Evan Fernando, seorang mahasiswa tingkat akhir kurang kerjaan yang terkenal akan keberaniannya dan kemampuan anehnya yang sering dikaitkan dengan penciuman. Evan mempunyai tubuh ideal sebagai pria dengan wajah yang tidak bisa terbilang jelek. Alisnya tebal rapih dengan tulang pipi dan rahang yang kokoh. Rambut kekinian dan model berpakaiannya seringkali membuat wanita melirik dirinya ketika berjalan di Mall. Kekurangan Evan cuma satu, yaitu kurangnya pendidikan moral terhadap dirinya sejak dini, maklum ia hanya tinggal bersama ibunya yang selalu sibuk bekerja. Kata-kata yang keluar dari dirinya juga sering kali mendekatkan dirinya menuju neraka, perbuatannya sering kali membuat orang lain bertanya apakah dia kera yang bisa bicara atau benar dia manusia.
Konon katanya ia pernah memasang pamphlet yang berisikan "HATI-HATI ORANG INI CABUL" dengan memasang foto temannya sendiri di seluruh penjuru kampus, memotong balon tali balon udara yang digunakan untuk iklan acara kampus, dan ia berani menantang semua seniornya ketika ospek jurusan berlangsung. Dan yang paling mengesankan adalah Evan memiliki ketiga teman lainnya yang bernama Gege, Dika, dan Bule. Ketiganya merupakan manusia yang lahir dengan wajah bingung dari ibunya yang telah menyadari bahwa mereka telah mengandung spesies primata yang berbeda selama 9 bulan.
Keempat nya merupakan sahabat baik dan cukup terkenal di kalangan kampus karena kebandelannya dan nilai mereka yang sering membuat orang berpikir "Kok bisa ya ada IP sekecil itu?" bukannya bodoh atau terbelakang, namun keempat dari mereka memang mengaku bahwa jurusan yang telah diambil tidak seperti yang mereka bayangkan. Mereka berempat merupakan mahasiswa Teknik Geologi ITB angkatan 2014.
Awalnya, Evan mengaku bahwa ketika Ia berkuliah jurusan Teknik Geologi, hal tersebut akan membuat dirinya bisa bertemu koboi dan beradu perang panah dengan suku di Amerika. Gege mengaku awalnya dia kira jika mengambil jurusan ini, dia dapat pergi ke gunung berapi dan berjalan-jalan dengan baju astronot untuk menahan panasnya. Berbeda dengan Dika, Ia kira saat memasuki jurusan Geologi, Ia dapat pergi ke pyramid dan menemukan mummy. Dan yang terakhir adalah Bule yang mengaku bahwa awalnya dia kira jurusan ini akan membuatnya popular dikalangan wanita, ternyata tidak. Dan itulah beberapa alasan bodoh yang membuat mereka masuk jurusan ini dan berakhir dengan kekecewaan.
Dika yang berada pada kursi pengemudi baru saja memarkirkan mobilnya di depan café tersebut. Bule masih terlihat sibuk dengan hapenya sembari cemas menunggu kelanjutan aksi mereka. Dan Gege yang duduk di depan kursi mobil seakan merasa dirinya diburu hantu dan teriak "buruan Van! Mumpung sepi!"
Hari itu seperti yang sudah dijanjikan, mereka akan melaksanakan sebuah misi yang sudah mereka rencanakan seminggu yang lalu. Misi mereka adalah mencuri mesin espresso dan grinder pada café tersebut, hal ini dilakukan semata-mata karena mereka ingin ngopi di ruangan himpunan mereka saat malam-malam. Dan Evan yang harus masuk dan mengambilnya akibat kalah taruhan bermain kartu poker.
Coffee shop yang bernama Kopilog memiliki area out door yang cukup luas jika terlihat dari luar. Dengan menjual konsep minimalis bercampur sedikit sentuhan kayu dan industrial menjadikan café ini terlihat segar dan menarik. Namun sayangnya café ini tidak mempunyai CCTV dan dengan alasan inilah Dika menyarankan untuk membobol café tersebut.
Evan lalu keluar mobil sambil membawa sebuah pemotong besi. Malam memang masih sepi, namun bagaimana pun mental seorang yang terkenal berani pasti juga punya batasnya, Evan gugup setengah mati sampai-sampai dia sempat menyundul pintu mobil yang baru saja terbuka. Tidak ingin terlihat culun, Evan pun menunjukkan keganasannya dengan meneriakkan sebuah kata "Anjing!!!" Lalu sedetik kemudian ketiga temannya saling bertatap-tatapan dan berpikir kenapa mereka bisa berteman dengan orang seaneh Evan.
Sepuluh menit kemudian Evan berhasil melewati pagar dan berhasil membobol pintu depan café tersebut dengan modal latihan membobol kunci versi youtube yang telah ditonton lebih dari jutaan orang.
Keempat orang tersebut cemas dengan alasan masing-masing.
Bagian dalam café begitu gelap namun samar-samar dengan cahaya yang ada terlihat rapih seperti seharusnya. Aroma di dalamnya terasa seperti alkohol. Evan pun tidak mengerti bagaimana café yang seharusnya memiliki aroma kopi malah memiliki aroma alkohol yang begitu menyengat. Ia sekali lagi melihat secara hati-hati. Pandangannya berarah kepada kursi-kursi berada pada tempatnya, lalu bergeser pada segala macam mesin yang membutuhkan listrik sudah dalam keadaan mati, dan Ia segara dapat menyimpulkan bahwa segalanya terawat dengan baik.
Evan kembali melihat kiri kanan dengan kepekaan mata yang sudah matang akibat adrenalin yang bertambah seiring suara-suara misterius yang entah datang dari mana. Lalu tiba-tiba Evan melihat sebuah siluet manusia dari ujung ruangan dan keringat dinginpun keluar tanpa permisi, sambil sembari teriak "Anjing!!!" kembali, namun kali ini dengan tambahan bumbu berupa "Bangsat."
Anehnya, siluet tersebut hanya diam mematung seakan tidak mendengar apapun sumpah serapah yang dikeluarkan Evan. Dengan mengamati kondisi yang ada sekarang, rasa penasaran yang muncul berhasil mengalahkan rasa takut. Evan mencoba mendekat ke siluet tersebut dan ternyata yang dilihatnya hanyalah sebuah baju yang tergantung. Lalu Evan memikirkan tentang betapa memalukannya kejadian barusan jika teman-temannya melihat bahwa Evan berhasil ditakut-takuti oleh sebuah baju yang menggantung.
Evan kembali melanjutkan misinya dengan mengevaluasi beberapa barang yang dapat dibawa. Hasilnya antara lain: sebuah grinder, sebuah espresso machine single group, dan sebuah es kopi tidak bertuan di lemari es tembus pandang yang menyala ketika gelap. Target terkunci. Ia mulai memasukkan grinder dan es kopi ke dalam tas, dan membawa espresso machine dengan tangannya setelah mencopot kabel-kabel yang sedang melekat dalam mesinnya.
Evan tersenyum setelah berhasil membawa semua barang incarannya dengan aman. Dia mulai melangkah dengan dagu menghadap ke atas dan berjalan kearah luar. Tinggal beberapa langkah kecil yang dibutuhkan Evan untuk mendorong pintu keluar dan berhasil menjalankan misi. Sampai... Ia kembali melihat siluet manusia yang berada tepat dihadapannya. Apa lagi ini? pikirnya.
Jantungnya sempat berhenti berdetak menandakan bahwa mentalnya tidak siap untuk dikejutkan dua kali berturut-turut "anjir kenapa banyak banget baju digantung disini," Evan berkata dalam hati atau lebih tepatnya meyakinkan diri bahwa yang dia lihat adalah baju yang tergantung! Namun dalam hati kecilnya dia tau bahwa matanya tidak sebodoh itu untuk tidak melihat sosok wajah yang masih menatap kosong ke dinding.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
Teen FictionEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...