Lepas [25]

802 110 64
                                    

Mataku beradu tatap dengan Nana yang ternyata selama ini pulang ke kampung halamannya. Air mukanya tampak merasa bersalah sekarang. Sedangkan aku yang ditatapnya hanya bisa diam tak menanggapi segala ocehan Nana.

Di sisi lain, ada yang menarik perhatianku di tempat ini, yaitu foto-foto yang tersimpan rapi di dalam bingkai dan tertempel di dinding ruang tamu. Yang membuatku semakin tertarik untuk memperhatikannya adalah wajah dan senyum mereka berdua yang sama persis tanpa ada sedikit perbedaan. Kalau saja orang yang tidak mengerti rahasia keluarga ini, mungkin foto-foto ini akan mereka bilang editan.

"Nam..." lirih Nana sekali lagi.

Kuedarkan pandanganku, menatap wajah sang wanita paruh baya yang tenggelam dalam senyum bahagianya bersama Jeno dan Jaemin. Saat ku tatap Lee Jeno, lelaki itu tiba-tiba menyentuh punggung tanganku. "Ini Nami, gadis yang selama ini menjadi penyemangat Jeno untuk berubah lebih baik. Ah... Iya, dia satu bangku dengan Chaerin di kelas." bibirku menganga saat itu juga, di mana bola mata ini dengan sengaja menatap wajah nyonya Na yang membawaku terhanyut dalam kecantikan parasnya.

"Anyeonghaeseo..." sapaku. 

Tiba-tiba suara berat yang berhasil membuatku bingung terdengar di telinga. "Pacar kamu cantik banget ya Jen," rupanya, suara itu adalah milik Jaemin, ia menyahut dan masuk dalam perbincangan kami.

"Dia kakakku, tampan kan?" Nana kembali menyahut, dan masih tidak kuhiraukan.

Jujur saja! sebenarnya, sejak netraku menangkap keberadaan Nana di kediamannya, segala macam pertanyaan sudah berkecamuk di kepalaku dan meronta untuk kulontarkan. Dan akhirnya, kuputuskan untuk permisi sebentar dengan dalih melihat pemandangan malam dari depan apartemen ini.

Lelakiku sempat bersikeras untuk menemaniku. Tapi, aku berhasil membujuknya agar dia tetap berada di dalam sana dan menikmati momen langka ini bersama keluarga Na.

Kesunyian malam sudah menyambut kami di luar. Saat aku tatap wajah si Nana, pipinya terus saja mengembang bebarengan dengan bibirnya yang melebar dan kubalas dengan senyuman singkatku.

"Nana, maaf... Aku tidak bisa membalas tiap perkataanmu saat di dalam." hantu itu mengangguk setelah perkataanku selesai, lalu menangkup pipiku. "Eum, aku tahu. Hehe..." dia terkekeh dengan penampakan gigi putihnya.

"Nana-ya, apa ingatanmu sudah kembali?" aku menginterogasinya setelah menyempatkan waktu untuk menengok setiap sudut koridor agar tidak di ketahui oleh orang lain.

Nana pun melepaskan tangannya dari pipiku, lalu merubah posisinya. "Baru beberapa," ucapnya sambil menyandarkan tubuhnya ke pagar.

Aku mengikuti pose yang ia lakukan. "Apa kau sudah mengunjungi makammu?" iris hitamnya melirik kearahku, kemudian diikuti oleh tubuhnya yang kini menghadap tubuhku.

Nana menyeringai, menatapku dengan sejuta senyumnya. "Haha, buat apa? Aku sudah menemukan keluargaku." aku yang mendengar jawabannya hanya bisa mengangguk beberapa kali. Pantas saja dia tidak mengikuti si Jaemin saat di makam tadi. "Syukurlah," balasku.

"Jadi... Apa rencanamu kedepan? Apa kau akan terus di sini atau pulang ke rumahku?" aku sedikit mendekatkan tubuhku sekarang. Tapi... Wajah Nana berubah dalam seketika dengan ekspresi kebingungannya yang mendalam.

Oke, aku tahu apa yang sedang ia rasakan dan pikirkan. "Ah... Ne... Ne... Gawenchana... Aku tahu! Baiklah... Kau tinggallah di sini sampai rasa rindumu terbayarkan dan juga... sampai ingatanmu benar-benar pulih. Eum?" titahku.

NANA 2020 [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang