama di dalam. Karena banyak orang atau yang bisa disebut 'fans' mereka menghalangi jalan keluar.
Mereka keluar tanpa pengawasan yang ketat. 'Hah?! Yakin ini artis? Tapi penjaga gak ada sama sekali.' Batin Wonyoung.
Suasana semakin menggila. Wonyoung miris melihat wajah para artis yang sepertinya ketakutan? Kalau Wonyoung menjadi mereka, mungkin Wonyoung juga akan merasakan hal yang sama. Dikerumbuni banyak orang hingga desak2an sampai tidak memiliki akses jalan untuk lewat dan tidak ada penjaga? Huh, mengerikan!
Ternyata artis yang baru saja lewat di depan Wonyoung, bukan itu saja. Terdapat dua kelompok, yang satunya menyusul dibelakang. Mereka sampai mencar, astaga.
Yang di kelompok kedua ini, lebih banyak yang diincar. Sempat menguping pembicaraan para fans mereka, katanya salah satu diantara mereka—di kelompok kedua ini, visualnya tidak bisa ditandingi dengan yang lain. Ya bisa dibilang, gantengnya maksimal.
Wonyoung semakin pusing melihatnya, kasihan mereka sampai tidak diberi akses jalan oleh para fansnya. Keterlaluan.
Saat gerombolan ini sudah melewatinya dan para artis mulai masuk ke dalam bus, pandangan Wonyoung teralihkan. Dia melihat sebuah kartu di atas lantai. Karena tadi seseorang sempat menendangnya. Wonyoung beranjak dari duduknya, lalu memungut kartu itu.
"Punya siapa?" Lalu Wonyoung membalikkan kartu tersebut, dan melihat identitas pemilik kartu ini.
"Watanabe Haruto?" Gumam Wonyoung pelan, lalu pandangannya beralih pada foto yang ada pada kartu tersebut.
Wonyoung mendelik saat menyadari sosok difoto itu.
"I-ini kan artis yang barusan lewat?" ucap Wonyoung pelan, agar para fans yang masih berkeliaran disini tidak mengetahuinya.
Saat mengetahui ini milik artis yang baru saja lewat di depannya, Wonyoung melihat ke arah bus yang tadi terparkir di tempat pemberhentian ini, namun sudah menghilang.
Bandara yang tadinya menggila sekarang sudah lebih tenang. Semua fans sudah pulang ke rumah masing-masing, namun ada fans yang jumlahnya tidak sedikit malah mengejar bus tersebut.
Wonyoung sibuk dengan pikirannya sambil memandang kartu tersebut. "Ini gue gimana caranya ngembaliin kartu ini?"
Seseorang menepuk bahu Wonyoung "Woy! Bengong aja lu. Pulang jangan?!"
Wonyoung sontak kaget dengan orang ini "Eh, kak Yuri. Baru sampai?"
Yuri mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya pada tangan Wonyoung. "Itu apa?" tanya Yuri lalu merampas kartu tersebut dari tangan Wonyoung.
"Anu, tadi itu punya artis yang baru aja dateng. Ricuh banget disini sampe desak2an, trus kartu identitasnya jatuh" jawab Wonyoung panjang lebar.
"Oh" Yuri mengangguk2 lalu menyerahkan kartu tersebut kepada Wonyounh. "Kembaliin sana, siapa tau penting?"
Wonyoung mengernyit "Gimana caranya?"
Yuri menoyor kepala Wonyoung sambil berkata "Cari tau sendiri. Ayuk ah pulang, capek" Yuri berjalan meninggalkan Wonyoung yang masih mematung memandang kartu identitas yang dipegangnya.
Menyadari Yuri semakin menjauh, Wonyoung berlari menyusul kakaknya.
'Gimana caranya ya' batin Wonyoung yang sibuk bertanya terhadap dirinya sendiri. Bingung bagaimana caranya agar kartu ini bisa dikembalikan kepada si pemilik.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATANABE HARUTO [END]
FanficWonyoung melihat sebuah kartu yang jatuh tepat dihadapannya. Wonyoung beranjak dari duduknya, lalu memungut kartu itu dan melihat... "Watanabe Haruto?" Saat bertemu dengan Haruto, Wonyoung menemukan banyak sekali keganjalan-keganjalan dan pertanyaan...