Prolog

3.8K 439 286
                                    

Mataku terbuka setelah menikmati indahnya mimpi yang sempat mampir di tidur malamku. Mimpi itu tiba-tiba saja masuk kedalam tidurku dan meninggalkan sisa-sisa kenangan indah diingatanku saat terbangun pagi ini. Semalam, aku bermimpi menikah dengan seseorang, tapi aku lupa siapa seseorang itu. Yang jelas, aku bahagia saat mengingatnya.

Indera perabaku rupanya merasakan ada sesuatu yang melingkar di jari manis tangan sebelah kiriku. Sontak, aku pun segera menatap anggota tubuhku yang terasa ada yang mengganjal itu. Cincin?

Aku pun terlonjak dari posisiku. Terkejut dengan benda kecil yang sudah melingkar dengan apik di sana. Jantungku berdegup kencang. Oke, sekarang aku tak lagi bahagia mengingat mimpi tadi. Kini, ku letakkan tanganku di dada, merasakan kencangnya detak jantungku pagi ini.

"Hay, istriku. Sudah bangun?"

Kini sebuah suara asing berhasil mengejutkanku. Seorang laki-laki berbalut pakaian serba putih dengan surainya yang kecoklatan baru saja menyapa sambil melambaikan tangannya kepadaku di barengi senyumnya yang tersinari semburat mentari pagi. Laki-laki itu saat ini sedang duduk di tepian ranjang tempat diriku berada dengan jarak yang berdekatan.

"Hya... Nugunya???" teriakku spontan sambil memukulnya dengan sebuah guling di kedua tanganku yang bermaksud mengusirnya. Tapi bendaku tak menyentuh apapun—maksudku tubuhnya. Gulingku seolah menembus tubuhnya yang sedang duduk di sebelahku. Tembus? Apa dia hantu?

Ku tutup mulutku dengan kedua telapak tanganku. Memandang wajahnya yang menurutku sangat tampan untuk ukuran manusia. Tapi bukan itu yang membuatku menutup mulut. Melainkan tubuhnya yang tertembus oleh benda yang baru saja ku layangkan kepadanya.

"Tenang! tenang! Jangan takut!" titahnya sambil mengayunkan kedua telapak tangannya kearahku. Akhirnya, aku pun menuruti ucapannya.

"Kau siapa? HUH?" teriakku lagi.

"Aku Nana. Aku adalah suami hantumu," ucapnya sambil berdiri sedikit menjauh dari posisiku.

Suami? aku masih pelajar. Bagaimana bisa dia menyebut dirinya dengan sebutan suamiku?

"Apa kau terkejut?" dia kembali bersuara setelah tak mendapat responku beberapa saat.

"Kau siapa? Kenapa ada di kamarku? Lalu, apa maksud dari suami hantu? Huh?" tanyaku dengan cepat. Hantu itu malah tersenyum sambil menghampiriku lagi. Kini, tubuhnya sudah berdiri tepat di sebelah ranjangku.

"Sebelumnya, aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kau pasti terkejut. Aku adalah arwah tersesat yang masih belum bisa naik ke atas sana. Dan maksud dari suami hantu adalah karena kita menikah dari dunia yang berbeda. Tapi tenang, cincin yang kau pakai akan terlepas dengan sendirinya saat status hubungan kita sudah dinyatakan selesai oleh langit. Setelah aku berhasil melakukan misiku untuk menjagamu tanpa membuatmu tertarik kepadaku." Tenggorokanku seketika terasa kering. 

"Apaan sih! Aku nggak paham!" ucapku sambil berusaha melepas cincin emas yang melingkar di jari manisku.

"Singkatnya, kau adalah alat untuk membantuku agar bisa kembali ke alam sana." Pada akhirnya, mataku membulat karena terkejut setelah menangkap maksud dari perkataannya.

"Naega wae?" lirihku.

"Karena kau adalah perempuan yang baik." Pppft... pernyataan macam apa barusan? Aku pun bangkit dari posisiku, lalu meninggalkan ranjang dan menghadap ke arah hantu yang kini duduk di tepian ranjangku dengan matanya yang terlihat mengawasi tiap gerak tubuhku.

"Suami apaan? Nggak! Aku masih sekolah, aku bahkan tidak mengenalmu!" seruku.

"Tapi semalam kita baru saja melakukan pernikahan spiritual. Kau masih ingat, kan?"

Aku diam tak menanggapi perkataannya, mataku tak bisa berpaling menatap wujudnya yang tidak nyata. Tapi memang benar, aku masih mengingat mimpi itu. Tapi, itu hanya mimpi dan bukan kejadian nyata. Sungguh tidak bisa masuk di akal, di jaman modern begini, aku malah menikah dengan hantu. Siapapun yang mendengarnya pasti menganggap aku mengalami gangguan kejiwaan, siapa yang akan mempercayainya? Benar-benar konyol.

"Cincin itu akan terlepas dengan sendirinya. Tapi entah kapan," ucapnya setelah menatapku dengan binar matanya yang kian meredup.

"Aku juga tidak bisa melepas cincin ini sesuka hatiku." lanjutnya sembari menyentuh cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Lalu, bagaimana jika orang lain apalagi orang tuaku? Ah, tidak! Bagaimana jika pacarku mengetahuinya?" tanyaku dengan suara yang tiba-tiba parau.

⌞♪♪♪♪⌟

TBC

Suka dengan cerita ini? Jangan sungkan untuk menambahkannya di daftar perpustakaan kalian, lalu vote dan komen ya...

Sampai jumpa di chapter berikutnya...

Sampai jumpa di chapter berikutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Published On:
Sunday, 01-03-20

NANA 2020 [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang