Setelah merasa tersesat di gunung bersalju dengan angin badai bertiup nyaris menerbangkan barang-barang bekalnya selama lebih dari dua jam, Hoseok menangkap bayangan rumah besar di lembah kecil tepat di bawah puncak gunung.
Hoseok menggigil setelah sampai di depan gerbang. Angin dingin bertiup menusuk tulang. Jika ia tidak segera masuk, mungkin Hoseok dan kudanya bisa mati membeku di luar.
Hoseok mengetuk gerbang dengan tingkat kekerasan sedang. Setidaknya agar ketukannya bisa didengar oleh orang di dalam. Setelah menggedor tiga kali, barulah gerbang yang terbuat dari kayu itu terbuka sedikit.
"Siapa?" adalah pertanyaan yang dilempar seorang wanita yang membukakan pintu. Namun, Hoseok belum dipersilakan masuk.
Butuh perjuangan bagi Hoseok untuk mengeluarkan suara. Dinginnya angin bersalju membuat rahangnya kaku dan lidah yang kelu. Namun, ia masih bisa memberi jawaban, "Namaku Jung Hoseok. Aku berasal dari Kerajaan Selatan. Mereka bilang kau akan tahu siapa aku."
Wanita berjubah panjang yang hanya tampak sebagian wajahnya saja tidak langsung menjawab. Ia tutup sedikit pintu gerbangnya dan hilang selama beberapa saat. Sambil menunggu, telinga Hoseok berdengung akibat angin yang berhembus begitu kencang dan gigi bergemetuk di dalam mulut.
Hoseok berniat menghitung sampai dua puluh dalam hati. Bibirnya yang mengering bisa berdarah jika terus dibiarkan. Setelah menghitung sampai dua puluh lebih lima hitungan, barulah sang wanita berkata, "Silakan masuk."
Kuda Hoseok masuk terburu-buru sesaat setelah pintu gerbang dibuka. Jelas, dia kedinginan. Hoseok pun turun di halaman depan rumah. Wanita berjubah barusan meminta Hoseok untuk membawa masuk barangnya sendiri tanpa menyertakan alasan. Hoseok tidak masalah, sebetulnya. Karena Hoseok sudah terbiasa hidup sendiri.
Setelah menurunkan barang dan memasukkan kuda ke dalam istal, Hoseok masuk ke dalam rumah dengan dua tas. Sepatu wajib dibuka sehingga Hoseok menelusuri lorong-lorong kayu dengan kaki beralaskan kaus kaki putih. Ia bisa merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Sirkulasi darah kembali mengalir dengan sangat baik.
"Taruh barang-barangmu di ruangan paling ujung. Setelah itu kembali lagi ke sini dan ikuti aku," ucap si wanita tadi. Ia telah melepaskan tudung kepalanya, menampakkan wajah jelita seorang wanita berambut pirang sebahu.
Hoseok tidak komentar. Ia terbirit ke ruangan paling ujung, menggeser pintunya, menaruh barang, lalu kembali lagi ke samping wanita itu setelah menutup pintu kembali rapat-rapat. Hoseok tidak melihat banyak. Hanya sebuah ruangan berbentuk persegi dengan lantai beralaskan tikar dan kasur lipat di ujung. Mungkin ruangan itu akan menjadi tempat Hoseok tinggal. Untuk sementara, Hoseok putuskan untuk tidak banyak bicara.
Wanita barusan berjalan di depan dan Hoseok mengekor di belakang. Hoseok pun tak bisa melihat banyak di rumah tersebut. Pintu-pintu tertutup rapat dan yang bisa Hoseok lihat adalah ruang tengah dengan perapian, didesain mode klasik, satu-satunya bagian yang tidak membawa kesan oriental dalam rumah tersebut.
Tapi ruang tengah itu kosong, tidak ada orang. Hoseok dibawa ke ruangan lain di bagian belakang. Pintunya menjadi jalan buntu di lorong panjang tersebut. Wanita di depannya masuk lebih dulu.
Tidak lama Hoseok menunggu, ia langsung dibawa masuk.
Ruangan itu luas. Terlalu luas malah. Lantai kayunya hangat, Hoseok bisa merasakan dari bawah kaus kakinya. Jendelanya tertutup rapat, sementara cahaya tidak banyak, hanya beberapa lampu minyak yang dinyalakan di tiap sudut. Di ujung, seorang gadis bertubuh kecil dan ramping duduk di depan kanvas besar. Tangan kiri menggenggam kuas.
Hoseok memerhatikan sekeliling. Lukisan-lukisan berserakan di sana, menempel di seluruh penjuru dinding dan banyak pula yang tertumpuk di sudut. Bermacam warna, bermacam gambar. Kaleng-kaleng cat warna-warni berantakan di sekeliling tempat gadis itu duduk. Ada yang tumpah, ada yang masih tersegel, dan ada yang tercelup beberapa batang kuas. Secara keseluruhan, ruangan itu berantakan dan penuh noda cat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[jhs] Apprentice of Evil ✔
Historical FictionHoseok merelakan mimpinya untuk memenuhi wasiat sang Ayah. Namun, siapa sangka? Hoseok betul-betul dibuat bertekuk lutut oleh seorang gadis. Gadis kecil yang tampak tak berdaya itu tampak seperti monster. Namun, Hoseok tidak tahu dibalik semua itu...