Evan sedang terlihat bercerita awal mula sebenarnya kehadiran dia di KOPILOG, mulai dari misinya untuk mencuri, lalu Angga yang menjanjikan informasi terkait kakaknya yang bernama Dimas, dan misi dia untuk mencoba dirinya dipecat karena muak dengan lingkungan barunya yang begitu membencinya. Semuanya didengarkan oleh Theta dengan seksama dan Theta mulai memandang Evan dengan cara yang berbeda. Segala yang diperbuat Evan ternyata bukanlah tanpa maksud tertentu. Bahkan Theta juga meminta maaf ketika mengetahui bahwa Evan juga bisa terluka jika diperlakukan kasar saat pertama kali Evan masuk.
Tanpa basa-basi lagi, Evan meminta bantuan kepada Theta untuk membuatnya kembali ke KOPILOG. Theta yang sudah memaafkan segala tingkah laku Evan mencoba membantunya dengan berkata bahwa hari ini Angga akan datang ke KOPILOG sekitar pukul 10 malam untuk melatih Aldy secara langsung.
Jam menunjukkan pukul 9.20 malam ketika mereka berdua selesai makan. Evan memutuskan untuk bertemu dengan Angga setelah mengantar Theta kembali. Namun karena charger laptop Theta tertinggal di KOPILOG, Theta memutuskan untuk ikut ke KOPILOG.
Motor dilaju menuju café tersebut dengan segala macam imajinasi Evan tentang bagaimana cara meminta maaf versi terbaiknya agar dapat diterima kembali di KOPILOG. Seperti potongan film, semua imajinasinya selalu berakhir dengan diri Evan yang terlihat sedang disundut rokok oleh Angga tepat di matanya. Pikiran-pikiran seperti itu membuat Evan merinding, namun ketakutan Evan masih kalah kuat dengan tekatnya untuk bertemu kakaknya!
Evan masuk diikuti dengan Theta. Keduanya menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dari Aldy maupun Angga. Aldy terlihat memasang wajah bingung yang diselimuti cemburu, dan Angga memasang wajah yang datar namun terlihat seperti menutup-nutupi kegembiraannya ketika melihat Evan datang dengan sendirinya.
Evan yang berjalan di depan, langsung berjalan menuju Angga yang sedang berada di bagian luar depan bar dan dengan sengaja berlutut di depannya sambil menundukkan kepala.
"Gue mau balik kesini Bang!" katanya dalam tunduk.
"Kontrak lo udah gak ada, buat apa lo mau balik kesini?" tanya Angga dengan muka datar.
"Gue mau nunjukin kalau lo gak salah milih gue Bang!"
"Kenapa gue harus percaya sama lo?"
Evan mengeluarkan sebuah buku catatan yang sudah dicoret-coretnya dengan berbagai macam teori kopi yang telah didapatkannya melalui internet siang tadi. Angga yang melihat hasil catatan ini begitu kagum dengan isinya yang di dalamnya sudah terkandung teori-teori kompleks yang mengandung unsur fisika dan kimia. Catatan ini begitu lengkap dan detil jika sekilas dilihat oleh Angga.
Angga yang dari tadi hanya berakting menolak Evan sebenarnya sudah ingin mengakhiri sandiwara tersebut dan membuat Evan diterima kembali di KOPILOG, namun belum sempat berkata-kata kepada Evan, dirinya sudah berbicara lebih banyak lagi.
"Masih ada beberapa yang gak gue ngerti tentang hubungan pre-infuse dan tekanan yang stabil pada PDA mesin otomatis. Gak ada sumber yang menjelaskan secara rinci di internet. Gue pusing banget nyarinya dan gue pengen belajar lebih jauh disini bang!"
"Dan gue pengen nunjukkin kepada lo bahwa Dimas omongan Dimas itu gak salah. Gue bakal serius menekuni dunia kopi mulai sekarang! Gue akan melebihi ekspetasi lo dan tentang pertandingan lawan St. John, gue akan mati-matian belajar selama sisa hari yang ada untuk menang!"
Angga yang telah melihat kegigihan Evan merasa bersyukur bahwa apa yang dikatakan Dimas ternyata memang benar adanya. Evan memang berbakat, karena menurut Angga sendiri, untuk menjadi barista yang handal adalah mental. Evan yang masih tertunduk tidak melihat Angga yang sedang tersenyum tipis. Angga bersyukur bahwa Evan sedang tertunduk dan tidak melihat sisi dirinya yang lembut seperti itu. Angga berjalan mendekat kepada Evan dan saat Angga mencoba membuat Evan terbangun dengan menyentuh pundak Evan, dirinya langsung histeris dan berteriak-teriak "BANG STOP! NIAT GUE BAIK BANG! JANGAN SUNDUT MATA GUE PAKE ROKOK!" sambil menjauhkan sentuhan tangan Angga.
"Belum... kali ini mata lo masih aman. Mulai sekarang lo kerja lagi disini tanpa kontrak!"
Evan membuka matanya kembali dan tidak dapat menahan otot wajahnya untuk berhenti tersenyum. Dan dengan gerakan secepat kilat Evan ingin memeluk Angga yang sudah begitu keren setelah mendengar jawaban Angga. Tapi dengan bodohnya, dengan mata yang masih tertutup karena takut kalau-kalau Angga berubah pikiran dan mulai menyundut matanya, Evan malah memeluk Theta yang sedang berada persis di sebelahnya.
Pantas saja tubuh Angga terasa lebih mungil dan beraroma "ungu" yang manis dengan sedikit buah-buahan dicampur wangi vanilla. Entah sekali lagi sejak kapan aroma Theta kembali berubah. Evan membuka matanya dan mendapati Aldy yang sedang menjatuhkan porta filter yang sedang dipegangnya.
Gawat. Benar-benar gawat.
YOU ARE READING
Harta, Takhta, Barista.
Novela JuvenilEvan Fernando, seorang mahasiswa abadi dan pengidap sinestesia yang dapat mencium aroma sebagai warna, terpaksa menjadi barista karena kelakuannya sendiri. Di dalam timnya terdapat berbagai orang aneh mulai dari Aldy yang terlalu overprotektif terh...