TWENTY FOUR

515 133 36
                                    

Kim Taeyeon terbangun di sebuah ruangan yang gelap dan dingin.

Ketika ia ingin bergerak, keempat anggota geraknya dikunci rapat oleh rantai. Bunyi besi bertemu besi menggema di seluruh ruangan. Taeyeon sedang terduduk di lantai yang kotor dan bau, membuat jorok pakaian yang ia kenakan. Ketika kepalanya mendongak, sebuah pintu jeruji menguncinya dari dunia luar.

Dapat Taeyeon rasakan leher dan kepalanya luar biasa sakit. Rasanya seperti tulang lehernya patah dan baru saja tersusun lagi. Kemudian kepalanya berputar membuat pusing. Ada kunang-kunang di matanya.

"Oh, sudah bangun?"

Mengerutkan kening, Taeyeon berusaha menengadah. Dari cahaya yang tampak dari lubang ventilasi di atas dinding, seorang pria tampak berjalan menuju ruang selnya.

Tahu betul siapa itu, Taeyeon langsung menggeram marah. "Kau menyimpan ibumu sendiri di ruang penjara? Apakah kau sadar betul apa yang sedang kau lakukan?"

Pria di luar tersenyum. Senyumnya terlihat sangat jelas akibat cahaya dari celah ventilasi jatuh tepat di wajah rupawannya.

"Aku sadar, tentu saja." Ia mengangguk. "Dan kau benar. Aku menyimpanmu di dalam penjara. Kau betul-betul tidak perlu mengatakan hal yang sudah sangat jelas."

"Aku ibumu, Taehyung!" Taeyeon berteriak. Dua tangan memberontak dari rantai dengan percuma. "Kau tidak boleh melakukan ini! Di kerajaan manapun, di negara apapun, kau tetap harus menghormati ibumu!"

"Lalu apakah aku harus menghormati makhluk yang hidup di dalam tubuhmu? Aku rasa tidak."

Si pria melipat tangannya, menatap sang ibu yang tampak murka padanya.

Taehyung pernah melihat ibunya marah. Dulu saat Taehyung masih menjadi remaja yang naif dan berandal. Ibunya akan memarahinya habis-habisan akibat dari tidak mematuhi aturan.

Sekarang Taehyung melihatnya lagi, ternyata ibunya tidak semenakutkan yang dia kira.

Taehyung tahu ia sedang melanggar sebuah aturan sakral tentang bagaimana seorang anak harus patuh dan hormat pada orang tua. Namun, Taehyung masih terlalu gemas. Ibunya menyimpan banyak rahasia yang mungkin berbahaya bagi kerajaannya, termasuk tentang Jieun.

"Taehyung, aku tidak bisa mengeluarkan Jieun dari tubuhku, jika itu adalah hal yang kau inginkan." sang Ratu berkata. Amarah meredup. Terlihat bagaimana ia sedang mencoba beralasan dengan anaknya.

Mata Taehyung memicing. "Tapi kau tahu caranya."

Taeyeon meneguk ludah. "Kau tidak bisa melakukannya, Taehyung," balasnya dengan napas bergetar.

"Oh, kau kira Jungkook bisa dan aku tidak bisa?" Taehyung betul-betul merasa emosinya terpancing. "Kenapa? Karena Jungkook adalah orang Selatan?"

"Jungkook sebagai orang Selatan tidak ada hubungannya dengan ini!" Taeyeon menjerit.

Taehyung pun menatap dengan geram. "Jika aku memang anakmu, seharusnya kau lebih percaya padaku!"

"Taehyung, kau memang anakku yang sangat kusayang." manik Taeyeon berkaca-kaca. Hijau matanya meredup. "Tapi kau tidak bisa membunuh ibumu sendiri."

Taehyung berkedip. Napasnya melambat. Seolah ia baru menyadari suatu fakta yang sempat ia lupakan.

"Aku tidak berpikir jika kau memang sayang padaku atau tidak. Tidak apa-apa jika tidak. Tapi seorang Raja tidak bisa membunuh Ratu Agung. Petaka hanya akan datang padamu jika kau mencoba," jelas Taeyeon dengan suara sumbang.

"Ta-tapi," kepercayaan diri Taehyung runtuh tiba-tiba. "Makhluk itu hanya akan terus menjadi parasit!"

Taeyeon mengangguk. "Aku tahu. Itu sebabnya, hanya Jungkook yang bisa melakukan ini. Kita tunggu sampai dia pulang. Oke?"

[jhs] Apprentice of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang