٤٥

97.4K 4.9K 119
                                    

"apa yang kamu lakuin?!" ucap Mas Devin saat tangan Karin semakin mendekat pada Azzam.

Mas Devin langsung saja mengambil Azzam yang ada di sampingku. Dia menggendong Azzam dan menjauhkannya dari Karin. Sepertinya Mas Devin masih takut kalau Karin akan melakukan hal yang buruk pada anak kami. Aku bisa melihat raut kecewa di wajah Karin. Kasihan dia, tidak ada satupun orang yang percaya padanya sekarang. Bahkan hanya untuk menyentuh bayiku saja Mas Devin juga tidak mempercayainya.

"Mas, Karin cuma mau sentuh Azzam aja kok. Dia gak mau ngapa-ngapain. Iya kan Karin?" ucapku.

"aku tau kamu marah sama aku Dev. Aku tahu aku salah besar dan gak bisa dimaafin. Tapi untuk malasah kali ini, aku bener-bener gak tau kalo Fiza lagi hamil. Aku gak sebinatang itu nylakain anak yang gak bersalah itu." ucap Karin tapi Mas Devin masih saja membelakangi aku dan Karin.

"Hafiza, tolong maafin aku. Aku tau aku banyak salah sama kamu. Aku gak nolak dipenjara. Aku pantes dapet hukuman. Tapi aku pengen liat anak dari laki-laki yang aku cintai. Sekali ini aja Hafiza. Aku mohon. " lanjut Karin memohon padaku.

"Mas.. " panggilku pada Mas Devin.

"percaya sama aku Mas. Karin gak akan ngapa-ngapain. Dia udah nyesel Mas." lanjutku.

Tapi Mas Devin seakan tidak mendengarku. Dia terlihat begitu erat memeluk Azzam. Mungkin perbuatan Karin selama ini membuat Mas Devin begitu khawatir. Aku tidak bisa juga menyalahkan Mas Devin karena hal itu. Mas Devin memang orang yang sulit melupakan traumanya. Dan apa yang telah dilakukan Karin belakangan ini pasti membuat mental Mas Devin terguncang hingga dia trauma sekarang.

"Mas.. " panggilku lagi meraih lengan Mas Devin.

Perlahan dia menengokkan kepalanya melihat ke arahku. Matanya mengisyaratkan apakah dia harus memberikan anak yang ada dipelukannya itu untuk disentuh oleh Karin. Aku tersenyum kepada Mas Devin. Aku mencoba untuk meyakinkannya kalau Karin tidak akan membahayakan anaknya.

"Karin cuman mau sentuh dia aja Mas." ucapku lagi.

Akhirnya Mas Devin mau memberikan Azzam padaku. Walaupun penuh dengan keraguan, tapi itu berarti Mas Devin mengijinkan Karin untuk melihat putra kami. Syukurlah, Mas Devin masih mau memberi kesempatan untuk Karin. Setidaknya akan ada kepuasan di hati Karin walaupun hanya bisa menyentuh Azzam.

"Hallo__"

Tangan Karin mulai menyentuh pipi putraku. Tapi tiba-tiba dia berhenti saat ingin mengucapkan sesuatu lalu melirik kepadaku.

"Azzam." jawabku ikut melihat ke arahnya.

"Hallo Azzam? Kamu ganteng banget si? Ini tante, tante Karin. Maafin tante ya karna udah gangguin Mama sama Papa kamu. Bahkan tante hampir aja nyelakain bayi selucu kamu. Suatu saat nanti, tante pengen banget ketemu sama kamu lagi. Dan di saat itu, tante harap kamu gak marah sama tante karna udah jahat sama Mama kamu." ucap Karin mengusap-usap pipi Azzam dengan jarinya.

Hatiku terasa tertusuk karena terharu saat mendengar Karin mengatakan itu semua. Aku tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari bibirnya. Apakah ini semua hanya mimpi? Ataukah aku yang salah dengar? Atau perempuan yang ada di hadapanku ini bukanlah Karin? Karin begitu membenciku tapi sekarang aku bisa melihat ketulusan dimatanya kalau dia sangat menyayangi putraku.

Yang jelas, aku hanya berharap kalau semua yang dia ucapkan akan terjadi suatu saat. Dimana anakku akan bertemu dengannya di masa depan nanti tanpa tahu masalah yang terjadi saat ini. Aku tidak akan menanamkan kebencian pada diri anakku. Aku akan mengenalkan Karin sebagai teman baikku. Yah, teman baikku. Walaupun itu semua tidak pernah terjadi selama ini atau bahkan di kemudian hari. Bahkan aku yakin kalau masih ada perasaan benci pada hati Karin sampai saat itu tiba.

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang