Setelah mendengar seluruh pengakuan dari Ibunya, tanpa ingin membuang-buang waktu yang ada, Evan memesan travel terpaginya untuk sampai ke Bandung kembali. Pukul 9 pagi dirinya sudah terlihat sedang beristirahat di apartemennya.
Sekarang, bukan hanya Evan yang ingin mencari Dimas untuk sekarang, namun Ibunya juga. Dan semuanya harus dilakukan tanpa mengundang kecurigaan dari Tante Michelle yang ditakuti Ibunya. Entah apa yang dapat diperbuat Tante Michelle... Evan tidak tau betul. Namun melihat Ibunya yang bersih keras untuk menyembunyikannya dari Tante Michelle, dirinya hanya mengikuti permainan yang ada.
Dan mau tidak mau, Evan harus mencari cara untuk berbaikan kembali dengan Angga dan kembali ke KOPILOG...
Evan mencoba berkali-kali untuk menelpon Angga namun hapenya selalu tidak dapat dihubungi. Bukan hal yang baru jika Angga sulit untuk dihubungi. Cara bertemu Angga hanyalah 2. Antara bertemu secara tidak sengaja, atau cara yang satu lagi adalah Angga yang akan menemukan.
Evan sedang melakukan percobaan ketiga dan hasilnya masih saja tetap gagal, Evan mulai kesal dan melempar hapenya. Dirinya membakar sebuah rokok untuk menenangkan diri. Sepertinya percuma untuk tetap menelpon orang seperti Angga. Dan Evan berencana untuk menunggu sampai sore dan pergi ke KOPILOG berharap agar Angga ada disana sedang memantau. Angga memang jarang terlihat ada di KOPILOG, namun sepengelihatan Evan, jika dia sedang berada di KOPILOG pastilah pada sore hari.
Sambil menunggu kekosongan waktu yang ada, Evan mulai membuka-buka laptopnya dan mempelajari teori-teori tentang kopi yang berada di internet. Melalui blog ataupun melalui youtube, Evan nampak begitu serius. Sangat serius hingga dia sempat terlihat mengacak-acak rambutnya dan menutup laptopnya dengan brutal dan jatuh tertidur pada siang hari.
Hari sudah mulai gelap dan diluar sudah terdengar adzan maghrib yang membuat Evan loncat dari tempat tidurnya dan mengelap iler yang terdapat pada pipinya. Ia langsung bergegas untuk membersihkan diri dan tidak lama setelahnya Evan sudah kembali tampil rapih dengan wewangian mahalnya.
Tujuan Evan sekarang adalah menuju ke KOPILOG! Jika tidak bertemu dengan Angga, setidaknya Ia bisa meminta bantuan ke beberapa orang di KOPILOG untuk mempertemukan dirinya dengan Angga. Apa lagi Aldy, Evan yakin bahwa Aldy mempunyai cara tertentu untuk bertemu dengan Angga.
Evan yang sudah rapih berjalan keluar menuju lift, dan lift tersebut hampir saja tertutup jika saja Evan tidak berteriak "EH TUNGGUIN DONG!" kepada orang baik yang ada di dalamnya karena orang tersebut benar-benar menunggu Evan yang hampir tertinggal di detik-detik terakhir.
Evan begitu kaget setelah memasuki lift tersebut. Sebabnya bukan lain adalah keberadaan Theta yang juga terlihat sedang ingin keluar menggunakan hoodie hitamnya dengan rambut dikuncir dan celana panjang yang diduga untuk tidur.
"Loh, gue kira lo di KOPILOG The!"
"Jadwal gue besok Van."
"Yaelah biasanya juga kalo ga ada jadwal tiap hari kesana! Ada apaan sih lo?"
"Gue lagi gak mood Van ngomongin KOPILOG. Lo sendiri mau kemana?"
"Gue pengen ke KOPILOG! Lo mau kemana?"
"Oooh KOPILOG, gue pengen makan ke depan jalan kaki."
Evan hanya mengangguk menerima perkataan Theta sambil berpikir apakah dirinya lebih baik berbicara saja kepada Theta dibanding Aldy? Lift terbuka menunjukkan bahwa lift sudah sampai pada lantai G yang dipencet Theta. Theta keluar dari lift tersebut dan meninggalkan Evan yang sebelumnya memencet tombol B2 untuk mengambil motornya.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
Teen FictionEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...