Author pov
"Mas?" panggil Hafiza karena Dev tak segera turun saat sampai di depan rumah orangtuanya.
Ya, hari ini mereka berdua benar-benar memenuhi panggilan Mamanya. Sudah diketahui sebelumnya kalau Dev memang jarang ke sini bahkan bisa dibilang dia tidak ingin ke rumah Mamanya ini kalau tidak ada kebutuhan mendesak. Dan sekarang? Dia harus ke sini karena kesalahannya sendiri.
"Fiza, kamu duluan aja ya? Nanti aku nyusul." jawab Dev.
"loh Mas, kita bareng aja lah. Udah di depan juga, tinggal masuk kok. Yuk" jawab Hafiza menarik tangan Dev.
Akhirnya mereka keluar mobil lalu masuk ke rumah bersama. Dengan langkah yang sangat berat sambil sesekali memejamkan matanya, Dev melangkahkan kakinya masuk ke rumah Mamanya ini. Dev tak habis pikir dengan Mamanya itu, dia sudah tahu kalau anaknya ini enggan untuk kemari. Tapi tetap saja Mamanya meminta bertemu di rumah ini. Kenapa tidak di tempat lain saja? Sejak pagi tadi Dev menggerutu dalam hati karena tak habis pikir dengan Mamanya.
"Wa'alaikumsalam, eehh menantu Mama udah dateng." sahut Bu Sandra ketika Dev dan Hafiza sudah masuk ke rumah dengan mengucap salam.
"duduk sayang.. " ucap Bu Sandra sudah menarik Hafiza dalam dekapannya lalu menuntun menantunya itu ke ruang keluarga.
"gimana sayang? Kabar kamu gimana? Baik-baik aja kan? Kamu nggak kenapa-napa kan semalem?" tanya Bu Sandra mulai mengintrogasi Hafiza.
"emmm Fiza.. nggak pa-pa kok Ma." jawab Hafiza tiba-tiba merasa canggung.
Dia merasa canggung karena ibu mertuanya ini seperti melupakan kalau ada Dev di sini. Bu Sandra seakan hanya melihat Hafiza yang datang.
"kok kamu jadi canggung gitu sama Mama? Kenapa? Kamu dilarang ngomong ya sama Dev tadi di rumah? Hm?" tanya Bu Sandra.
"ck, dilarang apa sih Ma. Ngaco deh kalo ngomong." sahut Dev menyandarkan punggungnya ke sofa.
"kamu udah makan belum tadi nak?" tanya Bu Sadra lagi seperti tidak mendengar ucapan Dev.
"Ma! Ih Mama kok gitu sih? Kayak nggak liat aku gitu." sahut Dev lagi karena kesal dengan sikap Mamanya itu.
Dev tahu, Mamanya itu memang lebih sayang dengan menantunya ini daripada putranya sendiri. Dev juga tidak keberatan akan hal itu, dia sama sekali tidak merasa iri. Lagipula Hafiza istrinya, dan memang patut untuk disayang karena dia adalah wanita yang baik. Tapi apa harus dia sampai diacuhkan seperti itu?
"kamu masih mau Mama sapa kamu? Iya? Setelah apa yang udah kamu lakuin Dev?" ucap Bu Sandra pada akhirnya.
"Ma__"
"diem! Kamu mau Mama ngomong sama kamu kan? Mama bakal ngomong sama kamu. Sekarang Mama tanya, kamu pikir apa yang kamu lakuin kemarin itu bener Dev? Iya? Kamu nggak mikirin gimana khawatirnya istri kamu di rumah karna kamu pergi gitu aja? Kamu nggak mikirin istri kamu di rumah sendirian malem-malem? Terus kalo ada apa-apa sama Fiza gimana? Siapa yang mau tanggungjawab? Nggak mikir sampe ke sana kamu?" omel Bu Sandra panjang lebar.
"ya maaf Ma.. Aku kan__"
"apa?! Jawab Mama, mikir nggak kamu sampe ke sana?" potong Bu Sandra lagi.
Sementara Hafiza hanya bisa diam melihat suaminya diomeli oleh ibu mertuanya. Hafiza merasa bersalah. Jika saja dia tidak menelpon Derrel semalam, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Mungkin ibu mertuanya itu tidak akan tahu masalah yang terjadi pada rumah tangga anaknya.
"ck ya ampun Ma, kan Fiza di rumah nggak sendirian. Ada Ningsih sama yang lainnya juga kok." elak Dev.
"apa kamu bilang? Ada Ningsih?! Dev, Ningsih itu juga perempuan. Di rumah kamu semalem nggak ada laki-laki. Terus kalo ada apa-apa gimana? Hah?" ucap Bu Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
Ficción GeneralSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...