CANGKIR 30. Aldy Terbuta

11 6 0
                                    


Setelah pembicaraan Aldy dengan Angga, Aldy menjadi orang yang berubah total. Sejenak dirinya fokus untuk latihan, dan sejenak dirinya menyuruh yang lainnya untuk latihan. Setelah selesai Shift, Aldy bahkan menyuruh Theta dan Sam untuk tetap tinggal dan melihat mereka berdua latihan.

Dengan tangan besi, Aldy memerintahkan mereka untuk mengerjakan ini itu tanpa istirahat. Aldy harus bisa membuat mereka berkembang! Harus!!!

Theta yang awalnya tidak mempermasalahkan niatan baik Aldy perlahan mulai merasa terlalu lelah dan mengatakan bahwa apa yang Aldy lakukan berlebih. Seluruh pelanggan sudah pulang dan mereka masih terlihat sibuk latihan. Bayangkan, untuk latihan Latte, masing-masing dari mereka sudah menghabiskan satu karton penuh susu fresh milk dan Aldy masih belum terlihat cukup puas dengan hasilnya.

Ketika Sam berlatih latte, Theta akan berlatih manual brew. Dan mereka akan berganti-gantian untuk beberapa saat. Tidak ingin bermain-main dengan sisa waktu yang ada, Aldy selalu memasang matanya lekat-lekat dengan hasil latihan mereka berdua dan selalu saja berkomentar pedas ketika mendapati adanya kesalahan yang diperbuat oleh keduanya.

Menurut Aldy, untuk Teknik dasar Latte, Theta sudah berada pada level yang sama dengannya. Untuk pattern yang lebih kompleks, Aldy menyarankan agar Theta belajar Teknik seperti split susu (ketika susu sudah berhasil di frothing, susu dipindahkan ke Milk Jug yang berbeda untuk menghilangkan foam susu yang pecah) dan menyarankan Theta untuk memfrothing susu dengan suhu yang tidak terlalu panas agar tidak terdapat wash (adanya bagian warna yang tidak contrast dan tidak mengikat antara foam susu dan espresso. Memberikan gambar yang tidak kontras dan terkesan berantakan) ketika sedang menggambar latte dengan pattern yang kompleks.

Sam yang sedang berada pada stage manual brew terlihat begitu fokus sedang mengatur flow debit air dari kettlenya agar tetap stabil. Satu-satunya kekurangan dari Sam ketika menyeduh manual brewing adalah sensenya dalam memilih metode. Aldy selalu mengingatkan Sam bahwa sebelum menyeduh, pastikan grindsize jangan terlalu halus untuk beans lokal. Rata-rata, seluruh hasil roasting beans di Indonesia berada pada level light to medium yang membuat beans tersebut tidak akan tahan jika terkena suhu yang terlalu tinggi dan pada akhirnya menimbulkan rasa gosong pada after tastenya.

Sam menerima saran Aldy dengan baik. Ia mulai lebih teliti dengan selalu memperhatikan kombinasi temperature dan grindsize yang dipakai. Untuk debit yang dikeluarkan akan disesuaikan dengan total brewing time. Jika memakai suhu rendah sekitar 84-88 Sam akan membuat perbandingannya menjadi lebih kecil agar tidak watery. Jika karakter dari beansnya terlalu kuat hingga terasa fermented. Dirinya akan menggunakan total brewing time yang lebih sebentar dengan debit air yang besar agar rasa yang dikeluarkan tidak terlalu menyengat.

Jam sudah menunjukkan jam 2 pagi dan Aldy masih dengan penuh semangat menyuruh Theta dan Sam untuk latihan. "Dy, udah jam 2... Sam udah pucet Dy..." Aldy melihat Sam yang sedang membuat Latte dengan wajah yang membiru. Maklum, Bandung sedang dingin-dinginnya dan mereka baru saja selesai Shift.

Theta begitu terheran ketika Aldy tidak menghiraukan perkataannya dan malah menyuruh Sam untuk mengambil kotak susu berikutnya untuk latihan. "DY!!! Stop!!! Tangan Sam udah mulai gemetar! Dan gue ada kelas pagi besok Dy!" kata Theta sambil memegang pundak Aldy yang hanya ditepisnya dengan wajah dingin.

"Gue bisa lakuin apa yang Evan lakuin. Kalau Evan bisa membuat potensi Sam keluar, gue juga bisa. Gue yakin Sam bisa lebih dari ini." kata Aldy dengan dingin.

"Elo bukan Evan Dy! Dan elo gak perlu menjadi seperti Evan Dy!" bantah Theta.

"The! Maksut lo apa? Maksut lo Evan lebih baik dibanding gue?" Theta benar-benar tidak habis pikir mengapa Aldy berkata seperti itu. Hatinya sakit dan Theta tidak sanggup berdebat dengan Aldy yang sedang tidak stabil emosinya seperti ini.

"Jangan lo pikir gue gak tau! Lo pernah pulang bareng Evan kan waktu gak ada gue!!! dan gue suka perhatiin kalau lo sama Evan udah mulai akrab!" tuduh Aldy kepada Theta.

Berani-beraninya Aldy mengatakan hal tersebut kepada Theta! Padahal sebenarnya Theta mengetahui bahwa beberapa hari sebelum ini Aldy terlihat sedang berbicara akrab dengan Felice di suatu tempat makan.

Ternyata Felice yang gagal mengorek informasi dari Evan, mencoba peruntungannya dengan membuat Aldy luluh kepadanya pada hari yang sama. Aldy yang merasa sedang jauh dengan Theta karena Theta yang sedang banyak tugas kuliah, tanpa berpikir dua kali melayani permintaan Felice untuk pergi berdua bersamanya pada malam hari.

Theta yang baru saja selesai kuliah diajak makan ke sebuah tempat makan yang tidak jauh dari kampusnya dan mendapati Aldy yang sedang bercanda-canda dengan tawa genit bersama Felice. Saat itu Theta merasa bahwa dirinya tidak mempunyai hak untuk marah kepada Aldy karena mereka tidak berpacaran hanya memilih untuk diam dan berpura-pura tidak melihat apa-apa dan tidak memikirkannya lebih jauh.

Untungnya saat Aldy berbicara berdua dengan Felice, tidak ada informasi yang benar-benar penting keluar dari mulut Aldy. Ketika ditanya tentang Evan, Aldy hanya semakin kesal dengan Evan dan mengeluarkan segala macam cerita tentang bagaimana Evan yang tidak tau berterimakasih sudah meninggalkan KOPILOG dengan keadaan seperti itu. Felice lagi-lagi gagal mendapatkan informasi. Namun hari itu tanpa sepengetahuan dirinya sendiri, Felice telah berhasil merusak kepercayaan internal KOPILOG. Kemenangan besar untuk St. John.

"Aldy!!! Brengsek lo! Evan udah baik mau nganterin gue ketika hujan dan dia gak ngapa-ngapain gue! gue gak pengen bahas ini, tapi lo pikir gue gaktau kalau lo pernah berduaan dengan Felice!? Pake genit-genitan pegang-pegang tangan lagi!" Gawat! Aldy tidak menyangka Theta akan mengetahuinya. Raut wajah Aldy berubah menjadi panik dan sebelum dirinya dapat menjelaskan dengan panjang lebar Theta sudah keluar dari café dengan wajah marah.

"Gue muak sama lo!" teriaknya sebelum menutup pintu café dengan keras.

Sam dengan wajah pucat mencoba memperbaiki keadaan dengan menunjukkan latte buatannya yang telah berhasil membentuk gambar 7 stack tulip dengan sangat baik. "Ba... Bang... Tulip..." bukannya mendapatkan pujian dari Aldy, dirinya hanya makin dimarahi dengan mengatakan bahwa Sam tidak cukup cepat berkembang dengan hanya berhasil membuat pattern-pattern pemula.

Aldy yang terbawa emosi langsung membuang latte buatan Sam ke wastafel dan meninggalkan Sam dengan wajah bersedih. Kakaknya tidak pernah berlaku seperti itu sebelumnya. Apalagi ketika melihat Aldy yang keluar tanpa berkata-kata kepada Sam.

Waktu tersisa 10 hari sebelum pertandingan berlangsung.


Harta, Takhta, Barista.Where stories live. Discover now