[11] Selamat tinggal, Han Chaerin

1K 203 85
                                    

Selamat datang di Story aku, Jangan pura-pura lupa menekan tombol ☆untuk vote cerita ini.

Happy Reading 🌸
...............

i can hear it callin' from where you are
loving the way you wanna talk
touch me, tease me, feel me up
touch me, tease me, feel me up
callin' when it's after dark
something in the way you wanna talk
touch me, tease me, feel me up
touch me, tease me, feel me up

Aku bergumam kecil ikut menyanyikan lantunan nada dari lagu yang saat ini sedang ku putar sambil melakukan perjalanan menuju sekolah. Mataku rupanya menangkap sebuah boneka yang ku ketahui merupakan karakter favorit Chaerin, Rilakkuma. Mengetahui hal itu, segera ku sempatkan waktu yang tersisa untuk masuk kedalam toko itu dan membelikannya sebagai hadiah untuk Chaerin karena kemarin, aku telah mengingkari janjiku. Singkatnya, aku ingin menghibur Chaerin dengan membawakan boneka ini.

Setelah berhasil mendapatkan boneka itu, mataku pun menilik jam tangan merah mudaku. Masih ada beberapa waktu hingga bel berbunyi. Segera ku langkahkan kakiku meninggalkan toko yang terletak di seberang sekolahku.

"Nami!" atensiku saat hendak melintasi zebra cross pun teralihkan oleh Lee Jeno. Entahlah, tiba-tiba saja... Saat bola mataku menangkap sosoknya, hatiku seperti terenyuh karena masih teringat oleh kepingan masa lalunya yang ku dapat dari bola kristal milik cenayang. Lelaki itu tersenyum memandangku, eyesmile-nya menggugah kesadaranku. Ada rasa penuh kelegaan juga, karena saat ini, Jeno berhasil merubah nasibnya.

"Hilih! Ketemu makhluk itu lagi," desah Nana yang sedari tadi dengan antengnya membuntutiku.

"Jeno, tumben siangan berangkatnya?"

"Iya nih, aku lagi sendirian dirumah. Hyung aku lagi KKN, eomma sama appa perjalanan bisnis keluar kota." ujar Jeno.

"Hmmm... Curcol nih curcol," hantu itu menatap Jeno dengan ekspresi penuh kecemburuan. Wajahnya di tekuk seperti koran bekas.

"Yuk, keburu bel!" Lelaki itu menggenggam tanganku dengan senyum sumringahnya, membuat jantungku berdetak hebat. Tangan kirinya memegang tumpukan bukuku yang baru saja ia ambil alih dari tanganku.

Mataku melirik Nana sekilas. Wajahnya masih muram, ingin rasanya aku menghiburnya. Tapi, Jeno ada disampingku saat ini. Dan dengan terpaksa, aku pun mengikuti langkah kaki lelakiku.

Hingga pada akhirnya, aku dan Jeno pun tiba didalam kelas. Tangan kekarnya meletakkan bukuku diatas mejaku.

"Nam, aku duduk di bangku Chaerin, ya?" Jeno.

"Loh! Kok duduk disini? Didepan aja! Entar kamu nggak kelihatan jelas loh!"

Jeno, lelakiku itu memiliki kelemahan pada matanya. Dia menderita rabun jauh yang mengharuskannya duduk didepan dan memakai kaca mata saat pelajaran. Minusnya lumayan tinggi, kisaran -4,5 bercampur silinder yang mampu memburamkan penglihatannya dengan jarak 1 meter jika tidak memakai kaca mata.

"Please... hmmm? Kan entar bisa nyontek catatan kamu," rayunya sambil mengulum bibir tipisnya, aku yang melihatnya pun terkejut dibuatnya. Untung saja para penghuni kelas ini masih berkeliaran diluar kelas.

"Entar kalo nilai kamu jelek gimana?" ku tatap wajahnya dari bangkuku. Saat ini, aku sudah duduk dengan anggunnya di atas bangkuku sendiri.

"Nggak bakal! Otakku terlalu cerdas!" lelaki itu mencubit hidungku gemas, membuatku meringis kesakitan. Untung aja dia pacar aku.

"Izinin aja napa sih Nam! Ribet amat," Renjun, si ketua kelas yang sebelumnya sibuk mengotak-atik buku catatannya pun menginterupsi percakapanku dengan Jeno.

NANA 2020 [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang