Author Pov
"Pak Dev, Bu Hafiza..."
Panggil seorang perawat yang tentu masih di dengar oleh Bu Sandra juga karena telponnya belum terputus. Dan tentu saja Bu Sandra semakin mengkhawatirkan menantunya itu. Sejak tadi pikirannya terus tertuju pada menantu dan calon cucunya. Lalu baru saja ada yang menyebut nama menantunya. Hal itu semakin membuatnya khawatir. Bu Sandra terus bertanya pada Dev apa yang terjadi pada Hafiza. Tapi tak ada jawaban dari anaknya itu.
Dev malah mematikan telponnya tanpa menjawab pertanyaan Mamanya yang sudah sampai berteriak di telpon dan langsung masuk ke dalam ruangan istrinya itu. Dia sudah tidak mendengarkan lagi apa yang ingin dikatakan oleh perawat yang memanggilnya. Pikirannya berkecamuk memikirkan keadaan Hafiza. Jantungnya berdetak begitu kencang sekarang.
"Hafiza.. " lirih Dev saat sampai di tempat Hafiza dirawat.
Ya, pada akhirnya dia bisa melihat istrinya membuka matanya lagi. Walaupun terlihat sangat lemah tapi Dev merasa lega karena pada akhirnya Hafiza kembali sadar.
Dengan perlahan, Dev melangkahkan kakinya mendekati Hafiza yang tengah tersenyum itu. Bibirnya yang masih pucat itu mengulas senyum yang indah. Dev merasa bahagia melihat Hafiza kembali sadar. Tapi dia juga takut kalau ini semua hanyalah khayalannya saja. Rasanya dia tidak percaya kalau istrinya itu tengah tersenyum melihatnya. Hampir saja Dev putus asa karena keadaan istrinya. Tapi sekarang...
"Mas Devin... " suara Hafiza masih terdengar sangat lemah.
"kamu.. kamu udah sadar sayang? Kamu baik-baik aja?" ucap Dev sambil menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin itu.
Dengan perlahan Hafiza mengangguk menjawab pertanyaan suaminya itu. Sekarang ini dia masih merasa sangat lemah. Ingin rasanya Hafiza melebur kebahagiaan yang ia rasakan bersama Dev. Tapi apa daya, tubuhnya masih terasa sangat lemah.
Setelah memastikan bahwa ini semua bukan hanya khayalannya. Setelah benar-benar yakin kalau Hafiza, istrinya itu sudah kembali sadar. Dev langsung memeluk Hafiza yang masih terbaring itu. Cukup erat tapi masih memberi ruang pada Hafiza untuk bernapas.
Tangisnya pecah seketika. Entah kenapa Dev jadi mudah menangis seperti ini sekarang. Rasanya, bayangan ketika Hafiza mengatakan agar Dev menjaga bayinya dengan baik masih terngiang. Seakan Hafiza akan pergi meninggalkannya selamanya. Ketakutannya akan kehilangan Hafiza sangat menghantui dirinya. Dev benar-benar tidak bisa membayangkan jika Hafiza pergi meninggalkannya. Bagaimana dia bisa hidup tanpa wanita yang sudah menguasai hatinya itu? Bagaimana dia bisa mengurus anaknya sendirian?
"kamu nakut-nakutin aku tau gak?" ucap Dev kini sudah melepas pelukannya.
Air mata masih mengalir di pipinya. Dia mengucapkan perkataan itu pada Hafiza persis seperti anak kecil yang marah pada ibunya. Bukannya menjawab suaminya, Hafiza malah tersenyum mendengar ucapan suaminya itu.
"anak kita dimana Mas?" tanya Hafiza masih terdengar sangat lemah.
"kamu gak khawatirin aku? Aku tadi ketakutan loh. Hampir pinsan tau gak.. " jawab Dev terdengar tidak terima saat Hafiza menanyakan keberadaan anak mereka.
"gak usah lebay gitu Mas." jawab Hafiza dengan suara yang sangat pelan.
"kok lebay sih! Aku serius sayang. Aku tadi tegang banget. Tanya aja sama Radit. Kamu ngomoninnya kayak gituan sih. Kan aku jadi takut. Aku gak akan bisa hidup tanpa kamu sayang. Pokoknya kamu gak boleh ngomong kayak gitu lagi. Titik. " ucap Dev sekarang mulai mengerucutkan bibirnya karena marah.
Jujur dia ingin tertawa melihat kelakuan suaminya itu. Hafiza memang tidak tahu setegang apa suaminya tadi. Tapi rasanya Dev terlalu berlebihan. Dan sekarang, seakan Dev sedang mencemburui anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
General FictionSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...