"Lo perhatiin baik-baik, gue gak mau ngulang apa yang udah gue bilang!" kata Aldy kepada Evan yang berada di dalam bar. Sedangkan Theta, Sam, dan Ocha berada pada sisi lain bar untuk memastikan bahwa café ini tetap berjalan sebagaimana mestinya.
"Sekarang gue ajarin bikin espresso. Yang pertama lo harus tau adalah yang dinamakan espresso itu dibuat dengan waktu yang cepat, makanya namanya diambil dari kata-kata express. Pertama kali lo masukin biji kopi yang sudah dihaluskan (grind) ke porta filter yang ada. Grinder untuk espresso based kita pake mesin otomatis, jadi lo tingal pencet tombol ini dan nanti bakal berhenti sendiri. Setelah biji kopi yang udah halus masuk ke dalam porta, kita bakal lakuin yang namanya temping. Lalu ini yang namanya temper, gunanya buat menekan biji kopi yang udah halus sehingga menjadi padet, ketika lo temping, yang bekerja adalah berat badan lo, bukan otot tangan lo, dan sekarang kita temping dengan kekuatan medium. Gak boleh terlalu keras gak boleh terlalu lemah. Lo akan tau seberapa kuat lo bakal temping kalau lo udah sering bikin espresso. Setelah lo temping, lo masukin ke mesin espresso ini, tapi ingat! Alat tempernya gak boleh miring supaya ekstraksinya menyeluruh dan distribusi biji kopinya menjadi rata! Terus kalau udah rata, sebelum lo masukin porta ke mesin, lo harus flushing dulu mesinnya biar tekanan yang keluar nantinya akan stabil. Setelah lo masukin baru lo pencet tombol ekstraksinya dan lo standar ekstraksi dari KOPILOG yang kita pakai adalah waktu 25-30 detik dengan berat yang keluar sekitar 30ml oleh salah satu dari double porta ini. setelah selesai, lo lepas lagi portanya dan lo ketok portanya ke knock box kayak gini, terus lo bersihin sisanya pake lap kayak gini. Ngerti?"
Otak Evan seakan mati rasa setelah menerima informasi sebanyak itu dengan waktu dibawah 1 menit. Evan memang sering main ke café dan memperhatikan ketika baristanya membuat kopi, namun setelah mendengar penjelasan super lengkap dari Aldy, satu-satunya reaksi dari Evan yang bisa keluar dari mulutnya adalah "Sori, bisa ulangi dari awal?" reaksi yang membuat Aldy geleng-geleng dan tertawa sombong karena tujuan dirinya untuk membuktikan bahwa Evan berada pada tempat yang salah ternyata sudah tercapai.
Bahkan dari pojok bar, Ocha terlihat memperhatikan dan berbisik kepada Theta dan Sam "Tuh lihat, gini nih reka ulang guru SMP gue yang paling nyebelin dan masalah hidupnya kalau ditulis bisa lebih tebel dari alkitab berinteraksi dengan murid paling tolol satu sejarah yang konon IQnya kalah sama kuda ketika proses ajar mengajar berlangsung ketika gue SMP," namun bisikan Ocha ternyata terdengar oleh Evan dan Aldy dan dengan masing-masing dari mereka hanya memandang Ocha dengan sinis. Theta dan Sam hanya bisa tersenyum melihat kelakuan mereka.
"Oke, karena ternyata tingkat kecerdasan lo dibawah ekspetasi gue, sekarang akan gue jelaskan secara perlahan" lanjut Aldy dengan senyum puas masih tergambar di wajahnya. Mendengar hal itu, Evan yang memiliki watak tidak suka diremehkan tiba-tiba menghela nafas panjang dan pupil matanya sekarang terlihat mengecil menandakan bahwa dirinya akan menerima pelajaran ini dengan serius dan tidak lagi menganggap Aldy sebagai musuhnya, namun sebagai mentor pertamanya yang harus dilawan dan ditandingi oleh dirinya.
Aldy menjelaskan ulang dan mempraktikan apa yang dia jelaskan, namun ternyata Aldy tidak sungguh-sungguh ketika dirinya mengatakan bahwa dia akan menjelaskannya secara perlahan. Aldy malah menunjukkan skillnya dan mengerjakan pembuatan espresso dengan lebih cepat lagi daripada penjelasan dia sebelumnya. Aldy terdengar seperti sedang nge-rap.
Dalam diri Aldy, dia yakin seratus persen bahwa dia telah melakukan yang terbaik dan bersiap-siap tertawa oleh reaksi Evan setelah melihat aksinya itu. Setelah espresso jadi, Aldy menengok untuk melihat raut wajah Evan. Tapi bukannya Aldy mendapati bahwa wajah Evan dengan raut wajah kaget, Aldy malah mendapati Evan dengan mata yang menyala dan wajah yang serius.
Dengan wajah yang kebingungan, aldy menyodorkan porta filter yang telah dibersihkannya dan langsung disambar oleh Evan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Evan kembali mengingat-ingat segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan Aldy dan mulai mencoba membuat espresso pertamanya sendiri.
Dia memasukan porta filter ke grinder, lalu grinder dipencet, lalu dia meratakan bubuk kopi, setelah itu dia mengambil temping dan setelah temping dia mengecek apakah temping sudah lurus hotizontal atau belum, setelah sudah dipastikan horizontal, dia membersihkan sisa bubuk yang menempel disamping porta, lalu dia flushing mesin espresso. Porta filter dimasukkan ke dalam mesin dan dia memencet tombol ekstraksi lalu sambil menunggu dia mengambil cangkir yang ada diatas mesin dan menaruhnya. Ekstraksi yang dikeluarkan selesai pada detik 35, yang mengartikan bahwa Evan sedikit terlalu kuat saat melakukan temping. Namun semua hal yang dilakukan oleh Evan membuat Aldy, Sam, Theta dan Ocha terdiam membisu. Melihat reaksi dari mereka, sekarang giliran Evan yang tertawa dan menunjukkan senyum selebar samudra kepada mereka semua.
Walaupun reaksi yang dikeluarkan Evan benar-benar berlebihan, tetapi tidak ada yang terlihat berkomentar. Bahkan Ocha yang mempunyai bakat berkomentar menyebalkan terhadap hal apapun hanya bisa terdiam, dirinya memang bukan seorang barista, namun karena lingkungan kerjanya yang sangat dekat dengan perkopian membuat dirinya sedikit banyak tau tentang cara membuat kopi. Apalagi reaksi Theta yang memang mengerti cara menjadi barista setelah melihat Evan barusan. Dirinya sadar bahwa apa yang dilakukan Evan bukanlah hal yang normal. Theta teringat bahwa dia baru bisa melakukan semuanya dengan benar setelah minimal 5 kali mencoba, namun dengan kecepatan Evan barusan, dibutuhkan Theta sekitar 10 kali mencoba sampai dia bisa secepat itu.
Aldy yang memiliki ego paling tinggi di dunia kopi diantara yang lain, hanya bisa terdiam dan sekarang mencoba untuk tidak kehilangan muka dengan berkata "yang lo lakuin masih ada salahnya. Contohnya ketika lo masukin porta ke grinder, bubuk yang keluar gak berada di tengah, terus ketika lo temping, lo gak pake jari lo untuk mengukur simtrisnya bubuk kopi yang padet, dan ketika lo bersihin porta setelah temping, harusnya lo lakukan 4x pada bagian atas, kuping, tangkai dan bawah kayak gini."
Aldy kembali mempraktikkan cara membuat espresso lagi dan kali ini bahkan ia telah melewati batas dirinya sendiri dengan tiba-tiba berusaha secepat mungkin dan se-profesional mungkin saat melakukan pembuatan espresso. Semuanya dilakukan dengan sangat cepat dan tanpa kesalahan. Aldy menjadi Kapten pengganti di KOPILOG dengan alasan yang tepat. Theta dan Sam yang melihat dari ujung bar yang berbeda hanya bisa terpana dan semakin sadar bahwa mereka berada pada level yang berbeda dengan Aldy. Apalagi Evan, setelah sebelumnya dia merasa ada diatas awan karena reaksi terkejut dari semua orang, tiba-tiba dirinya ditiup oleh pertunjukkan skill Aldy yang diluar batas nalar dirinya.
"Lo lakuin kayak persis yang gue lakukan tadi! Lo bisa kan?" kata Aldy dengan muka sombongnya kepada Evan. "empat jam dari sekarang, lo isi ember ini dengan espresso. Ini gelas buat nampungnya, dan ketika udah penuh lo tuang gelas ini ke ember ini. Ngerti?"
Tanpa berkata apapun, Evan langsung menyambar porta filter yang disodorkan dan dengan kesempatan yang ada dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa setelah ember ini terisi penuh, dia akan bisa membuat espresso secepat Aldy. Bahkan lebih cepat, lebih presisi, dan lebih teliti!
Pagi hari ini di KOPILOG, bar terlihat cukup sibuk dengan Aldy yang sedang melihat dan mengomentari segala kesalahan yang diperbuat Evan pada tugas pertamanya di KOPILOG. Yaitu mengisi ember kapasitas 3 liter dengan espresso kelas satu!
Sekitar 8 shot espresso pertama, Aldy masih menemukan kesalah-kesalahan kecil yang menurut dia akan mengurangi kualitas rasa dari espresso dan kesalahan-kesalahan tersebut diberikan pembenarannya oleh Aldy. Bahkan tanpa disadari Aldy, Ia menikmati momen melihat betapa cepat anak didiknya berkembang dengan tidak normal. Aldy mulai mengajari hal-hal yang bukan lagi termasuk Teknik dasar yang harus dikuasai pemula, Ia mulai megajari segala hal yang menurut dirinya akan menghasilkan espresso yang sempurna kepada Evan.
Setelah melihat Evan cukup konsisten dan mendapatkan flow yang baik, Aldy mulai membiarkan Evan melanjutkan pekerjaanya dan meninggalkan Evan sendirian. Aldy keluar untuk membakar sebatang rokok dan terdengar sedang menelfon seseorang diluar.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
Roman pour AdolescentsEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...