[10] Mencari kebenaran tentang Lee Jeno

1K 228 67
                                    

Eits... Sebelum baca, mohon tekan ☆ untuk vote cerita aku. Karena menulis cerita nggak semudah merangkai khayalan.

🌸Happy Reading🌸
🤗🤗🤗


Mentari baru saja menampakkan separuh sinarnya. Saat ini, aku sedang berdiri di depan sebuah rumah berplang dengan tulisan Madam Sunshine. Mataku mengawasi rumahnya dari luar pagar karena dilema. Dan alasanku datang sepagi ini adalah untuk menghindari hantu Nana.

"Wae? Masuk aja kali!"

"AIGO KAMJJAKKIYA!" suara yang sangat familiar di gendang telingaku berhasil mengagetkanku hingga membuatku menyumbul. Mataku menatapnya kikuk karena merasa telah tertangkap basah olehnya.

"Kamu kok bisa tahu kalo aku ada disini?"

Hantu itu menahan senyumnya, "Kan ada google map!" jawab Nana ngawur karena terinspirasi olehku yang selalu mengandalkan google map.

"Ya kali, google map bisa ngelacak orang!" decakku sebal sambil meliriknya sinis. Si hantu itu malah meringis dengan wajah pucatnya.

Sebenarnya, saat Nana muncul di rumahku, dia tidak menemukan keberadaanku disana. Dia sempat mencariku ke setiap tempat yang pernah ku kunjungi bersamanya, tapi dia tidak menemukanku. Hingga akhirnya, firasatnya memerintahnya untuk datang ke tempat ini.

"Pulang yuk, Nam! Sarapan! Aku laper," Nana menggandeng tanganku dengan wajah melasnya.

"Jadi hantu labil banget sih! Katanya nyuruh masuk! Sekarang ngajak pulang!" bentakku kesal.

Hantu itu menatapku lemah, wajahnya tampak bingung. Hatinya sedang berkecamuk karena terngiang oleh cerita sang Nenek semalam.

"Udah, pulang aja! Suami kamu laper banget nih!" rayunya.

Mataku mendelik saat mendengar ucapannya, "Suami! Suami! Risih tauk, denger kata itu!" Nana malah senyum malu-malu. Tapi hatinya berbanding terbalik dengan sikapnya saat ini. Hantu itu dilema oleh perasaannya sendiri, dia berharap jika aku memiliki perasaan yang sema dengannya. Tapi, sejak mendengar resiko yang didengar dari sang Nenek, dia malah merasa lega saat mengetahui tingkahku yang terlihat tak tertarik kepadanya.

"Yasudah! Yuk pulang yuk istriku," digandengnya pergelangan tanganku, sambil menatapku seperti memohon.

"Ini malah manggil istriku, istriku!" bentakku sambil melepas pegangannya. Dingin, itu yang kurasakan.

"Udah ah! Kamu kalo laper pulang aja duluan! Ada roti tuh di atas nakas aku. Makan aja! Aku ikhlas, kok!" titahku.

Nana melongo menatapku, "Terus? Kamu?" tanyanya.

"Aku masih ada urusan disini! Gak usah GR! Bukan buat kamu kok!" kulipat kedua tanganku, sambil menatapnya dengan bibirku yang ku kerucutkan.

"Chih! Siapa, juga yang ke-GR-an! Ya udah lah! Aku cabut dulu! Laper banget! Aku nggak mau mati kelaparan!" decaknya sambil membuang muka, lalu meninggalkanku dengan langkahnya yang lumayan cepat.

"Inget! Kamu tuh udah mati! Pakek takut mati segala!" sarkasku sambil memperhatikannya dari tempatku.

"Mati untuk kedua kalinya, maksud aku!" sahutnya dengan jarak 10 langkah dari posisiku.

Setelah memastikan hantu itu benar-benar pergi, aku pun memberanikan diri untuk menekan tombol bergambar lonceng yang tertempel di samping pintu pagar.

Aku sengaja berbohong kepada hantu itu. Karena sebenarnya, aku sangat penasaran dengan peran Jeno di masa lalu Nana sekaligus memastikan jika Jeno tidak sesuai dengan apa yang kini ku curigai sebagai penyebab kematian Nana.

NANA 2020 [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang