٨

113K 7.9K 198
                                    

Hari ini adalah hari yang sudah pasti dinanti-nantikan oleh pasangan yang ingin mengarungi bahtera rumah tangga. Hari ini mungkin pasangan yang akan menikah merasa bahagia karena akhirnya mereka akan sah menjadi suami istri. Tapi tidak denganku dan pasti Mas Devin juga.

Ya, hari ini tibalah pada hari dimana pernikahanku dengan Mas Devin akan berlangsung. Hari ini benar-benar terjadi. Hari demi hari aku berharap Mas Devin mau merubah keputusannya untuk menikah denganku. Walaupun Bu Sandra pastinya kecewa, setidaknya beliau mungkin tidak bisa memaksa Mas Devin untuk melanjutkan pernikahan ini. Tapi ternyata tidak, Mas Devin tidak melakukan itu sampai hari ini tiba.

Sekarang aku hanya bisa menatap pantulan diriku di kaca. Samar-samar kudengar penghulu berucap. Saat itu aku memejamkan mataku, aku meyakinkan diriku agar aku harus bisa menjalani ini semua. Ini sudah menjadi pilihanku. Aku tidak bisa menolak pernikahan ini walaupun sebenarnya aku ingin.

Hatiku bergetar ketika aku mendengar janji suci yang diucap oleh Mas Devin. Aku tak bisa lagi membendung air mataku yang ingin keluar itu. Kini aku benar-benar akan hidup sebagai istri Mas Devin.

"Sah!.. "

Seruan itu terdengar begitu jelas di telingaku. Mulai saat ini, aku akan menghadapi semua kenyataan ini. Apapun yang terjadi nanti, aku dan Mas Devin sudah sah menjadi suami istri. Dan mulai saat ini juga, aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengabdikan diriku pada suamiku. Sekarang, dialah surgaku. Aku akan menghormatinya sebagai suamiku. Walaupun mungkin tidak dengannya. Aku akan berusaha ikhlas menerima ini.

"Mba Fiza,. " panggil seseorang yang kukenali suaranya, Delia.

"uummhh Mba kok nangis sih? Mba Fiza pasti terlalu bahagia ya? Sama mba, aku juga. Tapi Mba gak boleh nangis lagi ya. " lanjutnya sudah sampai dihadapanku sambil menghapus air mataku.

Aku pun mengangguk mengiyakan pernyataannya itu. Walaupun aku juga tidak tahu apa yang tengah kurasakan saat ini. Apakah aku harus bahagia atau merana.

Aku sampai di samping Mas Devin. Aku tidak menyangka banyak sekali tamu undangan yang datang. Tidak heran, pasti teman-teman dan kerabat dari keluarga ini begitu banyak. Wajar saja kan jika akan ada banyak tamu undangan.

Sesampainya di samping Mas Devin, ia memasangkan cincin di jari manisku. Untuk kedua kalinya aku merasakan sentuhannya. Tanganku rasanya bergetar. Belum pernah sebelumnya ada lelaki yang menyentuhku. Aku yakin tanganku sudah sangat dingin sekarang.

Setelah aku juga memasang cincin di jarinya, aku berniat mengulurkan tanganku pada Mas Devin lalu mencium tangannya sebagai suamiku. Namun Mas Devin acuh oleh itu. Begitupun semua orang, sepertinya mereka tidak terlalu memperhatikan niatku itu. Mereka semua sibuk dengan saling memberi selamat pada keluarga ini. Aku pun hanya bisa kembali menurunkan tanganku.

¤¤¤¤¤

"lo bisa tidur di kamar bawah. Kamar gue di atas." ucap Mas Devin dingin padaku.

Benar, aku sudah sampai di rumahnya. Sekejab aku tidak bisa berkedip ketika melihat rumah Mas Devin yang begitu megah ini. Memang tidak jauh berbeda dengan rumah Bu Sandra. Tapi aku tidak menyangka Mas Devin tinggal sendirian di rumah yang menurutku begitu megah ini.

"heh!" panggil Mas Devin lagi.

"i-i-iya Mas." jawabku terkejut.

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang