CANGKIR 39. Fokus Evan

3 0 0
                                    

Keesokan paginya Evan berlatih bersama Angga tanpa Aldy. Menurut penjelasan Angga, Aldy akan diberikan cara latihan yang berbeda di suatu café kenalan Angga. Aldy yang sudah berada dalam level yang berbeda dengan Evan hanya akan membuang-buang waktu jika tetap berlatih di KOPILOG.

Pagi itu Evan kembali mengulang belajar latte yang dipantau oleh Angga. Setelah beberapa latiha, Evan terlihat mengalami kemunduran dengan bukti susunya yang selalu memiliki macrofoam, espresso yang selalu sedikit cremanya, dan pouring asal-asalan yang tergesa-gesa. Pikiran Evan masih berada pada kejadian kemarin malam ketika dirinya sedang berbicara dengan Theta. Angga yang melihat Evan tidak fokus menyuruhnya untuk rehat sejenak.

"Lo tau? Apa yang membedakan barista yang memenangkan kompetisi dengan barista jago pada umumnya??" tanya Angga kepada Evan.

"Yang menang kompetisi lebih jago lagi?" Jawabnya asal.

"Salah, semuanya ada di fokus dan mental. Banyak barista jago yang sebenarnya bisa menang tapi ketika bertanding tangannya tremor. Kayak lo sekarang. Lo ngerti point dari gue?"

"Iya Bang gue ngerti. Gue emang lagi kemarin kurang tidur." Kata Evan ngeles.

"Gue kasih waktu istirahat setengah jam. Lo boleh pergi cari makan ataupun ngerokok. Dan setelahnya lo akan balik kesini dengan apron dan mental yang jadi. Ngerti?" Evan mengiyakan saran dari Angga. Dirinya hanya pergi keluar untuk merokok.

Evan merasa bodoh. Sejak kapan pikirannya bisa diambil alih oleh hanya seorang wanita? Dia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Biasanya dirinya yang membuat wanita-wanita di luar sana yang memikirkannya. Namun... namun untuk pertama kalinya muncul sosok Theta dengan aroma menariknya yang dapat merobohkan pertahanannya dan memasuki pikirannya. Tidak, tidak, Evan tidak boleh seperti ini jika ingin mengalahkan St. John.

Evan mengambil nafas panjang setelah 2 batang rokok telah dibakarnya dan menampar pipinya sendiri untuk mengeluarkan Theta dari pikirannya. Mulai sekarang Evan akan membangun dinding tipis antara Theta dengan latihannya. Dirinya berjanji ketika memakai apron seluruh pikirannya akan berada ditempatnya dan tidak mengikutsertakan pikiran tentang Theta di dalamnya.

Evan masuk kembali masuk ke dalam dan berlatih. Ia memang orang ajaib. Perasaan yang dimilikinya selalu dapat dikalahkan dengan logikanya. Evan terlihat lebih santai dan fokus ketika kembali ke dalam.

Beberapa teknik dasar yang diperlihatkan Evan sudah cukup membuat Angga puas. Bahkan Angga sendiri tidak menyangka bahwa Evan akan berkembang secepat ini. Angga tersenyum penuh arti melihat Evan yang perlahan mengejar level yang lainnya. Ketika sedang istirahat. Tanpa disuruh oleh siapapun Evan akan membuka-buka video latte art dan tangannya terlihat sedang bergoyang seakan sedang melakukan latte art. Angga merasa bahwa semuanya akan berhasil untuk beberapa saat itu.

Teknik dasar sudah benar-benar dikuasai Evan. Dirinya mulai diperbolehkan untuk membuat pattern yang lebih kompleks seperti rosetta sebanyak 5 buah, maupun campuran rosetta dengan tulip dan swan. Level Evan belum sampai pada gambar binatang jika Angga bisa jujur. Namun Angga benar-benar yakin bahwa dengan sisa waktu 5 hari, dengan kecepatan seperti ini Evan akan berhasil menguasai Teknik hingga level pattern kompleks binatang.

Saat sedang asik-asiknya mencoba pattern wing tulip, yaitu gabungan Teknik wiggle dan tulip, Theta memasuki ruangan dengan rambut yang sudah terikat dan berhasil membuat jantung Evan berdegub sedikit lebih cepat.

"Pagi semua." Sapa Theta kepada Angga dan Evan.

"Hari ini lo akan latihan sama Theta. Dia yang akan melihat lo berlatih latte. Gue mau pergi ke tempat Aldy dulu. Lo berdua gak usah aneh-aneh ya disini! Jangan lupa kalau udah selesai latihan pintu di kunci lagi." Kata Angga sambil keluar ruangan.

Harta, Takhta, Barista.Where stories live. Discover now