Tatapan Irene menelusuri sekeliling, Baekhyun membawanya ke sebuah apartemen. Genggaman tangan mereka tidak pernah lepas sejak di bandara. Baekhyun menarik Irene masuk bersamanya.
"Maaf, ya, kalau debunya banyak soalnya ini tempat tinggalku setahun yang lalu," jelas Baekhyun. Irene mengerjapkan matanya berulang kali saat melihat penghargaan berjajar rapi memenuhi dinding dan lemari.
"Apa ini sudah semuanya?" tanya Irene. "Sisanya di kamar," balas Baekhyun. Ditengah-tengah ketakjuban Irene melihat penghargaan yang selama ini Baekhyun raih, mendadak pria itu menarik tangannya dan beralih ke tengkuknya.
Menciumnya lagi seolah belum puas, "Aku benar-benar merindukanmu. Jadi, selama menjalani hubungan ini tolong percaya padaku sepenuhnya," pintanya. Irene mengangguk seyakin-yakinnya sehingga membuat Baekhyun tersenyum dan hendak mencium gadis itu lagi, namun Irene terlanjur bersin. "Mianhae, aku alergi debu," jujur Irene menatap Baekhyun polos.
Bukannya marah, Baekhyun justru kembali memeluk Irene erat-erat. Rasanya sudah lama ia tidak merasakan hal seperti ini sejak 1 tahun yang lalu.
Setelahnya mereka saling membantu untuk beberes apartemen. "Akhirnya selesai," keluh Baekhyun kemudian mengajak Irene berbaring di atas kasur.
Hening setelahnya sampai mereka memutuskan untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.
"Sejujurnya apa yang membuatmu menerima beasiswa itu? Apakah memang karena benar-benar ingin menempa diri atau karena cemburu karena Taeyeon? Kalau memang karena niatmu untuk belajar, maka aku memutuskan untuk membiarkanmu pergi ke sana," ujar Baekhyun membuka start.
"Sejujurnya saat malah hari ulang tahunmu aku melihat kalian berciuman," ungkap Irene tanpa ekspresi. Baekhyun mengernyit bingung, "Memangnya kau benar-benar melihat kami melakukannya?" sahutnya yang masih menatap Irene lekat-lekat.
"Memang tidak, sih. Aku langsung melarikan diri. Tapi, terakhir kali yang aku lihat adalah Taeyeon yang mendekatkan wajahnya," ujar Irene bersikeras. "Memang benar sampai situ, tapi kalau kau berasumsi kalau kami ciuman itu salah besar. Karena aku menghindar, aku menegaskan padanya tentang perasaanku baik-baik dan dia sangat mengerti itu," balas Baekhyun sehingga membuat Irene menutupi wajahnya sejenak karena merasa malu bersikap kekanak-kanakan.
"Jadi, sebenarnya kau tidak mau pergi tapi karena termakan api cemburu kau memutuskan untuk pergi? Astaga, sayang tiketnya," kekeh Baekhyun yang meledek Irene habis-habisan.
"Kan kau yang menahanku pergi," balas Irene tidak mau kalah. Ia menjulurkan lidahnya sambil menarik tangan Baekhyun untuk dijadikan sebagai bantalan.
"Lalu sebenarnya apa hubungan kalian?" intimidasi Irene seraya memicingkan matanya sesudah memiringkan posisi baringnya.
"Dulu, Taeyeon itu kekasihku sebelum menikah dengan Junmyeon. Kau pasti ingat 'kan pertandingan ku dengan Junmyeon satu tahun yang lalu? Itu pertandingan yang menjadikan Taeyeon sebagai taruhan. Aku tidak bisa menang karena seseorang sudah melakukan kejahatan padaku sampai aku di diagnosa menderita penyakit Ageusia," jelas Baekhyun. Irene mendesis pelan, "Kenapa wajahmu jadi mengerut sedih seperti itu?" intimidasi Irene.
"Ya, 'kan karena memang dulu aku sangat mencintai Taeyeon tapi tahu-tahunya kami tidak sejalan lalu aku bertemu denganmu. Awalnya kau sangat mengganggu hidupku dan membuatku ingin memusnahkanmu, tapi sekarang---"
"Akulah yang mengganggu pikiranmu sampai jadi kacau?" potong Irene sambil menunjuk wajah Baekhyun dengan tatapan menggoda. Baekhyun memeluk Irene erat-erat, "Pintar kalau kau paham," balasnya sambil tertawa cengengesan.
"Wuahh.. Ini sebuah kehormatan bagiku bisa mengalahkan Taeyeon sunbaenim," kekeh Irene yang kegirangan. "Haishh dasar si pengganggu yang percaya diri," sahut Baekhyun yang mendengus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Your Taste [✔]
FanfictionDulu melambung nama chef terkenal se-Korea yang masakannya di cintai oleh semua orang di dunia, tidak ada yang tidak mengenalnya. Namun, tiba-tiba dirinya menghilang begitu saja dari peradaban dunia tanpa ada satu orang pun yang tahu. Dia hilang bag...