"Aku tidak akan menyerah untuk ini, karena kamu tidak pernah menyerah padaku.." kata Yujin lemas. Chaewon menangis dan menatap Yujin yang terduduk memunggunginya dan bersadar di pintu kaca.
"Aku akan ada disini, aku akan temani kamu disini. Aku gak akan pergi" kata Yujin pada Chaewon.
"Nanti badan kamu sakit, sayang. Bangun dan kembali ke kamar kamu, kamu bisa temenin aku jam istirahat besok" kata Chaewon pada Yujin.
"Kamu juga sakit, Ssamu. Aku tunangan kamu, kasih aku ngerasain semua beban kamu. 1000 beban itu akan aku tanggung sendiri, kalau itu bisa mengembalikan kamu seperti semula" kata Yujin pada Chaewon.
"Aku juga..."
"...akan menanggung semuanya, kalau itu bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Karena sekarang, aku sedang dalam masa itu..."
"...ini jalanku untuk mengembalikan hatimu seperti semula" kata Chaewon. Yujin berbalik dan duduk berhadapan dengan Chaewon yang sudah ikut duduk di hadapan Yujin.
"Apa kamu menyesal mencintai aku, Ssamu? Apa kamu benci untuk mencintai aku?" tanya Yujin lagi dengan air mata yang sudah jatuh.
"Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah terjadi. Aku tidak mungkin membencimu, karena seribu kali aku berusaha membencimu, dua ribu kali aku akan kembali mencintaimu" kata Chaewon pada Yujin.
"Kamu punya alasan untuk sembuh dan tidak menyerah, karena kamu harus menyelamatkan aku dari kematian, Ssamu" kata Yujin pada Chaewon.
Chaewon menatap Yujin mempertanyakan maksud perkataan Yujin. Apa maksudnya kematian dan menyelamatkan?
"Aku serasa mati saat ditinggal, aku seperti tercekik dan dua tahun untuk bangkit serasa 20 tahun bahkan 200 tahun. Aku tidak ingin kembali ditinggal, karena aku tau rasa sakitnya ditinggal. Dan itu adalah hal yang paling aku benci di dunia" kata Yujin pada Chaewon.
"Jangan menangis karena aku, Yujin. Kamu bilang kalau aku kebahagiaan kamu, jadi jangan menangis apalagi sedih karena aku kebahagiaanmu" kata Chaewon. Yujin menghapus kasar air matanya dan berbalik menyandarkan kembali punggungnya.
Chaewon menghapus air matanya dan berdiri berjalan menuju ranjang karantina nya untuk istirahat. Chaewon menatap Yujin yang terlihat menyandarkan punggung sambil memejamkan mata mencoba beristirahat di depan ruangannya.
"Kematian bukanlah ketakutan terbesarku, dan sakit bukanlah kesakitan terbesarku. Ketakutan dan kesakitan terbesarku adalah melihatmu tidak bahagia dan membahagiakanmu adalah sebuah kehormatan untukku"
Yujin dan Chaewon beristirahat ke alam mimpi dengan kesedihan yang sama. Jarak mereka yang terpisah pintu kaca membuat keduanya tidak dapat saling menyentuh dan hanya dapat melihat dan merasakan perasaan masing masing.
Keesokan harinya, team kedokteran mulai sibuk untuk mengurus pengiriman vaksin karena beberapa virus Ebola sudah menyebar. Akhirnya penderitaan Ebola akan dikirim ke rumah sakit Baghdad demi kenyamanan prajurit dan dokter Korea Selatan.
Selain Chaewon, dua orang sukarelawan lainnya juga terkena Virus dan harus dikarantina. Team Korea Selatan setuju akan merawat sukarelawan Korea Selatan yang terjangkit Virus.
Tentara Korea Selatan sekarang sedang mempersiapkan persenjataan dan akan pergi menuju Baghdad untuk mengawal Jendral besar Korea Selatan mengikuti rapat besar perdamaian.
Telah selesai mempersiapkan senjata, Yena dan Hyewon langsung menuju ke halaman menunggu prajurit lainnya. Yena dan Hyewon memakai baju pengaman mereka juga helm untuk perlindungan.
Keduanya menunggu sambil mengobrol dan menatap sekitar. Sedang asik mengobrol, sebuah pisau melukai lengan kanan Yena membuat laki laki itu terjatuh dan meringis kesakitan.