Saat ini aku sedang mengajari Delia mengaji. Waktu menunjukkan pukul lima sore, dan di jam seperti ini Delia memang biasa minta di ajari mengaji olehku. Namun semenjak ia sakit beberapa hari lalu hingga pemulihannya sampai kemarin ia tidak meminta untuk diajari mengaji.
Dan hari ini, ia meminta untuk diajari mengaji lagi olehku. Tentu dengan senang hati aku menuruti keinginannya itu.
Awal Delia memintaku untuk mengajarinya mengaji saat itu adalah ketika dia yang dengan tidak sengaja melihatku mengaji selepas sholat magrib. Saat itu Delia bilang ia ingin memintaku untuk membuatkannya sup ayam karena ia sedang ingin makan sup ayam sebagai menu makan malamnya.
Tapi ternyata niatnya itu berubah ketika mendengar aku mengaji. Aku pun juga sedikit terkejut setelah selesai mengaji karena melihatnya duduk manis di belakangku sambil memasang senyumnya.
Sejak saat itulah ia memintaku untuk mengajarinya mengaji. Dan Bu Sandra juga mengijinkan aku untuk mengajari putrinya mengaji. Jadilah hingga sekarang aku mengajari Delia untuk belajar membaca Al Qur'an. Delia termasuk cepat dalam menyerap ilmu. Sekarang saja dia sudah mulai bisa membaca huruf hijaiyyah sambung.
"Shadaqallahul Adzim.. " ucap Delia.
"Alhamdulillah, non Delia makin lancar bacanya non." ucapku memujinya.
"iya dong Mba,siapa dulu dong gurunya. " ucapnya yang membuatku malu.
Aku segera membereskan tempat kami belajar mengaji tadi. Delia juga ikut membantuku beberes.
"Mba, aku boleh nanya sesuatu gak?" tanya Delia padaku.
"boleh non." jawabku.
"kenapa sih Mba Fiza nutup kepala Mba Fiza? Kenapa Mba Fiza pake krudung terus sepanjang hari. Kenapa gak pas keluar rumah aja Mba? Temen-temen aku banyak yang pake krudung kayak Mba. Tapi mereka gak pake setiap saat Mba. Katanya panas. Emang Mba ngga gerah apa?" pertanyaan Delia itu membuatku tersenyum.
Ternyata dia masih sangat polos sekali soal pengetahuan agama.
"kok malah senyum-senyum sih Mba." ucapnya lagi.
"non, saya pakai hijab buat nutup aurat saya. Jadi ya harus sepanjang hari." jawabku.
"aurat tu apa mba? Kenapa harus di tutup?" tanyanya lagi.
Hmm, mungkin aku harus menjelaskan lebih padanya. Sepertinya Delia memang sama sekali tidak mengerti tentang ini.
"jadi gini non. Perempuan itu hampir semua bagian tubuhnya adalah aurat. Nah, aurat sendiri itu artinya kekurangan. Jadi, dari ujung rambut sampai ujung kaki perempuan itu semuanya aurat non, kecuali wajah sama telapak tangan. Sekarang saya tanya sama non Delia, kalo kekurangan itu harus ditutup atau harus dibuka? Ucapku mencoba menjelaskan pada Delia.
"ditutup lah mba." jawabnya.
"nah, begitupun sama tubuh wanita non. Tubuh wanita itu aurat atau kekurangan. Jadi perempuan harus nutup kekurangannya. Itu yang saya lakuin sekarang non menutupi aurat saya. Dan lagi non, gak seharusnya rambut dan tubuh kita itu bisa dilihat sembarang orang. Seharusnya cuma yang berhak aja yang bisa non. Contohnya ayah, kakak lelaki, adik lelaki, suami dan anak lelaki kita nanti non." jelasku lagi.
Delia terlihat sangat menyimak penjelasanku itu.
"terus bakal ada apa kalo perempuan gak nutup auratnya mba? Dosa ya?" tanyanya lagi.
"Dosa non, terlebih dosanya gak cuma buat perempuan itu sendiri tapi juga bisa nyeret ayah, saudara lelaki, suami, dan anak lelakinya ke neraka non." jawabku.
"hah?! Emang iya mba? Loh kok gitu sih Mba? Kan yang salah perempuannya mba. Kenapa ayah sama kakaknya ikut-ikutan masuk neraka mba?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
قصص عامةSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...