ONE

2.8K 336 44
                                    

Hoseok berjalan mengitari panggung. Mimiknya serius, memerhatikan setiap gerakan para penampil. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama musik.

"Oke. Stop."

Sinyal yang Hoseok berikan membuat anggota orkestra menghentikan alat musik mereka. Para penampil di panggung pun menghentikan tarian mereka.

"Latihan hari ini sudah cukup sampai di sini." Hoseok menepuk tangannya satu kali, meminta perhatian pada semua yang hadir di sana. "Besok pagi kita lanjut. Pukul enam pagi harus sudah stand by. Aku tidak menerima alasan siapa pun yang terlambat. Mengerti?"

Seluruh kru serempak menyahut, "Mengerti!"

Hoseok mengangguk puas. Beberapa kali ia menepuk bahu-bahu kru dengan ucapan semangat seperti, "Kerja bagus hari ini," atau, "Jangan lupa istirahat yang cukup."

Kala Hoseok sedang merapikan barang-barangnya untuk bersiap pulang, seseorang datang menghambur bahunya dengan rangkulan dan berseru, "Hoseok!"

Hoseok mengaduh pelan. Lalu ia menatap sengit orang yang baru saja memberi beban di bahunya. "Apa yang kau lakukan di sini, Jinyoung?"

"Aku hanya ingin memberi salam." Park Jinyoung tersenyum lebar sebelum mengacak rambut Hoseok dengan gemas. Hoseok buru-buru melepaskan diri.

"Kau bahkan tidak ikut proyek ini. Untuk apa kau datang? Bukankah pekan ini kau sibuk tampil di Timur?"

Jinyoung mengambil duduk di dekat barang-barang Hoseok yang tengah empunya kemas. Ia masih menatap Hoseok dengan senyum. "Sudah selesai. Baru saja. Setelah tahu kau ada di markas, aku langsung lari ke sini."

Hoseok tertawa tidak percaya. Ia sisir poni basah karena keringatnya ke belakang. "Kau membuang waktu istirahatmu."

Jinyoung tampak menggigit bibir. Senyumnya mendadak lenyap. "Sebenarnya, aku ke sini bersama seseorang."

Alis Hoseok terangkat. Tas kulitnya sudah tersandang di bahu. "Oh, ya? Siapa?"

Jinyoung menunjuk ke arah pintu masuk dengan dagunya. Hoseok segera berbalik.

Di mulut pintu, berdiri seekor kuda putih dengan pelana emas yang ditunggangi oleh seseorang bertubuh gagah. Pria tersebut memanjangkan rambutnya hingga bahu dan diikat ke belakang. Di tubuhnya melekat baju zirah yang terbuat dari baja, lengkap bersenjata.

Hoseok menegakkan punggung, mata menyipit. Pria di depan pun turun dari kudanya dan berjalan lurus ke arah Hoseok.

"Lama tidak berjumpa, Jung Hoseok."

Hoseok memandang pria tersebut dari ujung kepala hingga kakinya yang dibalut sepatu baja. Mulutnya mendadak masam.

"Jeon Jungkook," ia mendesis.

Pria bernama Jungkook di hadapannya tersenyum manis. Dapat Hoseok lihat di wajahnya penuh dengan bekas luka. Terutama di sekitar tulang pipinya, di sana terdapat luka goresan yang cukup dalam. Tampak bahwa ia telah melalui banyak pertempuran dan peperangan.

"Aku sudah menyampaikan salamku, maka aku akan tinggalkan kalian berdua. Sampai nanti!" Jinyung menepuk bahu Hoseok sebelum berlari keluar aula. Hoseok sama sekali tidak sempat menahannya. Ia betul-betul ditinggal di sana bersama Jungkook.

Hoseok pun melipat kedua tangannya. Ia tampak jengkel. "Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau tidak punya tugas di Timur sana?"

Sementara Jungkook sama sekali tidak terganggu dengan suasana hati Hoseok yang tidak bagus. Ia hanya memandang sekeliling dengan takjub.

"Jadi ini yang kau lakukan selama ini? Tampil di teater?"

Hoseok segera mendengus. "Aku hanya menjadi koreografer. Berdiri di panggung bukan gayaku."

[jhs] Apprentice of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang