٣٩

114K 5.9K 246
                                    

"Mas.. " panggilku pada Mas Devin yang masih fokus mengusap perutku.

Dia pun mengalihkan perhatiannya kepadaku. Dia melihatku dengan matanya yang masih berair.

"Aku... "

"Aku... Aku minta maaf ya Mas karna gak kasih tau kamu tentang kehamilan aku ini." ucapku.

"ini semua salah aku. Kalo aja aku gak nuduh kamu waktu itu kamu juga pasti bakal kasih tau aku kan?" ucap Mas Devin lalu kembali fokus pada perutku.

Sampai seperti itukah dia menyayangi anak yang bahkan belum lahir ini? Matanya seakan tak bisa lepas dari perutku.

"Aku mau pulang Mas." ucapku pada akhirnya.

Yah, itulah keputusanku. Aku tidak ingin menyesal kedepannya. Lagipula Mas Devin sudah berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama. Dan lagi, sudah ada calon anak kami yang sekarang masih ada di rahimku. Aku tidak akan membiarkannya hidup tanpa seorang ayah.

"kamu serius?" tanya Mas Devin langsung mendongak melihatku.

Aku pun mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaannya itu. Aku rasa aku sudah memberi hukuman terlalu berat untuk Mas Devin. Aku sudah tidak tega lagi melihatnya. Walaupun aku melarangnya, aku yakin dia akan tetap bolak-balik ke sini untuk menengokku. Dalam waktu setahun belakangan ini cukup bagiku untuk mengenalnya. Padahal tempat ini tidak bisa dibilang dekat dengan rumah kami, tapi aku yakin dia akan tetap melakukannya. Lagipula aku rasa, aku juga bersalah dalam hal ini. Seharusnya jika Mas Devin tidak ingin membahas masalah ini kemarin, aku yang harus bersabar menunggunya sampai dia mau membahasnya.

"makasih sayang makasih... " ucap Mas Devin kini sudah bangkit berdiri lalu memelukku dengan sangat erat.

Tiba-tiba saja air mataku menetes. Aku membalas pelukan dari suamiku itu. Yah membalasnya dengan sama eratnya. Sungguh, aku sangat merindukannya. Aku sangat ingin memeluknya sejak lama. Tapi aku tak berdaya kala itu. Aku hanya bisa melihat foto Mas Devin untuk mengobati rasa rinduku kepadanya. Dan sekarang, rasanya rindu itu benar-benar terbayarkan.

"oke, sekarang juga kita pulang yah?" ucap Mas Devin. Dan aku mengangguk untuk menjawabnya.

*****

"tunggu-tunggu.. " ucap Mas Devin saat aku ingin masuk ke dalam mobil.

Akhirnya kami sudah selesai mengemasi semua barang-barang dan pakaianku. Dan Mas Devin juga sudah memasukkan semua tas ke bagasi. Lalu sekarang tiba-tiba dia menghentikanku masuk ke mobil entah karena apa. Padahal Mas Devin sendiri yang membukakannya untukku. Hmm, ada apa lagi dengan suamiku ini.

"kenapa Mas?" tanyaku.

"kita pulang naik mobil kan? Tapi kamu kan lagi hamil. Jalanan dari sini ke kota kan jelek pake banget sayang. Nanti kalo anak aku keguncang-guncang gimana? Kan kasian, sakit. Enggak ah, jangan. Kasian." ucap Mas Devin yang membuatku benar-benar terkejut.

Apa yang baru saja dia katakan itu? Dia takut kalau anaknya terguncang hanya karena jalanan di sini jelek? Dasar Mas Devin ini, pikirannya jauh sekali.

"Mas, kan cuma dikit. Lagian gak sejelek itu jalannya sampe buat anak kamu keguncang. Udah ayok." ucapku akan masuk ke mobil.

"eh-eh ya tetep aja dikit tapi jelek Za. Enggak ah gak boleh pokoknya." ucap Mas Devin kembali melarangku.

"ya terus gimana Mas? Kamu mau aku di sini aja? Gak usah pulang aja?" tanyaku.

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang