"Assalamualaikum.... "
"Wa'alaikumsalam, loh Mas kok udah pulang?" tanyaku.
Ini masih pukul dua sore, tapi Mas Devin sudah berada di rumah. Dia juga tidak bilang kalau akan pulang cepat.
"katanya kamu pengen mangga muda. Nih aku bawain." ucap Mas Devin sambil menunjukkan kantong plastik yang ia bawa.
Mataku berbinar ketika melihat kantong plastik yang berisi mangga muda itu. Aku pun menerimanya dengan senang hati. Kami langsung masuk ke dalam dan aku langsung menuju ke dapur untuk mengambil pisau.
Setelah itu aku langsung mengupas mangga yang di beli Mas Devin. Mashaa Allah, aku tidak sabar untuk memakannya. Aku sampai tidak menghiraukan Mas Devin yang tengah duduk memperhatikanku. Ya, mungkin dia heran dengan sikapku. Sebelumnya belum pernah aku menginginkan sesuatu sampai seperti ini. Tapi hari ini entah kenapa aku sangat ingin mangga muda ini.
Wwuuueeekkk... wuueeekk....
Rasanya ada sesuatu yang ingin mendesak keluar dari perutku. Aku pun tidak bisa menahannya dan langsung lari ke kamar mandi untuk mengeluarkannya. Tapi nihil, tak ada apa-apa yang keluar. Sejak pulang dari supermarket tadi, keadaanku sudah mulai membaik. Tapi entah kenapa giliran perutku yang jadi bermasalah.
"Fiza? Kamu nggak pa-pa? Kita ke dokter aja yuk." ucap Mas Devin yang ternyata mengikutiku.
"enggak kok Mas, aku nggak pa-pa. Nggak ada yang keluar juga tuh." jawabku sudah biasa saja.
"yakin?" tanyanya.
"iya Mas, udah aku mau lanjut kupas mangga dulu." ucapku melewati Mas Devin begitu saja dan kembali ke meja makan.
Mas Devin pun mengikutiku, dia kembali duduk dan terus saja melihatku yang sedang mengupas mangga.
"kenapa sih Mas?" tanyaku.
"kamu mau? Nih.. " ucapku menawarkan mangga yang sudah ku kupas.
"kamu lupa aku nggak suka makanan asem?" jawab Mas Devin.
"enggak Mas, aku nggak lupa. Tapi siapa tau aja kan." ucapku.
Tapi Mas Devin seperti tak menghiraukan ucapanku. Dia malah beralih memelukku dengan posisiku masih berdiri dan Mas Devin juga masih duduk. Dia lalu mengusap perutku dan menciuminya. Beberapa hari ini Mas Devin memang melakukan itu. Bahkan saat akan tidur. Dia selalu mengusap perutku.
"jangan-jangan, kamu... " ucap Mas Devin tiba-tiba.
"jangan-jangan kenapa Mas?" tanyaku masih fokus mengupas.
"jangan-jangan udah ada Dev junior sayang di perut kamu." ucap Mas Devin kini sudah melepas pelukannya dan kini kami saling berpandangan.
"maksud Mas, aku hamil?" tanyaku.
"iya, iya kan? Waahh alhamdulillah. Aku seneng banget, akhirnya aku bakal punya anak. Makasih sayang, makasih. " ucap Mas Devin memeluk dan menciumi perutku lagi.
Dia terlihat begitu senang dengan pemikirannya itu. Tapi aku hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalaku karena sikap Mas Devin itu.
"Mas,.. " ucapku.
"hm?" jawabnya masih dengan mengusap perutku.
"kamu lupa?" tanyaku sambil tersenyum.
"lupa apa sayang?" tanya Mas Devin kini perhatiannya sudah tidak pada perutku lagi.
"kan baru hari ini aku datang bulan. Kamu nggak inget tadi pagi aku nggak ikut sholat subuh sama kamu Mas?" jawabku sambil terkekeh.
Mas Devin pun ikut terkekeh mendengar ucapanku. Entah bagaimana Mas Devin bisa punya pemikiran kalau aku sedang hamil. Padahal baru tadi pagi aku bilang padanya kalau aku tidak bisa ikut sholat subuh berjamaah dengannya karena datang bulan. Lalu, bagaimana seorang wanita yang sedang datang bulan bisa hamil? Lucu suamiku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafiza (END-COMPLETED) ✔
Ficção GeralSeorang anak asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin? Hmm.. Inilah cerita dari sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Perjodohan yang tidak lazim yaitu antara seorang anak asisten rumah tangga dengan...