CANGKIR 33. Phillip

4 1 0
                                    


Hari yang begitu menakjubkan. Evan yang baru saja diusir pulang oleh Angga karena takut memanaskan ruangan tidak bisa jatuh tertidur begitu saja. Dirinya berpikir sekali lagi mengapa IQ dia saat itu hanya sebesar temperature ruangan. Bukan maksut dirinya untuk memeluk Theta yang berada di sebelahnya! Senam jantungnya lah yang membuat dirinya melakukan tindakan bodoh tersebut.

Aldy yang ketika itu melihat Evan memeluk Theta langsung berjalan menghampiri Evan dan memegang kerahnya dengan kedua tangannya sambil meneriakkan sumpah serapahnya. Awalnya Theta memang tidak bereaksi apapun saat Evan salah mengira dirinya dengan Angga.

Theta hanya berharap bahwa Evan tidak merasakan degub jantungnya yang mendadak berubah menjadi begitu cepat. Theta mengerti benar apa yang tersimpan dibalik kaos hitam yang sedang dipakai oleh Evan saat itu. Tubuh kotak-kotaknya dirasakan Theta. Dan ditambah aroma tubuhnya. Oh Tuhan tolong Theta agar tidak melakukan hal bodoh dengan membalas pelukannya tersebut.

Namun Theta sepertinya telat meminta bantuan kepada Yang Maha Esa diatas sana. Dirinya malah membalas pelukan mendadak dari Evan tanpa disadarinya. Evan yang sering didapati membawa pulang berbagai wanita di apartemennya bukanlah sebuah gertakan. Tubuhnya, posturnya, dan aromanya memang hal yang didambakan wanita-wanita yang selalu meng-iyakan ajakan Evan untuk datang berkunjung.

Untungnya, Theta menjadi orang pertama yang melepas pelukan tersebut sebelum Aldy mulai menjatuhkan porta yang dia pegang. Namun melihat Aldy yang bertindak berlebihan (menurut Theta), dirinya tidak tahan dan malah memarahi Aldy yang sedang memarahi Evan. Angga hanya bisa terdiam, dirinya merasa bahwa umurnya sudah terlalu tua untuk ambil bagian di adegan romansa tersebut.

Evan berbaring di tempat tidurnya mencoba untuk tidur. Angga mengatakan bahwa mulai besok, Evan akan berada full time di KOPILOG dan belajar mati-matian langsung dibawah mentoring dari dia. Dan kejadian barusan! Ah! Betapa anehnya sikap Aldy yang mengatakan bahwa Angga lebih memilih mementori Evan merasa lagi-lagi emosi dan dengan berani bertanya kepada Angga.

"BANG! KENAPA SIH LO BERHARAP BANGET SAMA DIA!? KENAPA LO GAK MENTORIN GUE AJA!" tanya Aldy dengan Emosi.

"Dy, lo itu udah cukup berpengalaman, yang gue minta cuma satu. Lo bikin rosetta sebanyak-banyaknya di setiap cangkir yang ada di ruangan ini. bahkan cangkir piccolo dan espresso."

Aldy yang mendengar penjelasan dari Angga langsung melembut dan mendengarkan perkataan Angga. Apa tadi Angga bilang? Dirinya cukup berpengalaman? Ternyata selama ini Angga masih menaruh kepercayaan kepada Aldy terkait kemampuannya sebagai barista.

Theta yang melihat emosi Aldy yang langsung berubah hanya dengan satu kalimat dari Angga mendadak merasa jijik. Benar apa yang dipikirkan Theta, dirinya tidak pernah menjadi prioritas utama Aldy selama ini. Yang dipikirkannya hanyalah kopi, kopi, dan kopi.

Detik itu juga Theta benar-benar memutuskan untuk melupakan Aldy secara menyuluruh. Sudah tidak ada lagi hal yang dapat membuat Theta dapat kembali bersama Aldy dalam konteks romansa. Setelah Theta yang mulai ikut berteriak-teriak juga, akhirnya Angga yang sudah tidak tahan menyuruh semuanya untuk pulang dan menenangkan diri.

Aldy dengan perasaan campur aduk langsung mengambil jaketnya dan keluar menuju motornya yang berada di luar. Dirinya pulang sendirian. Sedangkan Theta, Theta tidak menolak sama sekali ketika Evan mengajaknya pulang bersama, entah karena pandangan barunya terhadap Evan maupun tempat tinggalnya yang bersebrangan dengan Evan. Tapi Evan tidak mempermasalahkan apapun dan hanya mengantar Theta pulang dengan selamat.

Karena masih tidak bisa tertidur. Evan yang suka iseng mengirimkan sebuah pesan Whatsapp kepada seseorang dengan isi "I'm back to the game bitch. Prepare to die!" Ya... orang tersebut adalah Felice! Sebenarnya Evan memang benar-benar iseng ketika mengirim pesan kepadanya dan tidak mengharapkan balasan pesan secepat ini. belum sampai 1 menit, pesan dari dirinya sudah dibaca dan dibalas oleh Felice "Kalau lo emang udah back to the game, lo mungkin akan tertarik untuk datang ke alamat tempat roasting St. John. Gue yakin bisa memberian lo tontonan yang menarik."

Pukul sebelas malam Evan sekali lagi keluar dari apartemennya dengan didorong rasa penasaran terhadap pesan yang diberikan Felice. Ah! Mungkin saja Felice sudah putus asa dan sekarang akan menggodanya secara ekstrim. Evan ingin mengetahui kejutan apa yang akan diberikan oleh Felice dengan pikiran-pikiran joroknya.

Sesampainya pada alamat yang diberikan Felice. Evan melihat sebuah Gudang kosong yang disulap menjadi tempat roastery lengkap dengan mesin dan segala peralatan bar yang memadai. Tempat yang begitu membuat Evan bertanya-tanya dalam hati? Siapa orang bodoh yang mau menghabiskan duit untuk tempat semahal ini dan tidak menguntungkan?

"WOI! Sini lo boleh masuk!" teriak Felice dari dalam tempat tersebut saat melihat Evan yang sedang melihat-lihat. Tidak terdapat satu pun orang pada saat Evan masuk, kecuali dirinya dan Felice yang menuntunnya. Dan sebelum Evan mulai berpikiran yang macam-macam terkait ekspetasi dari kejutan yang akan Felice berikan, sesosok pria mulai terlihat sedang berjalan sambil membenarkan resletingnya.

"Hah apaansih? Lo pikir gue akan perduli dengan perbuatan lo kepada orang ini? lo mencoba membuat gue cemburu supaya pikiran gue hancur atau gimana sih?" protes Evan. Detik itu Felice hanya merasa bodoh ketika dirinya terpikirkan bahwa Evan pernah mengungguli Felice dalam hal kecerdikan. Segala sesuatu yang Evan katakan secara reflek begitu memperlihatkan bahwa Evan hanyalah anak kecil umur 12 tahun yang memakai tubuh pria berumur 20an tahun.

"Lo bisa stop jadi nyebelin gak sih? Ini kenalin... Phillip. Dia salah satu barista baru kita di St. John!" Ah! Phillip, nama yang tidak asing di kepala Evan... Phillip? Apakah dia Phillip Jonathan? Teman SMA Evan yang pernah ketahuan mendonlot video porni di lab computer? Ah tapi saat itu Phillip terlihat jauh berbeda dari phillip yang baru dikenalkan oleh Felice. Tidak mungkin Phillip Jonathan teman SMAnya. Dirinya berusaha sekali lagi untuk memikirkan darimana nama ini pernah di dengarnya sampai Felice yang tidak tahan melihat gelagat Evan yang sok serius dengan tangan di dagu mencoba menjelaskan ulang siapa Phillip ini.

"Dia ini barista yang kita datangkan dari Australia. Dia yang bakal jadi kartu As utama St. John. Dan kebetulan Phillip juga pengen ketemu lo dari kemarin. Dan waktu gue membaca chat sampah dari lo itu, rasanya gak ada salahnya kalau lo gue ajak kesini." Jelas Theta.

Phillip mengulurkan sebuah tangan sambil mengenalkan diri yang disambut dengan tidak bersemangat oleh Evan... Namanya adalah Ezekiel Phillip dan giginya terlihat begitu putih sampai membuat Evan merasa tidak nyaman. Phillip hanya tersenyum penuh arti ketika pertama kali berjabat tangan dengan Evan. Aroma tubuhnya terkesan "Abu gelap" sebuah warna yang dihasilkan dari perpaduan berkat dan kutukan. Orang yang dirasakan Evan akan mempunyai 2 sisi.

"Phillip mau ajak lo latihan bareng buat melihat kemampuan lo Van." Kata Felice yang melihat Evan sudah memasang muka bodohnya.

"Oooh, gak kayak lo yang pengen menjebak gue di tempat temen lo ya? HAHAHA..." kata Evan sambil menatap wajah Felice yang sedang menahan malu. "Tapi gak papa, gue suka orang yang terus terang kayak Phillip. Kalau emang lo mau liat kemampuan asli gue, akan gue tunjukin sekarang."

Mereka berdua terlihat cukup nyaman satu sama lain ketika Phillip menunjukkan dirinya saat membuat suatu minuman yang akan diikuti oleh Evan setelahnya. Dan setelah beberapa saat. Evan sudah mengerti apa yang akan terjadi dengan pertandingan keduanya. Feeling Evan begitu kuat...

Bahwa KOPILOG akan memenangi pertandingan ini!!!

Harta, Takhta, Barista.Where stories live. Discover now