FOUR

1.1K 217 122
                                    

Sebelum Hoseok pergi, ia mendapat pelukan dari Dawon dan ibunya. Mungkin terlalu cepat untuk meninggalkan rumah setelah Ayahnya meninggal baru dua hari yang lalu. Namun, ibunya bilang tidak apa-apa. Ayahnya pasti bangga melihat keputusan Hoseok, katanya.

Namun, Hoseok tidak mau terlalu peduli. Ia hanya ingin masalah ini beres dan cepat-cepat kembali ke teater. Ia baru dapat kabar bahwa absennya Hoseok membuat kondisi proyek menjadi tidak begitu bagus. Hoseok memang punya seorang asisten yang bertugas sebagai wakilnya. Namun, asisten itu tidak punya pemikiran yang sama dengan Hoseok sehingga perkembangan proyek menjadi terhambat.

Dia punya waktu satu bulan sampai tim proyeknya tampil. Hoseok harus bisa pulang sebelum itu.

Hoseok melambai pada Dawon dan ibunya yang menangisi kepergiannya. Namun, Hoseok tidak menoleh lagi ke belakang. Ia berjalan beriringan dengan Jungkook di atas kudanya.

"Jadi, siapa guru yang kau bangga-banggakan ini?" tanya Hoseok ketika kudanya telah memasuki lebatnya hutan.

"Ah, akhirnya pertanyaan itu muncul juga." Jungkook tersenyum. Ia kibaskan poninya yang panjang ke belakang.

"Begini, kau tahu bagaimana aku dikirim ke tempat jauh untuk dilatih?"

Hoseok mengangguk. Dua tangan menggenggam tali kuda dengan erat. "Saat kau pergi lalu aku juga pergi dan Jimin merusak dirinya sendiri dan Holly menderita?"

Mendengar itu, Jungkook langsung menyorotnya tajam. "Hei. Bukan aku yang menyebabkan itu semua. Aku pergi untuk memenuhi tugas."

Hoseok memutar bola matanya, tanda tak peduli. "Jadi, kau hendak mengirimku ke guru yang sama?"

Ketika Hoseok melirik ke arahnya, Jungkook hanya tersenyum.

"Kau akan tahu nanti."


***


"Aku tidak akan menemanimu dari sini."

Kuda Jungkook berhenti di depan sebuah tebing batu. Cukup curam, namun ada jalan setapak sempit yang bisa digunakan untuk naik. Udara di sana sudah mulai dingin. Hembusan angin dingin bersalju sudah mulai terasa. Jubah sudah terpasang di bahu Hoseok yang mengerutkan kening tak suka.

"Apa katamu?"

Jungkook tidak langsung menjawab. Dari tas kulitnya ia keluarkan segulung kertas yang diikat cantik dengan seutas pita mahal. Ia serahkan pada Hoseok. "Baca ini setelah aku pergi."

Hoseok yang masih penuh dengan tanda tanya memandang Jungkook tak percaya. "Kau.. kau akan meninggalkanku di sini sendiri?"

"Oh, ayolah kau sudah besar." Jungkook memutar kudanya. Lalu tersenyum lebar. "Setelah kau membaca itu, kau akan tahu kemana kau harus pergi."

"Tu-tunggu. Jungkook, kenapa aku harus--"

"Ups, sepertinya matahari sudah bergeser ke barat." Jungkook menunjuk ke langit yang cerah di tempat yang dingin itu. "Aku sudah berjanji pada Ratuku untuk pulang sebelum matahari tenggelam hari ini. Semoga beruntung!"

"Jungkook!" Hoseok berteriak sekuat tenaga, namun Jungkook sudah memacu kudanya dengan sangat cepat, hilang di balik gelapnya hutan.

"Aish, anak itu!"

Tak dipungkiri Hoseok merasa dikhianati. Ia tidak tahu dimana dirinya berada. Udara sudah mulai dingin yang tidak wajar. Asap putih mengepul banyak setiap ia menghembuskan nafas. Cepat-cepat Hoseok mengenakan sarung tangan karena tangannya sudah bergetar akibat dingin.

[jhs] Apprentice of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang