"Hoseok!" Jungkook memanggil dengan girang saat kembali ke meja dengan semangkuk kalguksu baru.
Ia menjabat tangan Hoseok dengan genggaman yang kuat dan membawanya ke dalam sebuah pelukan.
Hoseok memaksakan senyum. Tak ia sangka ia akan bertemu Jungkook di sini. Sembari di dalam pelukan Jungkook matanya tertuju lurus pada gadis yang sekarang sedang mengaduk-aduk makanannya tak selera.
"Aku tidak menyangka aku akan bertemu denganmu di sini," aku Hoseok dengan senyum lebar. Matanya menilik ke dalam iris gelap milik Jeon Jungkook. Pria tersebut sama sekali tidak berubah, tetap tampan dan gagah seperti biasanya.
Hal itu tentu membuat Hoseok merasakan ada yang aneh di dadanya kala melihat Jungkook makan bersama dengan Meili dalam satu meja.
"Aku juga." Jungkook menepuk-nepuk bahu Hoseok dengan semangat. "Wow. Ototmu semakin tebal saja," katanya dengan cekikikan.
"Hasil tiga minggu lari 30 putaran ke puncak." Hoseok mengedikkan bahu. Ia ikut duduk saat Jungkook duduk di sebelah Meili. Senyum Hoseok nyaris saja lenyap. Dua manusia di hadapannya terlalu dekat.
Jungkook mendecak kagum sambil tepuk tangan. "Itu keren. Kalau aku dulu 50 putaran."
Hoseok nyaris mendelik tajam, tapi dengan sekuat tenaga ia tahan. "Aku tahu. Meili pernah cerita."
"Oh, ya?" Jungkook mengangkat alis. Lalu ia berpaling ke arah gadis di sampingnya. "Kau bercerita apa saja tentangku?"
Kening Hoseok hampir mengerut saat Jungkook membenturkan bahunya dengan Meili. Hoseok tahu betul Jungkook dan Meili tumbuh dan hidup bersama selama sepuluh tahun penuh, tetapi melihat mereka seperti ini membuat sebuah perasaan asing tumbuh di dada Hoseok sehingga sekujur tubuhnya memanas.
Entah mengapa, Hoseok tak mau membiarkan Meili menjawab. Ia tak mau melihat Meili berbincang dengan Jungkook. Maka Hoseok yang menjawab, "Banyak hal. Lebih sering tentang bagaimana kau berlatih. Meili bilang itu adalah motivasi untukku."
Kekehan kecil muncul dari mulut Jungkook. "Wow. Aku merasa terhormat. Semoga bisa menjadi motivasi yang bagus, ya."
Hoseok terus-terusan mempertahankan senyumnya untuk Jungkook. Namun, di satu sisi, ia tahu bahwa ada yang sedang menatapnya tajam sekarang.
"Oh, kau harus memesan makanan," kata Jungkook dengan semangat setelah ia mulai menyeruput kalguksu porsi kedua miliknya. "Kedai ini sudah menjadi langganan aku dan Meili sejak dulu. Makanannya enak-enak. Pemiliknya juga ramah. Aku merekomendasikan--"
"Hoseok."
Meili memotong tajam kata-kata Jungkook. Gadis itu sudah berdiri, makanannya diabaikan. Matanya menyorot lurus ke arah Hoseok.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Setelah katakan itu, Meili berderap ke luar kedai.
Arah pandang Hoseok dan Jungkook mengikuti pergerakan Meili yang dengan cepat menghilang di balik pintu masuk. Jungkook yang masih mengunyah membulatkan mata penuh tanda tanya pada Hoseok. Mungkin bertanya, "Ada apa?" pada Hoseok.
Hoseok menjawab dengan bahu terangkat lalu ia bangkit mengikuti arah laju Meili. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.
Meili berada di sisi bangunan yang jauh dari kerumunan orang saat Hoseok menemukannya. Ia sedang bersandar pada dinding kayu bangunan tersebut dengan dua tangan bersedekap di depan dada.
Meili terlihat marah. Murka, malah. Kening mengerut dalam dan bibir mengerucut tidak suka.
Hoseok sendiri sebetulnya tidak bisa senang-senang. Ia berhenti sekitar dua kaki di hadapan Meili dengan dua tangan tenggelam di balik saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[jhs] Apprentice of Evil ✔
Historical FictionHoseok merelakan mimpinya untuk memenuhi wasiat sang Ayah. Namun, siapa sangka? Hoseok betul-betul dibuat bertekuk lutut oleh seorang gadis. Gadis kecil yang tampak tak berdaya itu tampak seperti monster. Namun, Hoseok tidak tahu dibalik semua itu...