Hari demi hari terasa cepat sekali berlalu. Ya, beberapa hari lalu aku sudah diijinkan untuk pulang dan sudah beberapa hari ini juga aku menjalani aktifitas baruku sebagai seorang ibu. Hatiku sangat bahagia bisa mendengar tangis bayi yang beberapa kali dalam sehari menggema di rumah ini.
Dan dari beberapa hari itu juga aku bisa menemukan lagi hal lain dari diri Mas Devin yang tidak pernah kusangka ada dalam kepribadiannya. Yaitu mengurus bayi.
Benar, aku tahu Mas Devin memang sangat menyukai anak kecil. Tapi aku tidak menyangka kalau dia bisa sangat telaten mengurus bayi. Bahkan tak jarang, Mas Devin membantuku mengurus Azzam dengan memandikannya atau menidurkannya di malam hari. Padahal aku tahu Mas Devin sangat lelah bekerja seharian. Tapi seperti saat aku hamil, Mas Devin bilang dia tidak ingin kalau anaknya itu tidak mengenalinya karena kurangnya waktu mereka untuk bersama.
Akhirnya aku membiarkan saja apa yang ingin dilakukan oleh suamiku itu. Selama dia masih merasa sanggup aku akan memberikan Azzam padanya.
"udah tidur Mas." jawabku.
Ya, baru saja Mas Devin pulang dari kantor. Ini sudah menunjukkan pukul delapan malam. Memang sejak kehamilanku Mas Devin mengusahakan untuk pulang lebih awal. Dan sekarang sudah ditambah lagi anaknya yang sudah lahir, sudah tentu dia tidak akan menghentikan kebiasaannya untuk pulang lebih awal. Justru dia semakin berusaha untuk pulang lebih awal dari sebelumnya.
Tapi sejak aku pulang dari rumah sakit, Mas Devin hanya beberapa hari menemaniku di rumah. Hanya beberapa hari dia bisa mengusahakan untuk pulang di awal waktu. Aku tidak mempermasalahkan hal itu karena Mas Devin memang memiliki tanggungjawab yang lain di luar keluarga kami. Tapi Mas Devin yang terus saja mengeluh karena waktu kepulangannya. Yang dimana saat dia tiba di rumah anaknya sudah lelap dalam tidurnya.
"ck, kok udah tidur lagi sih." ucap Mas Devin terdengar begitu menyesal lalu mendudukkan dirinya di sofa.
"ya kan emang jam segini biasanya udah tidur Mas." ucapku setelah meletakkan tas kerjanya.
"ya tapi kan aku kangen sama Azzam sayang. Udah berapa hari coba aku gak ketemu sama dia?" ucap Mas Devin terdengar berlebihan bagiku.
Padahal setiap hari Mas Devin bertemu dengan Azzam. Yah walaupun hanya singkat di pagi hari saja. Tapi ucapan Mas Devin barusan seakan-akan dia sama sekali tidak bertemu dengan anaknya selama berabad-abad lamanya.
"ya udah Mas, bentar lagi kan weekend. Nanti puas-puasin deh kamu ketemu sama Azzam." ucapku mengusap bahunya.
¤¤¤¤¤
Sekarang aku sedang sibuk menggendong Azzam yang terus-terusan menangis. Ini sudah tengah malam tapi tiba-tiba saja anakku terbangun dan menangis dengan begitu kencangnya. Entah ada apa dengannya. Padahal sebelumnya dia tidak pernah rewel seperti ini. Dia akan sedikit merengek jika merasa haus atau buang air. Tapi kali ini sungguh berbeda.
Kebingunganku dan Mas Devin waktu itu memang sudah terjawab. Ternyata bukan karena anak yang baru lahir itu tidak rewel, tapi memang Azzam lah yang bukan termasuk anak rewel. Dia memang anak yang sangat baik. Sejak di rumah sakit sampai sudah sekitar dua minggu kami pulang ke rumah, Azzam sama sekali tidak rewel. Sama seperti saat di rumah sakit, Azzam tidak akan menangis jika dia tidak lapar atau sedang buang air.
Tapi entah kenapa malam ini Azzam tiba-tiba menangis dengan sangat kencang. Biasanya Azzam akan berhenti menangis saat aku menyusuinya. Tapi kali ini dia menolak untuk menyusu padaku. Ya Allah, ada apa dengan putraku ini. Ini adalah pengalamanku untuk pertama kalinya menjadi seorang ibu. Dan Mama tidak ada di sini. Lalu aku harus bertanya pada siapa? Apa aku harus menelpon Mama tengah malam seperti ini hanya karena Azzam tidak berhenti menangis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
General FictionSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...