Aku sedang terburu-buru menuju rumah sakit setelah menerima telpon kalau Mas Devin kecelakaan. Aku tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Yang jelas aku langsung saja bergegas menuju rumah sakit setelah Karin memberitahu rumah sakit tempat Mas Devin dirawat.
Sepanjang jalan aku terus saja mengucap istighfar. Hatiku tentu tidak tenang memikirkan keadaan suamiku. Aku hanya bisa terus berdoa semoga keadaan suamiku baik-baik saja.
Aku langsung berlari setelah membayar taxi yang kutampangi. Beruntung, aku selalu menerima uang bulanan yang Mas Devin berikan. Jadi disaat mendesak seperti ini aku tidak bingung harus membayar dengan apa.
Sesampainya di dalam, aku langsung menuju ke bagian administrasi. Begitu aku mendapat arahan dari bagian administrasi itu, aku bergegas menuju kamar Mas Devin.
"Karin,.. " ucapku setelah sampai di hadapannya.
"kamu.. " ucapku terbata-bata melihat kondisi Karin baik-baik saja. Padahal Mas Devin sedang kritis.
"iya, gue gak pa-pa. Dev kecelakaan karna nyelametin gue." jawabnya dengan meneteskan air mata.
Astaughfirrullah, tak terasa air mataku juga mulai turun. Apa benar sebesar itu cinta suamiku pada kekasihnya ini? Sampai-sampai dia rela mengorbankan nyawanya demi wanita ini?
"terus gimana keadaan Mas Devin sekarang?" tanyaku.
"gue juga gak tau. Dari tadi dokter__"
"keluarga pasien Devin?" ucap seorang dokter keluar dari ruangan Mas Devin.
"saya, saya tunangannya dok." ucap Karin sebelum aku sempat menjawab pertanyaan dokter itu.
Aku hanya bisa diam mendengar pengakuannya itu. Di sini aku istri sahnya, tapi Karin seperti lebih berhak atas panggilan dokter itu.
"baik. Keadaan pasien saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Dia berhasil melewati masa kritis tapi __"
"tapi apa dok?" tanyaku karena dokter itu tidak melanjutkan ucapannya.
"tapi beliau koma." jawabnya.
Seketika aku terduduk di kursi tunggu depan ruangan Mas Devin. Pikiranku kini melayang entah kemana. Bagaimana hal ini bisa terjadi padanya. Aku tidak bisa membayangkan ketika harus melihat keadaan Mas Devin yang tidak bisa berbuat apa-apa walaupun hanya untuk membuka mata.
"dan kami belum bisa memastikan sampai kapan pasien akan koma. Lukanya juga cukup banyak, baik itu luka dalam dan luar. Saat ini pasien bisa dijenguk tapi tolong jangan buat keributan. " lanjutnya.
Setelahnya, dokter itu pun meninggalkan aku dan Karin. Apa yang kudengar tadi benar? Mas Devin koma? Jadi untuk beberapa hari atau bahkan bisa sampai berbulan-bulan Mas Devin akan tidak sadarkan diri?
Ya Allah, kenapa ini semua terjadi pada suamiku? Aku tidak tega ketika melihat Mas Devin yang terbaring tidak berdaya saat aku memasuki kamarnya. Aku melihat beberapa luka di bagian wajahnya. Sepertinya tangannya juga patah.
"Hafiza, gue minta lo jagain Dev baik-baik karna gue gak bisa nungguin dia setiap hari. Dan nanti kalo dia udah sadar hubungin gue. Administrasinya udah gue urus." ucap Karin lalu pergi begitu saja.
Apa? Dia bilang apa? Aku tahu ini musibah, tapi apa dia tidak merasa bersalah sama sekali? Andai saja dia tidak memaksa Mas Devin, ini semua tidak akan terjadi. Dan sekarang dia pergi begitu saja setelah keadaan Mas Devin begini? Apa benar dia dan Mas Devin saling mencintai? Tapi yang kulihat saat ini dia sama sekali tidak mengkhawatirkan Mas Devin.
"Fiza.. " teriak seseorang masuk ke dalam ruangan Mas Devin.
"Mama.., " ucapku.
"ya Allah sayang, kenapa kamu jadi begini nak?" ucap Mama langsung menghampiri Mas Devin dan menghujani wajah Mas Devin dengan ciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
Genel KurguSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...