"Mohon perhatian semuanya!" Teriak Angga dari tengah ruangan dan seketika seluruh orang yang sedang bekerja menghentikan pekerjaanya dan langsung berbaris di depan Angga.
"Kenalin, Namanya Evan dan dia akan mulai kerja disini mulai hari ini!" Evan hampir tersenyum dan melambaikan tangan kepada yang lain, namun melihat reaksi mereka yang tidak terlalu akrab membuat dirinya hanya diam menunduk.
"Gue kenalin satu-satu. Yang pertama adalah Ocha, dia bertugas sebagai server disini. Tugas dia jadi kasir, anter minuman, dan bersih-bersih café. Kerjanya rajin tapi lawakan dia kadang bikin orang sakit hati." jelas Angga. Ocha memiiki aroma "kuning" yang bisa langsung Evan tebak bahwa Ia adalah orang yang santai.
"Bukan gue yang bikin orang sakit hati, tapi orang-orang disini aja yang mentalnya gak kuat berhadapan dengan kata-kata paling jujur yang keluar dari mulut gue Kapt!" balas Ocha.
"Kapt? Dikira main bola kali panggil Kapten!" gumam Evan sambil tersenyum setengah bibir. Baru pertama kali ia mendengar kata-kata Kapten diluar lapangan bola. Terlebih semua orang disini seperti sudah terbiasa dengan penggunaan isitilah tersebut dan seluruh orang terlihat terlalu serius.
Lalu tiba-tiba sosok laki-laki yang terakhir datang dan mengacuhkan Evan terlihat kesal lalu menunjujuk wajah Evan sambil berkata "Kapt, gue gak suka sama orang ini. walaupun kita emang lagi ada posisi kosong tapi bukan berarti kita bisa masukin orang sembarangan kayak dia kan! Lihat aja dia kesini pakai sendal!" melihat laki-laki tersebut berani mengacungkan jari ke depan muka Evan, matanya melotot menandakan bahwa Ia tidak suka diperlakukan seperti itu dan terjadi percikan kebencian diantara keduanya.
Angga terlihat santai menganggapi pekerjanya yang terlalu bersemangat, lalu sambil menunggu yang lain tenang ia berkata kepada Evan "Oke, yang barusan namanya aldy, dia tangan kanan gue disini. Dan sepertinya kalian berdua bakalan cepat akrab" lalu dengan santainya Angga tertawa. Menanggapi kelakuan Angga yang disebut-sebut Kapten di tempat ini, keempat orang yang sudah bekerja dengan dirinya hanya bisa memasang wajah maklum terhadap kelakuannya. Namun tidak untuk Evan, wajahnya jelas-jelas mengatakan bahwa Angga mempunyai cukup banyak masalah dalam hidupnya sehingga kelakuannya aneh begitu.
"oke berikutnya ada Theta, dia barista juga disini. Dan kadang juga bantu jadi kasir kalau lagi rame." Lanjut Angga. Evan kembali meneliti wajah Theta dan tiba-tiba Ia menyadari sesuatu dari Theta "Elo... jangan-jangan cewek yang tinggal di apartemen Galcim nomor 601 B ya?!" tanya Evan. Theta terlihat kaget dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Evan dikarenakan benar adanya bahwa Ia tinggal disana dan mengapa Evan bisa tau bahwa Ia tinggal disana. Bukan hanya pertanyaan Evan yang membuat seluruh isi ruangan bingung, Ia juga terlihat mengendus-endus tubuh Theta dari depan hingga belakang dan tersenyum puas ketika telah berhasil menemukan aroma yang daritadi dicarinya, aroma "merah pudar". Orang lain yang melihat hanya dapat berpikir bahwa orang ini begitu aneh. Namun aroma tersebut berhasil menawan pikiran Evan untuk memikirkan hal lain secara sedemikian rupa.
"Lo pernah nyelipin surat kan ke kamar gue karena gue berisik waktu malem-malem! Gue orang yang tinggal di kamar 701B! sebrang kamar lo!" jelas Evan menanggapi raut wajah bingung dari Theta yang kebingungan. Aroma tersebut membuat Evan mencoba berbicara lebih hanya dengan Theta.
"OOOH LO ANAK SEBRANG KAMAR GUE?!" teriak Theta.
"OH JADI BENER ELO YANG KIRIM SURAT WAKTU ITU?!" Bales Evan teriak. Semua orang yang menyaksikan tampak kebingungan, termasuk Kapten Angga.
Theta merupakan sosok wanita cantik dengan rambut pendek dan tinggi sebahu Evan, dirinya cantik anggun namun membuat siapapun yang melihat akan cukup segan untuk menyapa dan Theta adalah sosok wanita yang sering dibicarakan Evan, Dika, Gege, dan Bule yang sering main ke apartemennya.
Karena pernah suatu hari ketika jam 2 pagi, Evan, Dika, Gege, dan Bule yang baru pulang dari kampus dan hendak menginap di kamar Evan yang berada di lantai 7 bertemu dengan sosok wanita cantik setengah mabok dan berbau alcohol yang berada pada lift yang sama dengan mereka. Anehnya wanita tersebut tidak memencet lantai lain dan ikut ke lantai 7 tempat kamar Evan berada. Keempatnya sempat melihat-lihat sosok Theta dan berkesimpulan bahwa Theta sangat cantik dan seksi. Ditambah ternyata ketika mereka semua keluar lift, Theta berjalan menuju kamar Evan dan mengeluarkan sebuah kunci apartemen yang ternyata dapat membuka kamar yang persis berada di depan kamar Evan.
Lalu setelah keempat laki-laki penasaran tersebut masuk ke kamar, keempatnya heboh dan mengatakan betapa beruntungnya ada sosok wanita cantik yang tinggal di depan kamar Evan. Mungkin karena mereka terlalu heboh, Theta yang terganggu kemudian menulis sebuah surat yang berisikan "Sori, kamar 701B suaranya terlalu mengganggu ketika malam, boleh gak dikecilin? Makasih." Surat tersebut kemudian diselipkan dibawah pintu apartemen Evan dan dibaca pertama kali oleh Dika pada pagi harinya sembari teriak "Woi gila kita dapet surat! Kayaknya dari kamar depan deh! Soalnya tulisannya cantik banget kayak orangnya!!!" teriak Dika melantur.
Flashback Evan yang sedang memainkan pertemuan dirinya dengan Theta dipotong oleh Kapten Angga yang merasa bahwa momen kenal mengenal ini harus dilanjutkan secepat mungkin dengan berkata "Oke gue gak punya waktu banyak. Kalau lo berdua mau genit-genitan gue harap bukan sekarang waktunya. Berikutnya gue kenalin ada Sam, dia barista gue juga. Gue harap lo bisa lembut ke dia"
Laki-laki yang mempunyai nama Sam tersebut terlihat begitu aneh. Evan mengangkat sebelah alisnya ketika sedang mengamati Sam dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
JugendliteraturEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...