Pagi itu, Hoseok bangun dari tidur dengan semangat baru.
Ia melilitkan syal dengan rapat di sekitar lehernya. Lalu bergegas keluar teras.
Langit di luar masih gelap. Satu-satunya cahaya yang menerangi hanyalah lampu minyak yang dipasang di teras. Di sana sudah ada Meili bersama Anna, berdiri di atas salju.
"Selamat pagi, Hoseok," sapa Meili dengan dagu terangkat.
"Pagi!" Hoseok melambai dengan senyuman lebar. Tiap ia mengulur napas, asap putih mengepul di depan mulut.
Meili menarik sedikit sudut bibirnya ke atas. "Kau tampak bahagia. Kenapa?"
"Tidak ada apa-apa. Aku memang selalu seperti ini."
Tapi semua orang di sana tahu betul bahwa Hoseok luar biasa senang. Mungkin karena dia berhasil melalui cobaan berat kemarin.
Jika menulis nama sendiri memang dikategorikan sebagai cobaan yang teramat berat.
"Bagaimana tanganmu? Sudah tidak kaku?" Tanya Meili lagi.
Hoseok mengkibas-kibaskan dua tangannya dan menjawab, "Aku baik-baik saja. Ayo kita mulai!"
Meili masih tersenyum. Lalu dengan tubuh tegap ia berkata, "Oke. Buka pakaianmu."
Senyum Hoseok lenyap seketika.
"Apa?"
"Kau dengar aku. Buka bajumu."
Hoseok berkedip satu kali, dua kali.
"Kau bercanda, kan?"
Meili merapatkan kedua bibirnya. Lalu hembusan napas berat keluar dari hidung.
"Apakah aku terlihat bercanda?"
Hoseok meringis. "Sedikit."
Meili mendengus. "Aku tidak bercanda. Buka baju atasanmu. Kau akan bertelanjang dada hari ini."
Sebuah ingatan terlintas di kepala Hoseok. Dimana Meili pernah mengungkit dirinya untuk lari bolak-balik ke puncak bertelanjang dada.
Dan Hoseok lebih memilih menyapu halaman dibandingkan itu.
"Aku.. Aku tidak mau! Kau ingin aku mati membeku?!"
"Kau tidak akan mati membeku." Meili menegaskan. "Buka bajumu, Hoseok."
"Tidak!" Hoseok sudah memasang ancang-ancang untuk kabur.
Walau sebetulnya ia tahu ia tidak bisa pergi kemana pun. Tapi Hoseok bertekad untuk lari jika dikejar.
"A-Aku akan mengikuti tiap katamu, kecuali bertelanjang dada. Please, di sini rasanya seperti di lemari es!"
"Oh, ayolah. Bahkan dulu Jungkook melakukannya. Dia lari setiap hari seperti itu dan tidak pernah mengeluh," jelas Meili dengan putaran di bola matanya.
"Sebetulnya, Jungkook mengeluh sesekali." Terdengar Anna tertawa di belakang.
Namun ketika Meili menatapnya sengit, Anna langsung menutup mulut.
"Oke, mungkin Jungkook mengeluh sesekali tapi dia tetap melakukannya. Sekarang giliranmu, Hoseok."
"Aku berbeda dari Jungkook! Dia memang terlahir dan bertekad menjadi seorang ksatria. Bukan aku!"
Meili memejamkan mata sesaat. Ini masih subuh dan Hoseok sudah membuat kepalanya penat.
"Anna, berikan pedangku."
Hoseok menatap horor Meili yang menerima pedang bermata dua dari Anna.
"Ap-Apa yang kau lakukan?" Tanya Hoseok takut-takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[jhs] Apprentice of Evil ✔
Historical FictionHoseok merelakan mimpinya untuk memenuhi wasiat sang Ayah. Namun, siapa sangka? Hoseok betul-betul dibuat bertekuk lutut oleh seorang gadis. Gadis kecil yang tampak tak berdaya itu tampak seperti monster. Namun, Hoseok tidak tahu dibalik semua itu...