22. You

668 96 9
                                    

Sudah beberapa hari Baekhyun tetap mengurung dirinya dan Irene tidak bisa berbuat apa-apa. Ia menghela nafasnya, entah makanan yang ia letakkan di atas nakas disentuhnya atau tidak. Ia benar-benar khawatir.

"Baekhyun-ah?" panggil Irene. Kali ini pintunya terkunci, tidak seperti biasanya. Irene menelepon Jaehyun dan pria itu segera datang. "Apa tidak ada kunci cadangan?" tanya Irene saat Jaehyun mencoba mendobrak pintunya. Dan itu berhasil, namun mereka semua benar-benar di kejutkan saat melihat darah di sekitar Baekhyun.

Irene segera menghampiri Baekhyun dan menatap tangan pria itu. Jaehyun mengambil pisau yang terjatuh di lantai, tatapannya berubah gelisah. "Astaga, hyung! Apa kau berusaha mengakhiri hidupmu?" marah Jaehyun. Irene langsung menangis saat mendengar pernyataan Jaehyun. Pria itu mengambil sebuah sapu tangan dan mengikatnya di lengan Baekhyun yang terluka sebelum membawa Baekhyun ke rumah sakit.

Untunglah mereka datang tepat waktu karena sepertinya Baekhyun baru melakukan hal itu. "Darahnya, banyak sekali, astaga," isak Irene dan menggenggam tangan Baekhyun erat-erat. "Bertahanlah, ku mohon. Kenapa kau melakukan ini, huh? Aku akan membencimu kalau kau tidak mau bangun!" dengus Irene yang menggerutu.

"Ah, sial, mobil ini!" umpat Jaehyun saat mobil di hadapannya menghalangi jalannya. Ia menyembulkan kepalanya dari jendela mobil seraya menekan klakson mobil berulang kali, "Woi, kenapa mobilmu ada di tengah jalan, huh? Aku sedang buru-buru ke rumah sakit!" gertaknya dengan rahang mengeras.

Setibanya di rumah sakit, Baekhyun di larikan ke ruangan ICU. Jaehyun menahan Irene saat gadis itu bersikeras mau masuk ke dalam. "Tenanglah, Nuna. Kau beginipun tidak akan mengubah kenyataan," ungkap Jaehyun yang berusaha menenangkan pikiran Irene. Gadis itu terkulai lemas di lantai kemudian menangis keras, lalu Jaehyun mengangkat tubuh Irene duduk di atas kursi tunggu.

Sudah cukup lama Baekhyun di tangani, tapi Irene belum bisa menghentikan tangisnya dan merasa tenang sehingga Jaehyun yang melihat hal itu merasa iba. Sampai Rose, Jennie, Wendy, dan Jisoo tiba di tengah-tengah Jaehyun dan Irene.

Rose langsung duduk di sebelah Irene, lalu memeluk tubuh rapuh gadis itu. Mengusap punggungnya berulang kali.

Wendy, Jennie, dan Jisoo membawa kekasih mereka masing-masing; Chanyeol, Jongin, dan Sehun. Wendy tak kuasa melihat kondisi Irene yang seperti itu sehingga Chanyeol berusaha menenangkannya.

Setelah melihat dokter yang menangani Baekhyun keluar, Irene langsung beranjak dari tempat duduknya dan menyimak baik-baik apa yang akan dikatakan oleh dokter tersebut. "Dia benar-benar kehilangan banyak darah, tapi syukurlah sekarang dia baik-baik saja. Beberapa menit lagi mungkin akan siuman."

Semuanya menghela nafas mereka lega, saat pasien sudah boleh di jenguk semuanya menepuk bahu Irene. Menyuruh gadis itu menjenguk Baekhyun seorang diri.

Irene memasuki ruang rawat Baekhyun, tatapan mereka langsung saling berbicara dalam diam. Air mata Irene langsung mengucur deras. "Apa kau menganggap perasaanku adalah permainan belaka?" ketus Irene seraya menatap Baekhyun tajam.

"Kenapa kau memacari ku kalau bersikap seenak jidatmu?!" dengus Irene kesal. Baekhyun yang duduk di korsi roda hanya bisa diam membisu. "Aku mau kita putus saja," ujar Irene sarkastik dan Baekhyun hanya bisa menatap punggung Irene dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

Baekhyun pernah bilang, kalau dia membuat Irene menangis dan menderita maka ia akan melepasnya.

-o0o-

Baekhyun termenung di kamarnya, sampai pintu di buka oleh Irene. Mereka saling menatap sejenak. Ternyata Irene hanya ingin mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Baekhyun tersenyum miris saat melihat Irene hendak pergi lagi, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa.

Love In Your Taste [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang