CANGKIR 25. Jebakan Part 2

15 7 0
                                    

"Karena menurut Angga... dengan kegantengan gue, KOPILOG bisa kedatangan lebih banyak pelanggan wanita. EHEHE itu sih spekulasi gue." Evan mengatakan hal tersebut dengan mata menuju gang nikmat yang diperlihatkan Felice dengan muka yang tersenyum lebar dan cekikikan. Felice yang tersadar langsung menarik dirinya kembali dan membetulkan posisi bajunya.

Evan memang benar-benar hebat. Sekali lagi dirinya membuktikan ketika ada orang yang menaruh ekspetasi rendah kepada dirinya, Evan akan membuat orang tersebut takjub dengan dirinya yang menunjukkan jawaban yang jauh dibawah ekspetasi rendah tersebut. Felice kehabisan kata-kata. Ternyata benar dugaannya. Evan hanyalah barista idiot hasil pengamatan buta dari Angga Aditya si legenda yang sudah menjadi fosil tersebut.

Felice menghela nafas panjang... dia meneguk kopi sampah tersebut dengan lahap untuk mengurangi emosinya. Namun dengan rasa yang ada, malah membuat Felice makin emosi.

"Sori Lice... trick lo udah ketinggalan jaman. Gue udah sadar dari awal kalo niat lo emang lagi pingin mata-matain gue..." sekali lagi raut wajah Evan berubah menjadi serius dan Felice yang malang baru saja tersadar bahwa Evan lah yang sebenarnya sudah menjebak dia!

"LO... LO... BRENGSEK! LO ITU DARI TADI EMANG SENGAJA NGEBUAT GUE CERITA?!"

"IYA! HUAHAHAHA gila gak percuma gue banyak baca buku dan ikut kelas acting!!!"

"SE... SEJAK KAPAN LO SADAR?!"

"Sejak pertama kali gue ikutin Angga ke St. John. Lo mungkin gak sadar tapi gue ada disana dan nguping pembicaraan mereka. Waktu Angga cabut, gue yang duduk disana lebih lama ternyata melihat lo yang lagi ngobrol sama Vino! Samar-samar gue denger ada nama gue disebut-sebut di pembicaraan kalian!"

"Samar-samar?!"

"Iya awalnya gue gak yakin. Sampai..."

"Sampai apa?!"

"Mungkin lo gak sadar juga. Lo mungkin emang terlihat tertarik dengan gue ketika lo gak masalah gue ajak ke apartemen gue. awalnya gue kira lo beneran tertarik dan tulus ke gue! sampai ketika gue dengan sengaja nunjukin badan gue yang hanya memakai handuk! GAK ADA SATUPUN CEWEK YANG TERTARIK KE GUE DAN GAK BEREAKSI KETIKA MELIHAT TUBUH GUE DI MUKA BUMI INI! HUAHAHAHAHAHA. SENJATA GUE ADALAH TUBUH GUE INI LICE! MAKAN ITU!" jelas Evan dengan menggebu-gebu. Sebenarnya Evan ingin mengatakan bahwa aroma tubuh yang dikeluarkan dari Felice lah yang berbicara kepadanya, sebuah warna jingga yang selalu membuatnya memasang dinding pengaman agar tidak terlalu terlelap dalam ikatan. Namun Evan kembali teringat tentang teman-temannya yang selalu menganggap Evan gila setiap kali Ia membahas soal aroma tubuh seseorang.

"HAHHHH?! JIJIK LO. GOBLOK AMAT DAH LO!" balas Felice. Namun dirinya sendiri sebenarnya menyadari bahwa apa yang Evan katakan ada benarnya. Jika saja dirinya tidak mempunyai maksut tertentu kepada Evan, pasti dirinya sudah melototi tubuh Evan lekat-lekat ketika Evan sengaja memperlihatkannya kepada Felice. Oh tidak! Betapa bodohnya Felice, ternyata alasan yang dibuat-buat oleh Evan dimakan mentah-mentah oleh dirinya.

"Terserah lo mau bilang apa. Tapi gue makasih sama lo yang udah memperlihatkan gue bagian menarik dari tubuh lo!" Felice hanya diam dan langsung memakai jaketnya kembali karena malu setengah mati.

"Tapi tenang aja. lo gak rugi apa-apa kok. Percuma lo ngorek informasi tentang gue. karena yang pertama, gue juga gak tau apa yang dilihat Evan dari diri gue. yang kedua. Gue pagi ini baru aja dipecat dari KOPILOG." Felice yang sudah memakai jaket merasa sekali lagi dibodohi oleh Evan. Ternyata apa yang dikhawatirkan oleh pihak St. John adalah bualan yang seharusnya tidak mereka pikirkan. Felice yakin betul ketika dirinya laporan ke St. John, satu tim mereka akan merasa benar-benar diperdaya oleh Angga yang sudah menggertak sambal mereka.

"Gue mau pulang sekarang juga!" kata Felice sambil meninggalkan Evan.

"Eh... mau gue anter gak? Gue belum coba trik rem mendadak di motor!!!"

Felice yang begitu jengkel bahkan tidak bisa lagi mendengarkan kata-kata Evan dan pergi melewati Djulian yang sedang berjaga tanpa pamit. Evan yang tidak ingin repot-repot bersandiwara, kembali menuju kasir dan memesan satu gelas kopi yang dibuatnya kembali dengan cara yang serba benar dan professional. Djulian yang melihat kemampuan Evan hanya bisa melotot melihat perubahan 180 derajat skill Evan.

"AHHH. Ternyata kopi disini beneran enak... eh tunggu dulu, inikah yang dinamakan rasa kemenangan?" gumam Evan seorang diri setelah mencicipi kopi yang dibuatnya secara benar.

Evan kembali berpikir apa yang harus dirinya lakukan untuk memecahkan teka teki yang ada di depannya. KOPILOG sudah tidak memungkinkan untuk membantunya. Aldy yang sebetulnya memegang pecahan puzzle tidak pernah telintas di pikirannya untuk dimintai bantuan. Dan satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah bertemu kembali dengan Ibunya. Sudah sekitar satu tahun Evan tidak menginjakkan kaki ke Jakarta. Dirinya lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya di Bandung bahkan ketika hari libur tiba.

Evan menelpon sebuah nomor dan memesan satu tiket travel untuk ke Jakarta malam itu juga.

Harta, Takhta, Barista.Where stories live. Discover now