Kini aku harus sibuk membersihkan bekas tumpahan teh tadi. Hah, aku merasa konyol membuat pekerjaanku bertambah sendiri.
"Lo beneran mau balik Dev?" tanya Mas Derrel pada Mas Devin yang sepertinya baru saja selesai berganti pakaian.
"hm." jawab Mas Devin.
Aku merasa aneh, tadi aku mendengar mereka berdua menggunakan kata-kata manis ketika ada di kamar Delia. Bahkan Mas Derrel memanggil Mas Devin dengan sebutan 'Kak'. Tapi sekarang?
"lo tu kenapa sih Dev? Apa sih susahnya nginep disini semalem aja? Lo tadi kan juga udah janji sama Delia Dev kalo lo bakal nginep di sini. Terus kita semua harus jawab apa kalo dia nanyain lo hah?" tanya Mas Derrel dengan penuh emosi.
"lo tenang aja, ntar sore gue balik lagi kok sebelum Delia nyariin gue. Dan besok pagi gue bakal nyampe sini sebelum dia bangun." jawab Mas Devin terdengar enteng sekali.
"Dev.. Dev.. Deeevvv!!" panggil Mas Derrel sedikit berteriak namun diabaikan begitu saja oleh Mas Devin.
Hah, aku merasa bingung dengan masalah yang ada di keluarga ini. Beberapa kali Bu Sandra sempat mengatakan kalau beliau ingin keluar rumah untuk menemui putranya. Dan Delia juga mengatakan kalau dia sering bertemu kakaknya di luar rumah. Dan apa yang terjadi? Kenapa mereka harus bertemu di luar rumah? Aku benar-benar bingung dengan masalah yang terjadi di dalam keluarga ini.
Entahlah, mencoba menghilangkan pemikiran yang tidak-tidak aku kembali menuju ke dapur untuk melanjutkan pekerjaanku.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Hari sudah mulai sore, dari pagi pekerjaanku tak kunjung selesai. Aku merasa sangat lelah. Tapi apalah daya, aku harus tetap melakukan pekerjaaanku bukan? Terlebih jika di ingat bahwa keluarga ini sangat berjasa kepadaku.
"Mba, liat Kak Dev gak?" tanya Delia yang tiba-tiba berada di dapur.
"loh Non, kok di sini? Non Delia kan masih sakit Non, jangan jalan-jalan dulu." ucapku yany cukup terkejut dengan keberadaan nyonya kecilku itu.
"aku gak pa-pa kok Mba. Mba Fiza liat Kak Dev gak Mba? Kok aku cari kemana-mana gak ada ya mba?" ucap Delia.
Sudah pasti aku tidak bisa menjawab pertanyaannya itu. Apa yang harus aku katakan? Apa aku harus berbohong pada Delia? Tapi apa yang harus kukatakan jika aku memang harus membohonginya. Aku tidak mungkin bisa membohonginya. Tapi aku juga tidak mungkin berkata sejujurnya kan?
"Mba? Kok diem aja sih? Mba Fiza liat kak Dev gak Mba?" tanyanya lagi.
"Kak Dev kerja sayang." sahut Bu Sandra.
Huft, itu cukup membuatku lega. Untung saja Bu Sandra datang tepat waktu hingga aku tidak perlu berbohong pada Delia.
"kerja Ma? Kok kerja? Kak Dev bilang dia mau nginep di sini jagain Delia." ucap Delia.
"ya nanti kan Kak Dev pulang sayang. Kak Derrel juga jagain kamu. Tapi Kak Derrel tetep pergi kerja kan? Kak Dev juga sama sayang. " ucap Bu Sandra menjelaskan.
Delia sepertinya percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya itu. Dia seperti belum benar-benar melepaskan rindunya pada kakaknya itu.
"Non, makan dulu ya Non? Udah waktunya minum obat." ucapku sudah kembali membawa nampan yang berisi makanan untuk Delia.
"nanti Mba, kata Mama bentar lagi kak Dev pulang. Aku mau nunggu kak Dev pulang mba." jawabnya.
Aku bisa apa jika majikanku itu berkata demikian. Di beberapa kesempatan, Delia tergolong orang yang sangat keras kepala. Ia tidak pernah mau mendengarkan siapapun kecuali dia mau. Seperti sekarang ini, jika dia sudah mengatakan hanya akan makan jika kakaknya sudah datang, maka terjadilah seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
Ficción GeneralSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...