Pukul 11 malam dirinya sudah berada di Jakarta meninggalkan segala kejadian yang terjadi di bandung. Apa yang terjadi di Bandung merupakan hal luar biasa cepat dan kompleks menurut Evan. Otaknya begitu penuh dengan segala macam kejadian yang tidak bisa dilupakannya dan hanya terjadi di beberapa hari belakangan ini!
Sebelumnya, Evan telah mengabari Ibunya dan mengatakan bahwa dia akan berada di rumah untuk beberapa waktu. Ibunya merasa senang dan menyiapkan kepulangan Evan dengan membersihkan kamar yang sudah lama tidak dipakainya dengan seprei baru dan menyemprotkan obat nyamuk beberapa jam sebelum kedatangan Evan.
Rumahnya yang berada di Jl. telukbayur terasa begitu asing. Sudah lama Evan tidak menganggap bahwa rumahnya ini sebagai rumah. Semenjak kepergian ayahnya, Ibunya yang dulu selalu memanjakannya berubah menjadi super sibuk dengan kantor barunya sebagai notaris. Dan kakaknya... Oh Dimas yang dulu selalu bercerita tentang segala sesuatu yang keren tiba-tiba memutuskan untuk pergi dari rumah dan bahkan Ibunya tidak mencoba mencari Dimas!
Evan mengetuk pintu rumahnya dan disambut baik oleh ibunya yang langsung memeluknya di depan pintu. Namun ternyata disana bukan hanya ada ibunya. Namun tante Michelle juga berada disana. Sedang memegang sebuah botol beer dan rokok. Aroma Ibunya terasa biru kehijauan, sebuah warna yang cukup sedih karena tidak bisa memutuskan sesuatu dan meninggalkan lubang bimbang. Dan aroma Tantenya begitu samar karena tertutup bau alcohol.
"Evan sudah datang Win?" sambil membuka pintu lebih lebar agar bisa melihat wajah Evan lebih jelas.
"HADUUUH EVAN! KEPONAKAN KESAYANGAN TANTE UDAH JADI GANTENG YA SEKARANG!" kata Tante Michelle.
"Halo Tante. Tante kelihatan sehat..." kata Evan basa basi. Dirinya sudah lama mengetahui kabar bahwa tantenya ini memiliki penyakin lambung akibat alcohol. Dan batuk-batuknya. Demi tuhan batuk tersebut terdengar begitu parah dan dirinya masih merokok 2 bungkus sehari.
Setelah mereka kembali masuk ke dalam, Evan langsung menuju kamarnya yang berada diatas dan menyetel musik keras-keras sambil berbaring menghadap langit-langit kamarnya.
Ibu Evan bernama Winda Claudia, dan kakaknya bernama Michelle Averil. Keduanya merupakan saudara tiri yang selalu terlihat akrab. Bahkan seingat Evan, Tantenya yang tidak menangis sama sekali ketika Ayahnya meninggal terlihat batang hidungnya ketika Dimas pergi meninggalkan rumah membawa satu tas besar berisi baju.
Winda merupakan sosok Ibu sempurna dengan segala penghasilannya yang lebih dari cukup untuk Evan membeli segala keinginannya. Ibunya ini merupakan sosok ibu yang keren. Bayangkan saja, ketika Evan ketahuan membawa rokok untuk pertama kali, ibunya hanya berpesan "jangan banyak-banyak" lalu memberikan sebuah asbak di kamarnya dan ruang tengah ketika Evan duduk di SMA kelas 3.
Sedangkan Tante Michelle. Tantenya juga tidak jauh berbeda dengan kepribadian ibunya yang santai. Hanya saja Evan mempunyai firasat yang kuat bahwa Tante Michelle merupakan sosok yang selalu mempengaruhi Ibunya. Tante Michelle lebih tua 5 tahun dari ibunya dan entah apapun yang dikatakan oleh Tante Michelle, Ibunya Nampak selalu menurut.
Michelle sampai sekarang masih belum memiliki suami, tanpa adanya suami dan pekerjaannya sebagai manajer bank ternama. Tante michelle lebih banyak menghabiskan waktunya untuk keluar kota dan mabuk-mabukkan di bar sekitar Jakarta.
Rumahnya Evan cukup besar untuk ditinggali. Apalagi dengan berkurangnya anggota keluarga, ada kamar yang lebih dari cukup untuk Tante Michelle yang mulai dari tahun lalu menetapkan tinggal di rumahnya. Rumah dengan 2 lantai dengan ruang tengah nyaman ber-ac kadang membuat teman-teman Evan sering datang bermain ke rumahnya. Dindingnya dipenuhi foto Evan yang beranjak dewasa. Mulai dari fotonya ketika bayi, ketika lulus SD, SMP, hingga SMA. Segala jenis penghargaan yang didapatkan Evan juga dibingkai oleh ibunya dan dipajang di ruang tengahnya.
Dari kecil Evan memang mencoba sekuat tenaga untuk mengikuti jejak kakaknya yang luar biasa keren tersebut. Dirinya berusaha untuk mendapatkan nilai bagus, memenangkan kompetisi olah raga, bahkan sempat juga memenangkan lomba debat inggris.
Namun dari segala jenis penghargaan dan foto yang dipajang, tidak terlihat sama sekali jejak dari keberadaan kakaknya di rumah ini. Dimas seakan-akan tidak pernah tinggal ataupun diakui di keluarga. Evan yang kembali mendengar nama Dimas dari Angga baru menyadarinya sekarang. Dari dulu dirinya sudah cukup sibuk untuk membenci kakaknya yang pergi dan tetap belajar mati-matian hingga bisa masuk ITB. Kenapa tidak ada foto Dimas? Kemana seluruh memori Dimas bersama keluarga Fernando ini?
Sebelum tertidur Evan tiba-tiba teringat sesuatu dan mengacak-ngacak lemari pakaiannya seperti kesurupan. Tiba-tiba dirinya memegang sebuah mixtape yang sudah lama tidak terpakai. Evan mencoba memasang mixtape tersebut dan alangkah senang dirinya melihat mixtape tersebut masih berfungsi.
Mixtape tersebut merupakan pemberian kakaknya yang berisi lagu-lagu rock terkenal tahun 90. Barang tersebut merupakan hal termenyakitkan yang pernah Evan punya. Barang yang dari dulu menjadi barang kesayangannya tiba-tiba berubah menjadi barang yang dibencinya selama 10 tahun.
Tubuh Evan begitu lelah dengan semua kejadian yang menimpanya. Dan Evan hari itu tertidur sambil memikirkan rencana untuk membuat ibunya bercerita esok hari. Dengan ditemani lagu-lagu yang dipilih kakaknya, mata Evan mulai terpejam dan dirinya tertidur lelap. Begitu lelap hingga dirinya tidak sadar bahwa seseorang sudah masuk ke kamarnya dan mematikan mixtape tersebut.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
Teen FictionEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...