[04] Bohong

1.2K 269 99
                                    

Selamat datang dicerita pertamaku.
Aku yakin, kalian pasti tahu bagaimana cara menghargai karya orang lain.

Happy Reading Guys~

#===#

Aku melingkarkan kedua tanganku di perut Jeno karena laju motor Jeno yang lumayan kencang. Hembusan angin mengurai rambut panjangku yang tak ku ikat karena malas.

"Ini apa Nam?"

Kami berdua berhenti di depan garasi. Tanpa ku ketahui, rupanya tangan kiri Jeno sudah melepas pegangannya dan menyentuh jariku. Sontak, aku pun melepas pelukanku dan bergegas turun dari motor Jeno lalu menunggunya di kerumunan eomma dan appa yang sedang duduk bersantai di gazebo halaman rumah tempat kak Doyoung dan Johnny bermain gitar saat eomma dan appa kerja bakti membersihkan taman.

"Anyeonghaseo..., eommonim, abeonnim." Jeno berjalan menghampiriku setelah memarkir motornya dengan sempurna.

"Helmnya Jeno kok masih kamu pakai?" appa. Duh-dodol banget aku. Dengan nyengir kuda, aku pun melepas helm Jeno dan meletakkannya ke motor Jeno. Sedangkan Jeno, dia duduk diantara eomma dan appa sambil melakukan perbincangan yang tak dapat kudengar dengan jelas. Aku yang melihatnya dari kejauhan pun lantas tersenyum melihat pemandangan itu, sambil membayangkan jika kelak Lee Jeno benar-benar menjadi bagian dari keluarga kami.

"Jen, mau minum apa?" tanyaku menghampirinya.

"Bikinin jus mangga gih, eomma sama appa kemarin baru saja beli mangga banyak banget" eomma.

"Mau Jen?" tawarku yang di jawab anggukan mantap oleh Jeno dengan eyesmile-nya.

"Ya sudah! tunggu sini ya, aku bikinin jus buah buat kamu." aku pun berlari meninggalkan Jeno bersama kedua orang tuaku.

Saat tubuh ini baru saja menginjakkan dapur, sosok Nana sudah duduk di meja dekat cucian piring sambil berdehem menyadarkanku akan keberadaannya.

"Mw-mwo?"

"Enak ya, bisa pelukan di atas motor?"

"Cemburu?"

"Cemburu sih enggak, tata kramanya dong!"

"Chih-apa apaan sih! Kurasa, pernikahan kita hanya status belaka?" sarkasku sambil memotong buah mangga yang ku ambil dari kulkas. Buah mangga itu sudah terkupas sejak aku mendapatinya di kulkas. Mungkin eomma yang mengupasnya untuk mempermudah saat mengolah menjadi jus ataupun saat hendak memakannya.

"Tapi kan tetap saja, bagaimana jika yang di atas sana mengetahui kelakuanmu dan memperpanjang waktu pernikahan kita?"

"Bo... do... am...at!" aku berlalu meninggalkan dia dan berjalan menuju tempat juicer.

"Bagaimana jika kelak kamu cemburu melihatku bersama hantu wanita lain? -hehe" tiba-tiba dia sudah di belakangku sambil menyenderkan dagunya di pundak kananku. Mataku melirik kearah sumber suara itu, lalu meneguk pelan salivaku yang tiba-tiba berkumpul di dalam mulut.

"Bo...do!" elakku sambil berlalu meninggalkan dapur.

Aku berjalan ke arah gazebo dengan 2 gelas jus di tangan kanan-kiriku. Sedangkan si Nana, dia masih saja membuntutiku dan malah duduk di samping eomma yang padahal aku ingin duduk di sebelah sana agar berdekatan dengan Jeno juga.

"Sialan!" seruku sambil menyodorkan gelas ke Jeno.

"Huh? Kenapa Nam?"

"Hemh? Ah, anni..." ucapku sambil melambaikan tangan kiriku.

NANA 2020 [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang